pemodelan dan analisis perilaku portal - dinding …
Post on 21-Oct-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 443
PEMODELAN DAN ANALISIS PERILAKU PORTAL - DINDING
PENGISI BERTULANG MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
I K. Sudarsana1, D. P. G. Sugupta
2, Yohanes Laka Suku
3
1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran-Bali
Email: ksudarsana@civil.unud.ac.id 2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran-Bali
Email: sugupta@civil.unud.ac.id 3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Flores, NTT
Email: lakasuku@plasa.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perilaku model portal satu tingkat dengan satu bentang
yang berdinding pengisi penuh dengan tulangan yang dibebani dengan beban lateral yang bersifat
monotonik sampai struktur mengalami kegagalan. Adapun perilaku struktur yang ditinjau meliputi
hubungan beban-deformasi, kapasitas beban, kekakuan, daktilitas perpindahan, pola retak dan
mode keruntuhan yang terjadi. Tipe dinding yang dianalisis dengan perbandingan tinggi (h’)
terhadap lebar (l’) dinding, h’/l’=1, dengan variasi rasio tulangan 0,0046; 0,0023; 0,0015; 0,0012
dan 0,00 yang diperoleh dengan memvariasikan jarak antara tulangan dalam arah vertikal dan
horizontal dinding.
Hasil analisis menunjukan bahwa pemasangan tulangan pada dinding pengisi dapat meningkatkan
kekuatan, kekakuan dan daktilitas struktur dibandingkan dengan portal dengan dinding pengisi
tanpa tulangan. Pemasangan baja tulangan pada dinding dapat meningkatkan luas bidang dinding
yang menerima tekan serta mengubah pola keruntuhan dari shear and corner compression (S &
CC) menjadi shear and diagonal compression (S & DC) dengan diagonal strut berbentuk botol.
Peningkatan rasio tulangan pada dinding dapat meningkatkan kapasitas beban retak, leleh dan
ultimit serta mampu juga meningkatkan kekakuan dan daktilitas struktur. Pemasangan rasio
tulangan dinding yang lebih besar daripada 0,004, mampu memberikan daktilitas melebihi portal
terbukannya.
Kata Kunci : Portal dinding pengisi bertulang, masonry, elemen hingga, beban lateral
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur beton bertulang dengan dinding pasangan telah banyak dibangun untuk bangunan komersial, industri dan
rumah tinggal di daerah rawan gempa. Dinding pasangan ini dapat berupa pasangan bata merah atau blok beton
yang ditempatkan diantara kolom dan balok rangka beton bertulang. Keberadaan dinding pengisi pada portal-portal
bangunan seperti ini tidak dapat dihindari karena disamping sebagai partisi ruangan, juga sebagai cladding/fascade
bangunan. Panel-panel ini umumnya tidak diperhitungkan dalam proses desain dan dianggap sebagai komponen non
struktur walaupun dinding pasangan ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap respon dinamik struktur
rangka beton bertulang seperti meningkatkan kekuatan dan kekakuan portal terbuka. Hal ini mungkin disebabkan
karena pada saat yang bersamaan juga menunjukan mekanisme keruntuhan getas dari dinding dan interaksi dinding-
portal.
Disamping itu, peningkatan terhadap perilaku seismik yang ditunjukkan oleh dinding pasangan terbatas hanya pada
rentang sifat elastis material tersebut namun tidak mampu meningkatkan deformasi inelastic portal-dinding pengisi
tersebut. Perilaku elastis ini mungkin sulit ditentukan pada saat terjadinya getaran gempa kuat sehingga akhirnya
menghasilkan keruntuhan getas yang dapat mengakibatkan bencana yang lebih besar. Pelajaran dari beberapa
kejadian gempa besar yang pernah terjadi seperti gempa Kobe 1995, Turkey 1999, Iran 2002, dan lainnya di belahan
dunia ini, menunjukkan bahwa keruntuhan dinding-dinding pengisi menyebabkan terjadinya kehilangan jiwa
manusia.
I K. Sudarsana, D. P. G. Sugupta, Yohanes Laka Suku
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 444
Dalam konsep desain struktur tahan gempa, keruntuhan komponen non-struktur seperti dinding diijinkan bila terjadi
gempa sedang dan kuat. Untuk mencegah keruntuhan total dinding pasangan, penambahan tulangan mungkin dapat
dilakukan. Pemasangan tulangan pada dinding pasangan ini umumnya ditempatkan didalam dinding dalam arah
vertikal maupun horizontal. Tulangan ini diangkerkan pada balok dan kolom disekeliling dinding pasangan tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku portal dengan dinding pengisi dengan tulangan yang memiliki
rasio h’/l’=1 dengan variasi rasio tulangan . Analisis dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga
dengan program Lusas Finite Element Analysis (FEA). Perilaku dinding yang diamati baik dalam kondisi batas
layan maupun kondisi batas ultimit.
1.2 Signifikasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku portal-dinding pengisi bertulang dengan variasi rasio tulangan
dinding dan dibebani dengan beban lateral monotonik. Perilaku yang ditinjau meliputi hubungan beban-defleksi,
daktalitas struktur, kekakuan struktur dan pola retak dinding pengisi serta kapasitas bebannya. Hal ini sangat penting
mengingat keruntuhan yang bersifat getas dari dinding pasangan struktur maupun non-struktur akibat beban lateral
seperti gempa dapat mengakibatkan bencana bagi manusia sehingga pemasangan tulangan pada dinding diharapkan
mampu mengurangi kegetasan dari mode keruntuhan tersebut.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analisis numerik menggunakan pemodelan elemen hingga terhadap portal
dengan dinding pengisi berupa pasangan blok masonry yang diberikan tulangan dalam arah vertikal maupun
horizontal. Tinjauan yang dilakukan adalah pengaruh variasi dari rasio tulangan pada dinding terhadap perilaku
portal dengan dinding pengisi akibat beban lateral yang meliputi deformasi horizontal, pola retak, kontur tegangan,
beban retak, leleh dan ultimit dari portal-dinding pasangan.
Pemodelan elemen hingga yang dipergunakan dalam mempelajari pengaruh rasio tulangan dinding terlebih dahulu
dilakukan verifikasi untuk mengetahui keakuratan dari pemodelan yang dilakukan dan sifat-sifat material serta
kriteria-kriteria keruntuhan yang diperhitungkan. Verifikasi dilakukan menggunakan hasil penelitian laboratorium
yang dapat dipercaya. Langkah analisis yang dilakukan sebagai berikut :
2.1 Verifikasi Model
Hasil penelitian yang digunakan dalam memverifikasi pemodelan elemen hingga adalah penelitian eksperimental
oleh Mehrabi et al (1996) yang secara lengkap diuraikan pada Suku (2007). Verifikasi ini juga dipergunakan pada
Sugupta dkk. (2010 in press). Dipilihnya hasil penelitian ini mengingat hasil eksperimen ini sudah banyak diacu
oleh peneliti lainnya seperti FEMA (FEMA 306, 1998), Shing et. al (2006), Willam et. al (2006), Billington dan
Kyriakides (2006). Adapun data eksperimen Model Mehrabi et al. (1996) sebagai berikut:
Gambar 1. Model Portal-Dinding Pengisi Mehrabi et al (1996)
Kolom dianggap terjepit penuh dan untuk mensimulasi beban gravitasi dari lantai diatasnya, diberikan beban
vertikal konstan (Pv) sebesar 294 kN. Beban lateral (Ph) dikerjakan secara bertahap monotonik sampai runtuh.
Dinding pengisi digunakan masonri dari blok beton ukuran 184 x 92 x 92 mm yang dilekatkan dengan mortar.
Adapun sifat bahan (material properties) dari data eksperimental ditampilkan pada Tabel 1. Portal dengan dinding
pengisi dari Mehrabi et. al (1996) ini kemudian dimodelkan dengan metode elemen hingga menggunakan program
Lusas v13.57.
D6-64
Detail Kolom
Total 4 D 16
D6-64
Pemodelan Dan Analisis Perilaku Portal - Dinding Pengisi Bertulang Menggunakan Metode Elemen Hingga
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 445
Tabel 1. Properti material
No Material
Kuat
Tekan
(Mpa)
Modulus
Secant
(Mpa)
Regangan
Kuat
tarik
(Mpa)
Modulus
hancur
(Mpa)
Tegangan
leleh baja,fy,
(Mpa)
Tegangan
putus
baja,fsu,
(Mpa)
1 Blok Masonry 15,57 - - - - - -
2 Mortar 15,98 - - - - - -
3 Prisma 3 lapis
dinding 15,09 9515 0,0029 - - - -
4 Beton 29,52 21910 0,0018 3,29 6,75
Baja Tulangan
φ6 mm - - - - - 367 449
Baja tulangan
D13 mm - - - - - 420 661 5
Baja tulangan
D16 mm - - - - - 413 661
Pemodelan Dengan Program Lusas v13.57
Dalam pembuatan model elemen hingga program Lusas, material beton, dinding pengisi, dan spesi dimodelkan
sebagai elemen 2D (surface), sedangkan untuk baja tulangan dimodelkan sebagai elemen batang (bar). Sifat
material beton (concrete model) mengikuti model yang dikembangkan oleh Jefferson (1989) untuk model dengan
multi-crack. Model ini memperhitungkan retak akibat tarikan dan kegagalan karena hancur akibat tekan dimana
pada program Lusas, masing-masing didefenisikan sebagai Model 82 (multi-crack concrete) dan Model 84 (multi-
crack concrete with crushing). Sedangkan sifat material baja tulangan dimodelkan sebagai material elastis-plastis
dengan memperhitungkan kondisi strain hardening. Kriteria Von Misses digunakan untuk material baja.
Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan sebagai berikut a) mendefinisikan geometri model struktur, b)
mendifenisikan meshing tiap elemen, c) mendefinisikan elemen geometri, d) mendefinisikan properties material, e)
mendefinisikan syarat batas, f) mendefinisikan beban, g) mendefinisikan non linier analisis, h) beban monotonik
diberikan secara bertahap dengan penambahan tingkat beban maksimum misalnya sebesar 5 KN, program akan
berhenti menghitung (mengiterasi) jika regangan batas salah satu material telah terlewati, h) melakukan analisis (run
program), i) Selanjutnya dilakukan interprestasi hasil output.
Hasil Analisis dan Perbandingan dengan Data Eksperimen
Perbandingan hasil analisis dengan data pengujian Mehrabi et. al (1996) ditampilkan pada Tabel 2. Berdasarkan
perbandingan beban retak dan ultimit menunjukkan bahwa pemodelan elemen hingga portal-dinding pengisi
menggunakan Lusas v13.57 menunjukkan hasil yang cukup akurat dengan selisih sebesar -1.36% dan 0.44%
masing-masing untuk beban retak pertama dan ultimit. Disamping beban yang ditinjau, kegagalan yang terjadi juga
sangat bersesuaian. Sehingga cara pemodelan ini akan dipergunakan untuk portal-dinding pengisi dengan tulangan
pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi rasio tulangan dinding terhadap perilaku panel dinding baik
pada kondisi batas layan dan ultimit.
Tabel 2. Perbandingan beban retak pertama dan ultimit Retak pertama
dinding
Beban Ultimit
Cara Analisis
Pcr
(kN)
Selisih
(%)
PU
(kN)
Selisih
(%)
Mehrabi et. al 277,68 0,0 277,68 0,0
Lusas v13.57 273,91 -1,36 278,91 0,44
2.2 Variasi Model Portal-Dinding Pengisi yang Dianalisa
Pada penelitian ini propertis portal dinding pengisi yang digunakan diambil sesuai dengan propertis material pada
penelitian eksperimental oleh Mehrabi et al (1996) seperti terlihat pada Tabel 1, namun berbeda dalam hal parameter
yang ditinjau yaitu h’/l’ tetap = 1 dan rasio tulangan dinding. Adapun model yang dianalisis meliputi portal terbuka
I K. Sudarsana, D. P. G. Sugupta, Yohanes Laka Suku
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 446
l’
h’
(P), portal dengan dinding pengisi tanpa tulangan (PDNT-1) dan portal dengan dinding pengisi bertulang (PDT).
Variabel yang ditinjau adalah rasio tulangan yang terpasang permeter persegi dinding dengan ketebalan dinding 92
mm seperti terlihat pada Tabel 3. Panel dinding memiliki rasio tinggi (h’) dan panjang dinding (l’) tetap sebesar
1,00. Simpangan horizontal ditinjau pada titik ”x” pada Gambar 2(a).
Tabel 3. Konfigurasi Model
Gambar 2(a) Portal terbuka, P-1
Gambar 2(b) Portal-dinding tidak bertulang, PNDT
Gambar 2(c) Portal-dinding bertulang, PDT
3. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Pola Retak dan Mode Keruntuhan
Secara umum keruntuhan portal terbuka diakibatkan oleh lentur sedangkan pada dinding retak terjadi akibat
tegangan tarik dan tekan. Retak awal dinding merupakan retak geser yang terjadi pada pertemuan antara panel
dinding dengan kolom. Kapasitas beban retak awal pada portal-dinding pengisi bertulang (PDT) ditunjukkan pada
Tabel 4 dan kecendrung perbandingannya dapat dilihat pada Gambar 3. Penambahan tulangan pada dinding
meningkatkan kapsitas beban retak awal dibandingkan dengan portal-dinding pengisi tanpa tulangan dan mampu
mengubah mode keruntuhan dari S & CC menjadi S & DC.
Tabel 4. Beban retak dan mode keruntuhan
PDNT -1 0,0000 181,75 1,32 109,90 S & CC
PDT-1 0,0046 199,74 1,40 108,10 S & DC
PDT-2 0,0023 196,48 1,38 102,55 S & DC
PDT-3 0,0015 186,38 1,33 102,67 S & DC
PDT-4 0,0012 186,60 1,33 100.00 S & DC
Mode
KeruntuhanModel
Rasio
T ulangan
Dinding
Beban Retak
Pertama
dinding (Fcr),
kN
Deformasi
Lateral
saat retak,
mm
%
Perbandingan
thd PDNT -1
Catatan:
S&CC : Shear (S) and Corner Compression
S & DC : Shear (S) and Diagonal Compression
PDT-1
PDT-2
PDT-3 PDT-4
PDNT-1
170
175
180
185
190
195
200
205
0.0046 0.0023 0.0015 0.0012 0
Beban Retak Pertama, kN
Rasio Tulangan Dinding
Gambar 3. Hubungan rasio tulangan dinding dengan
beban retak pertama (Pcr)
Variasi
h’/l’
Tulangan fy
(MP
Rasio
Tulangan
P-1 PDNT-1 PDT-1 1,00 D10-184 400 0.0046
- - PDT-2 1,00 D10-368 400 0.0023
- - PDT-3 1,00 D10-552 400 0.0015
- - PDT-4 1,00 D10-736 400 0.0012
Kode Model
Pemodelan Dan Analisis Perilaku Portal - Dinding Pengisi Bertulang Menggunakan Metode Elemen Hingga
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 447
Retak Tekan Diagonal
Retak Geser
Terlepas
Terlepas
Terlepas
Terlepas
Retak Sudut
Retak Sudut
Kondisi retak semua model pada akhir pembebanan/keruntuhan ditunjukan pada Gambar 4 (a),(b),(c),(d),(e) dan (f)
masing-masing untuk portal terbuka, dinding pengisi dengan rasio tulangan 0,0046; 0,0023; 0,0015; 0,0012 dan
0,00. Peningkatan beban lateral memperlebar dan memperpanjang retak awal disepanjang pertemuan panel dinding
dengan kolom dan balok bawah portal bahkan menyebabkan timbulnya retak baru pada diagonal dinding,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4 (a) sampai (f).
Akibat pembebanan latral, kolom dari portal terbuka mengalami deformasi double curvature terlihat dari pola retak
tarik dan tekan yang terjadi pada kolom (Gambar 4.a). Adanya dinding pengisi pada panel portal tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk deformasi pada struktur portal menjadi deformasi single curvature
dengan pola retak seperti dinding kantilever yang memiliki kolom-kolom sebagai elemen batas (boundary elements).
(a) Portal terbuka, P-1
(b) PDT-1
(c) PDT-2
TerlepasRetak Geser
Retak Tekan Dia.
(d) PDT-3
Terlepas
Retak Diagonal Tekan
Retak Geser
(e) PDT-4
(f) PDNT-1
Gambar 4. Pola retak pada pembebanan ultimit dari semua model yang dianalisa
Peningkatan rasio tulangan pada dinding pasangan juga dapat meningkatkan distribusi retak pada dinding. Hal ini
diakibatkan adanya efek kekangan yang diberikan oleh baja tulangan terhadap pergerakan dari retak geser yang
terjadi.
3.2 Kontur tegangan pada dinding
Distribusi tegangan normal (Sx) yang terjadi pada masing-masing model dapat dilihat dari kontur tegangan yang
ditampilkan pada Gambar 5. Dari kontur tegangan terlihat bahwa konsentrasi medan tegangan tekan terjadi pada
daerah diagonal dinding yang membentuk strut diagonal.
Penambahan baja tulangan pada dinding mengubah bentuk strut diagonal dari berbentuk prismatis (pada PDNT)
menjadi berbentuk botol (pada PDT). Gambar 5 juga menunjukkan bahwa peningkatan rasio tulangan dinding
dapat meningkatkan luas daerah tekan diagonal pada dinding. Hal ini disebabkan oleh baja tulangan mampu
mencegah terjadinya pemisahan dini pada daerah dinding yang mengalami tarik dari portal disekelilingnya seperti
halnya yang terjadi pada portal-dinding tanpa tulangan (PDNT).
X
Y
Z
Tarik
Tekan
I K. Sudarsana, D. P. G. Sugupta, Yohanes Laka Suku
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 448
(a) PDT-1 (rasio 0,0046)
(b) PDT-2 (rasio 0,0023) (c) PDT-3 (rasio 0,0015)
PDT-4 (rasio 0,0012)
(e) PDNT-1 (rasio 0,00)
Gambar 5. Kontur tegangan normal Sx yang terjadi pada dinding untuk semua model
3.3 Hubungan Beban-Lendutan Lateral
Hubungan antara beban dan deformasi lateral dari portal dengan dinding pengisi ditunjukkan pada Gambar 6. Portal
terbuka memiliki deformasi yang cukup panjang namun beban leleh dan maksimum yang mampu dipikul jauh lebih
kecil dari portal dengan dinding pengisi baik bertulang maupun tidak. Dengan adanya dinding pengisi pada panel
portal tersebut, deformasi horizontal yang terjadi baik pada kondisi leleh maupun ultimit jauh lebih kecil dari portal
terbuka. Hal ini menunjukan bahwa keruntuhan yang ditunjukan oleh portal dengan dinding pasangan sangat getas.
Pengaruh rasio tulangan dinding terhadap deformasi lateral dinding tidak terlalu significant pada kondisi sebelum
leleh baja tulangan terjadi. Pada kondisi sebelum leleh, semua kurva P-δ dari portal dengan dinding pengisi hampir
berimpit, namun pengaruh rasio baja tulangan baru kelihatan pada kondisi leleh sampai kondisi beban ultimit
dimana kurva P-δ mulai mengalami deviasi satu dengan lainnya. Perbedaan dari kurva ini merupakan kontribusi dari
rasio tulangan yang terpasang pada dinding.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0
Ga
ya
late
ral,
kN
Deformasi Horizontal, mm
PDT-1
PDT-2
PDT-3
PDT-4
PDNT-1
P-1
Gambar 6. Hubungan beban dan deformasi lateral
Tabel 5. Beban dan deformasi saat leleh dan ultimit
Defleksi, Defleksi,
(mm) (mm)
P-1 52,25 28,55 66,38 58,20
PDNT-1 244,25 3,78 244,25 3,78
PDT-1 258,53 2,05 366,90 4,53
PDT-2 256,48 2,36 314,52 3,94
PDT-3 253,88 2,64 311,80 4,07
PDT-4 249,40 2,88 307,61 4,36
ModelBeban, F y
(kN)
Beban, F m
(kN)y∆
m∆
Pemodelan Dan Analisis Perilaku Portal - Dinding Pengisi Bertulang Menggunakan Metode Elemen Hingga
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 449
3.4 Daktilitas
Daktilitas struktur dihitung berdasarkan rasio antara simpangan pada beban ultimit dengan simpangan pada beban
leleh pertama. Hasil analisis daktilitas struktur portal terbuka dan portal dinding pengisi serta perbandingannya
dengan daktilitas portal terbuka ditampilkan pada Tabel 6. Pemasangan tulangan (arah horisontal dan vertikal) pada
dinding pengisi dapat meningkatkan nilai daktilitasnya. Peningkatan ini tergantung dari rasio tulangan yang
terpasang pada dinding, dimana semakin besar rasio tulangan maka daktilitas semakin tinggi pula. Hubungan rasio
tulangan dinding dengan daktilitas ditunjukkan pada Gambar 7.
Dari Gambar 7 dapat disampaikan bahwa pemasangan rasio tulangan sampai dengan ~ 0.004, daktilitas portal
dinding pengisi masih lebih kecil dari portal terbuka, namun rasio tulangan diatas 0,004, daktilitasnya lebih besar
dari daktilitas portal terbuka. Untuk Model PDT-1, daktilitasnya cukup tinggi karena deformasi leleh yang terjadi
kecil, sedangkan mampu berdeformasi inelastis yang cukup besar sebelum mengalami kegagalan.
Tabel 6. Kekakuan leleh, ultimit dan daktilitas
P-1 Portal terbuka 2,04 100
PDNT -1 0,0000 1,00 49
PDT -1 0,0046 2,21 108
PDT -2 0,0023 1,67 82
PDT -3 0,0015 1,54 75
PDT -4 0,0012 1,51 74
Model
Koefisien
Daktilitas
(µ)
Rasio T ulangan
Dinding
%
Perbandingan
daktilitas
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005
Koef
isie
n D
ak
tili
tas
Per
pin
dah
an
, µµ µµ
Rasio Tulangan Dinding
Portal-Dinding (FEA)
Portal Terbuka (FEA)
Gambar 7. Hubungan rasio tulangan dengan faktor
daktilitas portal-dinding bertulang
3.5 Kekakuan Struktur
Penambahan baja tulangan pada dinding dapat meningkatkan kekakuan leleh dan kekakuan ultimit yang cukup
significant seperti terlihat pada Tabel 7. Besarnya peningkatan kekakuan portal dinding pengisi bertulang (PDT)
terhadap portal dinding pengisi tanpa tulangan (PDNT-1) pada kondisi leleh berkisar dari 34% sampai 95,2%.
Sedangkan pada kondisi ultimit, peningkatan kekakuan berkisar antara 9,2% sampai 25,3% terhadap kekakuan
ultimit portal dinding pengisi tanpa tulangan. Dari Gambar 8 dan Tabel 7 juga terlihat bahwa terjadinya degradasi
kekakuan ultimit terhadap kekakuan leleh disebabkan oleh terjadinya pelelehan baja tulangan dan retak pada dinding
yang cukup banyak.
0
20
40
60
80
100
120
140
0.000 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005
Kek
ak
uan
, k
N/m
m
Rasio Tulangan Dinding
Portal-Dinding Ultimit (FEA)
Portal Terbuka Ultimit (FEA)
Portal-Dinding Leleh (FEA)
Portal-Terbuka-Leleh (FEA)
Gambar 8. Hubungan rasio tulangan dengan kekakuan
portal-dinding bertulang
Tabel 7. Kekakuan leleh dan ultimit
P-1 Portal terbuka 1,83 2,80 1,14 1,80
PDNT -1 0,0000 64,62 100,0 64,62 100,0
PDT -1 0,0046 126,11 195,2 80,99 125,3
PDT -2 0,0023 108,68 168,2 79,83 123,5
PDT -3 0,0015 96,17 148,8 76,61 118,6
PDT -4 0,0012 86,60 134,0 70,55 109,2
ModelRasio T ulangan
Dinding
Kekakuan
leleh (Ky)
kN/mm
%
Perbandingan
kekakuan
leleh
Kekakuan
ultimit (Ku)
kN/mm
%
Perbandingan
Kekakuan Ult.
I K. Sudarsana, D. P. G. Sugupta, Yohanes Laka Suku
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 450
3.6 Kapasitas Beban Lateral
Kapasitas beban lateral untuk portal dengan dinding pengisi bertulang baik kapasitas beban leleh maupun beban
ultimit ditampilkan pada Tabel 8. Peningkatan kapasitas beban lateral leleh berkisar antara 2,1% (rasio tulangan
0,0012) sampai 5,85% (rasio tulangan 0,0046) terhadap beban leleh portal dengan dinding pengisi tanpa tulangan.
Sedangkan untuk beban ultimit, peningkatan kapasitas beban lateral adalah sebesar 50,2% dengan jarak antara
tulangan 184 mm (rasio 0,0046) , 28,8% dengan jarak antara tulangan 368 mm (rasio 0,002), 27,7% dengan jarak
antara tulangan 552 mm (rasio 0,0015) dan 25,9% dengan jarak tulangan 736 mm (rasio 0,0012). Peningkatan
kapasitas beban ini dikarenakan kontribusi dari tulangan dalam menahan kegagalan/retak akibat geser sehingga
portal masih memiliki kekakuan untuk memikul beban yang bekerja.
Tabel 8. Beban lateral dan mode keruntuhan
Defleksi, Defleksi,
(mm) (mm)
P-1 52,25 28,55 66,38 58,20 Lentur
PDNT-1 244,25 3,78 244,25 3,78 S & CC
PDT-1 258,53 2,05 366,90 4,53 S & DC
PDT-2 256,48 2,36 314,52 3,94 S & DC
PDT-3 253,88 2,64 311,80 4,07 S & DC
PDT-4 249,40 2,88 307,61 4,36 S & DC
ModelBeban, F y
(kN)
Beban, F m
(kN)Mode Keruntuhan
y∆ m∆
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0.0000 0.0010 0.0020 0.0030 0.0040 0.0050
Beb
an
La
tera
l ,
kN
Rasio Tulangan Dinding
Portal-Dinding Ultimit (FEA)
Portal terbuka Ultimit (FEA)
Portal-dinding-leleh (FEA)
Gambar 10. Hubungan rasio tulangan dinding
dengan beban lateral
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diambil beberapa simpulan
sebagai berikut :
1. Pada portal dengan dinding pengisi bertulang rasio h’/l’=1,0 terlihat bahwa pemasangan tulangan pada
dinding pengisi cukup efektif meningkatkan kekuatan, kekakuan dan daktilitas struktur.
2. Pemasangan baja tulangan pada dinding dapat menghambat terjadinya pemisahan dini antara portal dengan
dinding pengisinya dan mampu meningkatkan luas bidang dinding yang menerima tekan serta mengubah
pola keruntuhan dari shear and corner compression (S & CC) menjadi shear and diagonal compression (S
& DC).
3. Bentuk daerah tekan diagonal mengalami perubahan dari berbentuk prismatis menjadi berbentuk botol
(bottle shape) dengan pemasangan baja tulangan pada dinding.
4. Peningkatan rasio tulangan pada dinding dapat meningkatkan kapasitas beban retak, leleh dan ultimit.
Peningkatan juga terjadi pada kekakuan dan daktilitas struktur dengan bertambahnya rasio tulangan
tersebut.
5. Pemasangan rasio tulangan dinding yang lebih besar daripada 0,004, mampu memberikan daktilitas
melebihi portal terbuka.
4.2 Saran
Perlu dilakukan analisis dengan memperhitungkan variabel lain seperti tebal dinding, tipe masonry yang digunakan,
letak tulangan pada dinding untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap dari perilaku portal dengan dinding
pengisi bertulang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. (2002). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI
03-1726-2002, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-
2847-2002, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.
Pemodelan Dan Analisis Perilaku Portal - Dinding Pengisi Bertulang Menggunakan Metode Elemen Hingga
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 451
Bale, H.H., Suhendro, B., Triwiyono, A. (1999). “Prosedur Elemen-Hingga Multi Lapis untuk Analisis Linier
Elastis Struktur Beton Bertulang”. Teknosains, Vol. 12(2), hal : 191-212.
Budiono, B., Hermani. (2003). ”Model Elemen Hingga Non Linier untuk Karakteristik Panel Dinding Bata Pengisi
terhadap Gaya Laterak Siklik”. Proceedings ITB Sains & Teknologi, Vol. 35 A, No 2, hal : 129-145.
FEMA 306. Evaluation of Raethquake Damaged Concrete and Masonry Wall Buildings- Basic Prosedures Manual.
Prepared by ATC. Redwood City, California.
FEMA 307. Evaluation of Raethquake Damaged Concrete and Masonry Wall Buildings- Basic Prosedures Manual.
Prepared by ATC. Redwood City, California.
Lusas Modeller. (2004). User Manual. High Street Kingston-upon-Themes Surrey.
Madan, A., Reinhorn, A.M., Mander, J.B., dan Valles, R.E. (1997). ”Modeling of Masonry Infill Panels for
Structural Analysis”. J. Struc. Engrs., ASCE, 123(5), p. 604-613.
Mehrabi, A.B., Shing, P.B. (1997). “Finnite Element Modeling of Masonry-Infilled RC Frames”. Journal Strct.
Engrg., ASCE, 122(5). p. 604-613.
Mehrabi, A.B., Shing, P.B., Schuller, M.P., Noland, J.L. (1996). “Experimental Evaluation of Masonry-Infilled RC
Frames”. J. Strct. Engrg. ASCE, 122(3). p. 228-237
Paulay, T dan Priestley, M. J. N. (1992). Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Building. Chichester.
New York . Brisbane . Toronto : John Wiley & Sons, Inc.
Shing, P. B., Restrepo, J, & Stavridis, A. (University of California, San Diego) ; Willam, K., Mettupalayam, S., &
Blackard, B. (University of Colorado, Boulder) ; Billington, S., & Kyriakides, M. (Stanford University).
(2006). Seismic Performance Assessment and Retrofit of Non Ductile RC Frames with Infill Wall. NEESR-
SG : Annual Meeting, July 21-23, 2006, Colorado : University of Colorado, Boulder
Suku, Y.L. (2007). “Pemodelan dan Analisis Perilaku Portal-Diding Pengisi Menggunakan Metode Elemen Hingga
dan Equivalent Diagonal Strut”. Tesis, Program Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas
Udayana, Bali.
I K. Sudarsana, D. P. G. Sugupta, Yohanes Laka Suku
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 452
top related