Download - Studi Kasus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Djumhur (1975), pada umumnya pendidikan diartikan sebagai suatu proses
bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaan. Pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang
berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tertentu timbullah interaksi antara individu
dengan lingkungannya baik secara fisik maupun secara sosial kultural.
Proses pendidikan dapat bersifat formal maupun non formal yaitu pendidikan yang
berada dilingkungan keluarga dan lembaga-lembaga yang bersifat non formal. Sedangkan
sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan penting dalam
proses pendewasaan anak dan menjadikannya berguna dalam masyrakat. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi segala kesulitan belajar
yang dihadapi para siswanya. Sebagai seorang guru yang baik maka guru tidak hanya
menyampaikan materi yang sesuai tetapi juga harus tanggapan terhadap segala macam
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswanya. Besar kecilnya hambatan yang dihadapi oleh
siswa merupakan salah satu faktor tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru harus memberikan layanan bimbingan
terhadap siswa yang mengalami keterlambat dalam belajar.
Layanan bimbingan siswa merupakan salah satu model pemberian bantuan layanan
dan bimbingan kepada siswa sebagai upaya pemberian bantuan pemecahan yang dihadapi
siswa secara efektif dan efisien, dengan harapan proses belajar mengajar dapat terlaksana
secara optimal.
Menyelenggarkan studi kasus adalah salah satu usaha yang bertujuan untuk
memahami siswa sebagai individu dalam penyesuain diri yang baik dan membantu
perkembangan siswa secara optimal agar dapat membantu dalam membentuk peserta didik
yang unggul sesuai amanat UU tentang tujuan 2
pendidikan formal yang tercantum dalam UU RI No. 20 TH 2003, BAB II Pasal 3 :
“untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri,
kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Praktik Pengalaman Lapangan (PP ) merupakan kegiatan intrakurikuler yang wajib
diikuti oleh seluruh mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang sebagai salah satu dari beberapa syarat untuk dapat dinyatakan
sebagai sarjana pendidikan. Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan dan membentuk serta
merancang calon tenaga pendidik yang professional dan kompeten serta menguasai
kemampuan keguruan yang utuh melalui praktek secara langsung di sekolah yang sudah
ditentukan. Dengan adanya program ini, setelah menyelesaikan pendidikannya calon
pendidik diharapkan siap secara mandiri dalam mengemban tugas guru sesuai bidangnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam menyelenggarakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL), praktikan sebagai calon guru tentunya tidak hanya berkewajiban menyampaikan
materi pembelajaran, mentransfer pengetahuan tetapi lebih dari pada itu, seorang guru
dituntut untuk memahami kondisi peserta didik dalam penerimaan pembelajaran tersebut.
Seorang guru juga dituntut untuk menangani peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar dan mencarikan pemecahan sebagai jalan keluarnya. Guru diharapkan peka dan
tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh anak didiknya. Karena guru merupakan orang
yang terdekat dengan peserta didik, maka disamping berperan sebagai penyampai materi
pelajaran, seorang guru diharapkan selalu siap membantu siswa yang mempunyai masalah
dengan proses belajarnya. Menurut Prof.Dr. Made Pidarta, pekerjaan mendidik mencakup
banyak hal yang terkait dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia
mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, perasaan, kemauan dan sosial.
Sedangkan menurut Mulyono (2008) belajar bukanlah sekedar transmisi ilmu pengetahuan
semata sebagai fakta. 3
1.2 Pemilihan Kasus
Layanan bimbingan siswa yang dilaksanakan diutamakan pada siwa yang dianggap
mempunyai masalah yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya dan perlu dicarikan
pemecahannya, agar siswa yang bersangkutan sesegera mungkin dapat mengikuti dan
melaksanakan tugas dalam belajarnya dengan hasil yang optimal sesuai dengan yang
diharapkan.
Untuk mendapatkan siswa yang termaksud diatas, selama PPL dan kegiatan mengajar
dikelas penulis mengadakan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun yang mendasari penulis untuk memilih siswa yang bersangkutan sebagai subjek studi
kasus adalah sebagi berikut:
1. Kelihatan kurang bersemangat dan pasif di kelas.
1 Kurang mempunyai rasa percaya diri saat dikelas.
2 Kelihatannya kurang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sekelas.
3 Mempunyai nilai di bawah rata-rata kelas.
4 Lamban dalam menerima pelajaran yang di sampaikan guru.
1.3 Tujuan Layanan Studi Kasus
Tujuan studi kasus di sekolah adalah untuk mencapai dan mendapatkan pemahaman
menyuluhan mengenai siswa yang bermasalah sehingga dapat dibuat program bantuan. tujuan
studi kasus dapat dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
o TUJUAN UMUM
Secara umum tujuan studi kasus bertujuan untuk :
1. Umum memproleh gambaran yang jelas tentang keadaan pribadi siswa yang di anggap
mempunyai masalah belajar.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab dan menerapkan jenis dan sifat kesulitan belajar
serta latar belakang timbulnya masalah yang dihadapi siswa kasus.
3. Untuk memberi bekal pengalaman kepada calon guru agar lebih peka terhadap
permasalahan yang dihadapi siswa dan mampu memecahkannya.
o TUJUAN KHUSUS
Secara khusus pelaksanan studi kasus bertujuan untuk:
1. Memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mempunyai masalah.
2. Membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3. Membantu siswa memecahkan masalah dan mengembangkan potensi belajar siswa secara
optimal.
6
1.4 Manfaat Layanan Studi Kasus
Kegunaan studi kasus dalam layanan bimbingan siswa disekolah merupakan suatu
upaya dalam membantu siswa yang bermasalah supaya dapat memahami kemampuan dirinya
dan lingkungan dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kasus. Selain itu juga
dapat berguna untuk siswa agar mengetahui keadaan diri sendiri dan bisa beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Secara terperinci dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Siswa dapat memahami karakteristik keribadiannya sendiri.
b. Siswa mendapatkan bantuan dalam penemuan permasalahan dan jalan pemecahannya.
c. Siswa dapat memperoleh informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
2. Bagi Calon Guru (Praktikan)
Pengalaman ini memberikan masukan dan bekal dalam usaha mengatasi masalah yang
dialami siswa yang juga merupakan pengalaman praktis untuk menunjang profesionalisme
sebagai guru di masa yang akan datang.
3. Bagi Wali Kelas
Layanan bimbingan siswa bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam memahami
peserta didik, mengidentifikasi permasalahan – permasalahan dan jalan pemecahan dalam
rangka membimbing dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.
4. Bagi Konselor
Laporan bimbingan siswa ini diharapkan untuk bisa dijadikan sebagai solusi alternatif
dalam mengetahui sekaligus memahami siswa yang bermasalah dan penyelesaiannya serta
pemberian bimbingan atas latar belakang penyebabnya sehingga siswa mampu menjadi insan
seutuhnya. 7
5. Bagi Kepala Sekolah
a. Bahan pertimbangan dalam monitoring keadaan siswa dan kemampuan guru, terutama
berkaitan dengan studi kasus.
b. Merupakan salah satu sumber informasi tentang siswanya, sehingga dapat digunakan
sebagai landasan menentukan kebijaksanaan tentang masalah siswa
6. Orang Tua
a. Meningkatkan komunikasi antara orang tua dan sekolah sehingga dapat dihindari kesalahan
atau kekeliruan dalam mendidik anak.
b. Memberikan informasi tentang situasi dan kondisi anaknya disekolah pada umumnya,
sehingga dengan informasi ini orang tua dapat mengendalikan dan membina anaknnya.
1.5 Konfidensial
Pengumpulan data dalam kegiatan studi kasus dilakukan bertujuan untuk memperoleh
informasi yang selengkap-lengkapnya tentang siswa. Data siswa baik berupa data pribadi
maupun data lingkungan sangat diperlukan karena akan mempermudah praktikan dalam
membantu siswa.
Agar lebih menjaga kerahasiaan identitas siswa dalam menyusun laporan studi kasus
ini, praktikan menggunakan nama fiktif sebagai pengganti nama asli siswa yang dibantu
dalam menyelesaikan masalahnya. Sehingga kerahasiaan identitas siswa yang dibantu untuk
menyelesaikan masalahnya tetap terjaga. Hal ini tidak terlepas dari kode etik jabatan konselor
yang mana dimaksudkan agar konselor dalam menjalankan tugasnya tetap menjaga standar
mutu dan menghindari adanya penyimpangan.
Menurut Munandir (1979) kode etik jabatan konselor adalah terdapat dalam kode etik
no. 1 dan 4 penyimpangan penggunaan informasi. Kode etik konselor butir 1.1 adalah: 8
Catatan-catatan tentang diri siswa, yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat
menyurat, perekam dan data lainnya, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia
dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan riset atau pendidikan calon konselor asalkan
identitas siswa dirahasiakan.
Butir tersebut diperjelas lagi pada butir 1.2 yang berbunyi:
Penyampaian informasi mengenai siswa kepada keluarga atau kepada anggota profesi
lain hanya boleh dilakukan seizin siswa. Penggunaan informasi tentang siswa yang sama atau
yang lain dapat dibenarkan asalkan untuk kepentingan siswa dan tidak merugikan siswa.
Kewajiban konselor untuk memegang rahasia siswa tetap berlaku walaupun konselor tidak
lagi menangani siswa atau tidak lagi berdinas sebagai konselor.
Berpijak dari kode etik di atas, maka menjadi kewajiban praktikan untuk tidak
membocorkan dan menjamin kerahasiaan idetitas siswa dengan menuliskan identitas siswa
secara fiktif dalam laporan ini.
Kerahasiaan tersebut dimaksudkan supaya siswa merasa dihargai dan dilindungi
dengan aman. Selain itu juga menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan percaya
terhadap praktikan sehingga nantinya terbina hubungan dengan baik, akrab, hangat, dan
terbuka terhadap praktikan, sehingga siswa tidak merasa dirugikan secara langsung maupun
tidak langsung oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Penyusunan laporan studi kasus
ini sudah atas kesediaan siswa, sehingga dengan ini siswa tidak merasa dijadikan sebagai
percobaan oleh praktikan dalam melaksanakan tugas studinya.
BAB II
LAYANAN BIMBINGAN SISWA
Layanan Bimbingan memegang peranan penting bagi siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapi sehingga dengan adanya layanan bimbingan, perkembangan siswa
siswa berjalan sesuai harapan. Bimbingan menurut Natawijaya (dalam Suganda : 2006) yaitu
suatu proses dengan memperhatikan perbedaan individual sehingga ia dapat menjalankan
tahap maju seoptimal mungkin di dalam perkembangannya dan dapat memecahkan
maalahnnya sendiri.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan informasi tentang siswa dalam
studi kasus kesulitan belajar ini yaitu meliputi: identifikasi kasus, sintesis, diagnosis,
prognosis, pemberian bantuan (treatment), dan tindak lanjut (follow up). Dalam bab ini akan
diuraikan mengenai identifikasi kasus sampai dengan prognosis.
2.1 Defenisi Kesulitan Belajar
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadangkadang dapat cepat menangkap apa
yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang
semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi atau lambat dalam
menerima materi yang disampaikan. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap
anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap
individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di mana anak didik / siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak
mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang
yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan
karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan
karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu
menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam
mencapai hasil belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah
karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
2.2 Macam-Macam Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning
disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil
belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemahgemulai.
b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh :
siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet
bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat
menguasai permainan volley dengan baik.
c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau
malah sangat rendah.
d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga
ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.
2.3 Learning Disorder
2.3.1 Learning Disorder
Learning disorder dapat disebut juga kekacauan belajar yaitu keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.Adapun ciri-ciri anak yang mengalami learning disorder, diantaranya:• Daya ingat kurang baik
• Sulit dalam mempelajari keterampilan baru
• Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan
tuntas
• Impulsif (bertindak sebelum berpikir)
• Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih
• Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah
• Problem emosional
• Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu
• Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu
• Menolak bersekolah
Disamping itu, ada 3 Jenis Gangguan dalam learning disorder, yaitu: Reading Disorder
Pada anak yang mengalami learning disorder, Ada Masalah pada syaraf otak yang mengurus penglihatan, bahasa dan memori, Kesulitan dalam memahami dan membedakan bunyi (phonological skill), Yang dilihat : ketepatan, kecepatan & pemahaman dalam membaca, Kesalahan : d b (huruf yang terbalik), was menjadi saw (kata yang terbalik), dan place menjadi palace (penghilangan huruf dalam kata).
Menurut DSM IV-TR:
a. Prestasi membaca yang diukur dengan tes ketepatan dan pemahaman membaca individu yang terstandarisasi, hasilnya berada di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya.
b. Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan
c. Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan membaca secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut.
Mathematic Disorder
Menurut DSM-IV TR:
• Kemampuan berhitung (matematika), yang diukur dengan tes individu yang terstandarisasi, hasilnya berada di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya.
• Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari yang memerlukan kemampuan berhitung (matematika).
• Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan dalam menghitung (matematika) secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut.
Adanya Dyscalculia, yaitu Kesulitan dalam memahami konsep abstrak dalam operasi hitung & pemecahan masalah serta Kesulitan dalam memahami angka dan symbol namun Tidak ada masalah dengan IQ, fungsi sensori, perkembangan & emosi serta Kesulitan dengan visual-spatial yang Berhubungan dengan syaraf otak.
Writing Disorder
Menurut DSM-IV TR:• Kemampuan menulis berdasarkan pengukuran tes individu yang terstandarisasi (atau
pengukuran fungsi kemampuan menulis), dimana hasilnya di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya.
• Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari yang memerlukan keahlian dalam menulis kata-kata (misalnya menulis kalimat yang benar dan paragraph yang teratur). Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan dalam menghitung (matematika) secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut.
Adanya Masalah pada visual motor eye-hand coordination yang Biasanya diikuti dengan masalah perencanaan, evaluasi diri dan modfikasi diri.
2.4 Motivasi
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, efektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu tahapan perubahan tingkah laku individu atau kelompok yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman, interaksi dengan lingkungan sekitar yang melibatkan proses kognitif. Belajar merupakan proses yang berkesinambungan dan mengubah seseorang dalam berbagai cara. Proses belajar terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa.
2.4 Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003).
2.5 Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung
2.6 Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa yang berasal dari Inggris, merupakan bahasa
utama di Britania Raya (termasuk Inggris), Amerika Serikat, serta banyak negara lainnya, dan
termasuk rumpun bahasa Jermanik Barat. Bahasa ini berawal dari kombinasi antara beberapa
bahasa lokal yang dipakai oleh orang-orang Norwegia, Denmark, dan Anglo-Saxon dari abad
ke-6 sampai 10. Lalu pada tahun 1066 dengan ditaklukkan Inggris oleh William the
Conqueror, sang penakluk dari Normandia, Perancis Utara, maka bahasa Inggris dengan
sangat intensif mulai dipengaruhi bahasa Latin dan bahasa Perancis. Dari seluruh kosakata
bahasa Inggris modern, diperkirakan ±50% berasal dari bahasa Perancis dan Latin.
BAB III
Penanganan Kasus
3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka usaha memperoleh data yang akurat tentang diri siswa, penulis dalam
penyusunan studi kasus dan layanan bimbingan siswa ini menerapkan beberapa metode
pengum pulan data sebagai berikut:
1. Metode Angket :
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan
pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975)
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara
tertulis juga ( WS. Winkel, 1987)
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 )
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
memerlukan kedatangan langsung dari sumber data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh
orang/anak yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987).
Metode ini berupa angket isian yang memuat sejumlah pertanyaan guna memperoleh
informasi seputar diri siswa, keluarga dan lingkungannya yang diberikan kepada siswa kasus,
orang tua siswa dan guru wali kelas untuk diisi data yang sebenar-benarnya. 9
2. Metode Interview / wawancara :
Metode ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang belum terungkap dalam angket
atau untuk mengecek prosentase keakuratan data angket. Metode ini di lakukan terhadap
siswa kasus, teman sekelas, dan guru wali kelas mengenai hal yang relevan dengan masalah
yang dihadapi siswa kasus.
3. Studi Dokumentasi :
Dalam hal ini penulis mempelajari, menganalisa serta menafsirkan data seputar siswa
yang terdapat pada dokumen-dokumen di SMA Negeri 7 Malang atau pada guru kelas yang
bersangkutan.
4. Problem Checklist :
Merupakan suatu daftar kemungkinan masalah yang pernah atau sedang dialami siswa kasus.
5. Observasi :
Penulis mengamati langsung tingkah laku siswa kasus, baik didalam maupun diluar kelas,
serta di lingkungan sekolah.
Jika hal yang dapat menghambat pembelajaran dibiarkan, maka tentu tujuan proses belajar
mengajar tidak akan pernah tercapai. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai,
mendapatkan nilai yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat
kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar.
Berdasarkan gambaran tersebut diatas , maka dalam penyusunan studi kasus dan
layanan bimbingan siswa ini akan dibahas tentang masalah yang dihadapi oleh siswa dalam
hal ini siswa SMA Negeri 7 Malang, Jawa Timur.
Layanan Bimbingan memegang peranan penting bagi siswa dalam memecahkan masalah
yang dihadapi sehingga dengan adanya layanan bimbingan, perkembangan siswa siswa berjalan
sesuai harapan. Bimbingan menurut Natawijaya (dalam Suganda : 2006) yaitu suatu proses dengan
memperhatikan perbedaan individual sehingga ia dapat menjalankan tahap maju seoptimal mungkin
di dalam perkembangannya dan dapat memecahkan maalahnnya sendiri.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan informasi tentang siswa dalam studi
kasus kesulitan belajar ini yaitu meliputi: identifikasi kasus, sintesis, diagnosis, prognosis, pemberian
bantuan (treatment), dan tindak lanjut (follow up). Dalam bab ini akan diuraikan mengenai
identifikasi kasus sampai dengan prognosis.
3.2 Identifikasi Kesulitan Belajar
Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang mendapat
masalah belajar dan yang memerlukan bantuan atau penanganan untuk meningkatkan
motivasi atau hasil belajarnya. Dalam melaksanakan kegiatan ini, maka peserta praktikan
berusaha untuk mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan siswa yang
mempunyai masalah yang membuat belajar tidak optimal tersebut agar dapat ditentukan letak
permasalahan yang dialami oleh siswa tersebut.
Dalam identifikasi kasus ini penulis menggunakan berbagai cara sebagai berikut:
1. Memperhatikan siswa atau siswi di dalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Hal ini meliputi aktivitas siswa selama KBM khususnya pada mata pelajaran
Matematika.
2. Mengamati siswa atau siswi yang kurang serius.
3. Mencari informasi mengenai siswa yang dianggap mempunyai masalah belajar kepada
beberapa guru mata pelajaran yang mengajar kelas siswa yang bersangkutan.
4. Melakukan wawancara dan pendekatan secara pribadi kepada siswa yang bersangkutan
untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang dapat menunjukkan permasalahan yang
dihadapi oleh siswa yang meliputi masalah belajar, keluarga, dan lain-lain yang dianggap
perlu.
5. Mengumpulkan dokumentasi yang berisi data siswa, yaitu daftar nilai ulangan dan tugas
siswa, buku pedoman tata tertib siswa, daftar presensi, maupun rapor SMP (karena siswa
belum mempunyai rapor SMA) untuk dipelajari guna mendapatkan informasi tentang siswa
yang lebih lengkap.
6. Memberikan questioner untuk diisi oleh siswa. Questioner terdiri dari identitas siswa, dan
daftar check masalah (DCM) yang masing-masing berisi daftar pilihan permasalahan-
permasalahan yang umumnya dihadapi oleh siswa SMA yang diklasifikasikan kedalam
beberapa aspek dan dipilih oleh siswa jika sesuai dengan keadaan/kondisi dirinya. Questioner
diberikan kepada sekelompok siswa yang terdiri atas beberapa siswa yang dianggap ada
masalah belajar kemudian diteliti dan dicocokkan dengan keterangan-keterangan yang telah
diperoleh sebelumnya baik melalui pengamatan, wawancara dengan siswa, maupun
keterangan dari pihak lain misalnya beberapa guru mata pelajaran.
Berdasarkan data yang dijaring dan teknik atau metode yang dilaksanakan dapat diperoleh
data sebagai berikut:
I. Data berdasarkan observasi
Berdasarkan observasi (pengamatan) yang telah dilakukan terhadap siswa baik ketika dalam
kegiatan KBM di kelas maupun di luar kelas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pada saat kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika berlangsung siswa
cenderung diam, tidak rame dan tidak usil seperti teman-temannya yang lain.
2. Siswa rajin mencatat materi pelajaran yang ada di papan tulis.
3. Siswa rajin masuk sekolah, dan jarang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah
12
4. Tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada guru mata pelajaran atau teman yang lain
apabila ada ketidakpahaman terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Dalam kata lain
siswa pasif.
5. Kelihatan mengantuk dan melamun pada saat kegiatan belajar berlangsung.
6. Ketika ditanya oleh guru bahwa apakah memahami materi yang telah dipelajari di kelas,
siswa memberikan jawaban sejak materi pertama tidak memahami sehingga materi yang
disampaikan pada saat dikelas ketika itu pun juga tidak dipahami dengan baik.
7. Dalam mengerjakan soal ulangan harian ataupun UTS mata pelajaran Matematika siswa
selalu hanya mengerjakan tidak lebih dari 50% dari jumlah soal yang diberikan sehingga nilai
yang dicapai selalu kurang dari KKM yang telah ditentukan sebesar 75.
8. Siswa sering ijin ke kamar kecil ketika mengikuti pelajaran di kelas.
II. Data berdasarkan wawancara
1. Di rumah tidak pernah belajar meskipun hari besok ada ulangan atau ujian kecuali pada
saat ada guru les yang datang ke rumah.
2. Siswa mengikuti bimbingan belajar tambahan berupa les privat mata pelajaran Fisika dan
Matematika masing-masing satu kali dalam seminggu dengan durasi tiap pertemuan 90
menit.
3. Siswa gemar membaca, tetapi hanya gemar dan tertarik untuk membaca komik dan tidak
pernah tertarik untuk membaca buku pelajaran sekolah.
4. Ketika ada tugas rumah sering tidak menyelesaikannya.
5. Siswa bisa dan mau belajar apabila ada yang membimbing belajarnya atau ada teman yang
mengajaknya belajar bersama. Tetapi bimbingan belajar hanya pada mata pelajaran Fisika
dan Matematika saja sedangkan yang lain tidak, serta tidak pernah ada teman yang
mengajaknya belajar kelompok.
6. Dalam suatu kelompok atau komunitas yang diikutinya baik dalam komunitas kelas,
kelompok belajar dan lain-lain siswa tidak pernah menjadi ketua atau pemimpin dalam tim
tetapi hanya selalu menjadi anggota karena tidak mempunnyai kepercayaan diri untuk
memimpin teman-temannya dan selalu merasa mempunyai kemampuan di bawah teman-
temannya yang lain.
7. Lebih banyak menghabiskan waktu-waktunya di rumah untuk main “game” dan membaca
komik.
8. Jarang bermain keluar rumah dan lebih banyak berada di rumah kecuali pada hari libur.
Pada hari libur siswa biasanya bermain ke rumah teman-teman atau ke tempat rekreasi.
9. Orang tua tidak memantau kegiatan dirinya dengan baik, karena kedua orang tua sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing. Ayah bekerja sehari penuh di tokonya sampai malam
hari, sementara ibunya bekerja di Jakarta yang tidak rutin pulang menengok siswa yang
bersangkutan. Hal ini menyebabkan siswa merasa kurang perhatian dan menjadi tiak nyaman
berada di rumah.
10. Sang ayah sering menegur dirinya untuk belajar tetapi tidak ada pemantauan, sehingga
siswa berhenti belajar jika sang ayah sudah beralih perhatian ke lain hal.
11. Tidak punya pilihan untuk menentukan pilihan jurusan ketika kenaikan kelas, tetapi
hanya pasrah akan ditempatkan di jurusan apa saja.
12. Mempunyai cita-cita menjadi seorang pengusaha.
13. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan supaya cita-citanya tersebut dapat tercapai.
Tetapi jika tidak mampu mempunyai usaha sendiri, siswa berkeinginan untuk meneruskan
usaha ayahnya yaitu berupa toko.
III. Gambaran diri siswa
1. Berbadan gemuk.
2. Tidak suka membuat gaduh di kelas.
3. Siswa ini relatif pasif dan kelihatan tidak mempunyai kepercayaan diri untuk unjuk diri di
depan teman-teman sekelas.
4. Sering melamun dan cuek ketika teman-temannya bergurau dan mengantuk pada saat
pelajaran.
5. Kemampuan akademiknya terutama pelajaran matematika tergolong rendah, nilai ulangan
harian maupun ujian tengan semester tidak pernah mencapai KKM.
6. Rajin masuk kelas dan belum kelihatan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, tetapi
sering meminta izin ke kamar kecil ketika pelajaran.
7. Jika diajak ngobrol oleh guru praktikan siswa ini cukup komunikatif dan merespon
pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh guru praktikan dengan baik.
8. Siswa malas belajar dirumah dan hampir tidak pernah belajar jika tidak ada yang
membimbingnya.
3.3 Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
3.4 Diagnosis
Diagnosis adalah tahap menginterpretasikan data yang diperoleh dari menganalisis serta
merangkum data atau dalam kata lain menentukan letak/titik kesulitan dan hambatan belajar
yang dialami siswa yang nantinya dijadikan dasar dalam pembuatan prediksi terhadap
masalah yang dihadapi siswa kasus. Pada tahap ini ada dua langkah yang harus dilakukan
yaitu identifikasi masalah dan mencari penyebab timbulnya masalah yang meliputi faktor dari
dalam diri siswa (intrinsik) dan faktor dari luar diri siswa (ekstrinsik).
1. Faktor dari dalam diri siswa (intrinsik) :
- Tidak mempunyai kemauan untuk belajar di rumah.
- Tidak pernah belajar meskipun akan ada ulangan atau ujian di sekolah.
- Belum menyadari akibatnya kalau di rumah siswa tidak belajar, hanya mengabaikan dan
pasrah apabila mendapat skor ulangan atau ujian yang jelek.
- Siswa tidak mempunyai manajemen waktu yang baik sehingga waktu di rumah hanya
banyak terbuang sia-sia.
- Kegiatan kesehariannya di rumah adalah bermain game dan membaca komik.
- Tidak mempunyai tujuan dan arah yang jelas untuk masa depannya.
- Punya cita-cita tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai cita-citanya
tersebut.
21
2. Faktor dari luar siswa (eksternal) :
- Kesibukan orang tua dan saudara laki-lakinya pada pekerjaan membuat siswa merasa
kurang mendapat perhatian dan menjadi tidak bersemangat.
- Guru les tersedia tidak untuk semua pelajaran tetapi hanya pelajaran matematika dan fisika
saja, sehingga selain pelajaran yang ada guru lesnya hampir tidak pernah dipelajari di rumah.
3.5 Prognosis
Prognosis adalah langkah melakukan dugaan/prediksi terhadap kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi atau dialami oleh siswa apabila permasalahan-permasalahan yang dihadapi
siswa saat ini tidak segera mendapatkan bantuan atau jika segera diberikan bantuan.
Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam menentukan bantuan yang diberikan kepada
siswa atas masalah yang dialaminya.
Dengan memperhatikan keterangan-keterangan dan data-data yang telah diperoleh pada
langkah sebelumnya, diprediksi akan terjadi hal-hal seperti di bawah ini apabila masalah
siswa tidak segera ditangani yang mana hal-hal berikut akan berdampak negatif terhadap
kelangsungan proses belajar siswa :
1. Kebiasaannya dirumah yang hampir keseluruhan waktunya dihabiskan untuk bermain
game dan membaca komik akan dapat semakin membunuh minat siswa untuk belajar.
2. Nilai ulangan harian dan jenis ujian yang lain tidak mengalami peningkatan yang
diakibatkan karena tidak pernah belajar meskipun ada ujian.
3. Apabila tetap tidak ada minat belajar terhadap pelajaran sekolah, siswa akan selalu
ketinggalan dalam memahami bahan pelajaran dan tidak dapat mengikuti pelajaran pada
jenjang selanjutnya dengan baik karena tidak ada pendalaman dasar tentang suatu konsep.
4. Semakin menurunnya hasil belajar siswa, karena semakin bertambah jenjang dan lama
belajar maka tingkat kesulitan materi pelajaran juga semakin tinggi.
5. Akan selalu bergantung kepada pembimbing (guru les) untuk dapat dan mau belajar karena
tidak mungkin setiap saat guru les bisa hadir menemani belajar.
22
6. Siswa tidak dapat memiliki keberanian dalam bertanya atau mengungkapkan pendapat di
dalam kelas, serta tidak mempunyai jiwa kepemimpinan.
7. Tidak dapat memanajemen waktu.
8. Tidak mampu menentukan arah masa depannya, sehingga selalu pasrah pada keadaan yang
akan diterimanya nanti.
Namun apabila masalah siswa tersebut segera ditangani atau diberikan bimbingan, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan-peubahan positif sebagai berikut :
1. Waktu siswa selama di rumah yang digunakan untuk bermain game dan membaca komik
akan dapat terkurangi dan digunakan untuk aktivitas yang lain.
2. Ada sedikit kemauan untuk belajar sedikit demi sedikit meskipun harus selalu
mendatangkan guru les maupun dengan belajar sendiri.
3. Jika siswa telah mau belajar, materi pelajaran yang belum dipahami oleh siswa dapat
dipelajari kembali sehingga kemungkinan bahwa siswa ketinggalan materi pelajaran dapat
ditanggulangi.
4. Siswa akan dapat menerima materi pelajaran baru yang diberikan oleh guru dengan baik
karena dengan belajar di rumah siswa akan mendapatkan pengetahuan awal/dasar tentang
suatu materi pelajaran.
5. Tidak selamanya menggantungkan guru les untuk belajar apabila siswa secara perlahan-
lahan mempunyai kemauan untuk belajar sendiri.
6. Siswa akan sedikit memiliki keberanian dalam bertanya atau mengungkapkan pendapat di
dalam kelas, dan juga mempunyai jiwa kepemimpinan.
7. Dapat berlatih untuk mengelola waktunya.
8. Akan dapat merumuskan arah masa depan dan dapat menentukan pilihan-pilihan yang
harus dipilihnya di masa depan, sehingga tidak selalu pasrah.
3.6 Pemberian Bantuan Belajar
(TREATMENT)
Layanan bimbingan mengarah kepada bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia dapat
mengambil keputusan sendiri (Suganda : 2006). Tujuan dari tahap pemberian bantuan ini
adalah untuk memberikan bantuan kepada siswa agar dapat menyelesaikan masalah kesulitan
belajarnya sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan penyesuaian yang sehat.
Setelah menganalisis gejala kesulitan-kesulitan yang dialami siswa hingga merangkumnya
dalam sebuah diagnosis, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah inti yaitu
pemberian bantuan (treatment).
A. Rencana Bantuan
1. Masalah ketidakmauan belajar
a. Memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya belajar bagi siswa
SMA.
b. Mengajak siswa memikirkan tentang akibat kalau tidak belajar dan manfaat atau hasil jika
siswa mau belajar.
c. Mendorong siswa agar sebisa mungkin bisa belajar, dengan cara mau mencari teman
belajar selain belajar dengan guru lesnya.
d. Membantu membentuk kelompok belajar dengan teman-temannya dalam satu kelas.
2. Masalah pengaturan/manajemen waktu
a. Siswa disediakan lembar daily schedule.
b. Siswa diminta menyusun jadwal kegiatan sehari-harinya dalam lembar daily schedule yang
terdiri dari jadwal harian senin – kamis, jadwal harian jum’at dan sabtu, serta jadwal harian
minggu..
c. Memeriksa jadwal kegiatan yang telah dibuat oleh siswa untuk diperiksa kesesuaiannya.
d. Membuat analisis bersama-sama siswa tentang daily schedule yang telah dibuat siswa.
24
e. Daily schedule yang telah dibuat tersebut diminta untuk ditempelkan di kamar siswa dan
diminta untuk mencoba mentaatinya.
f. Siswa diminta mencatat ketidaksesuaian antara jadwal yang telah dibuat dengan yang telah
dikerjakan sebenarnya.
g. Mengontrol kesesuaian jadwal yang telah disusun dengan yang telah dikerjakannya melalui
catatan siswa serta pengamatan.
3. Masalah cita-cita dan masa depan
a. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa segala sesuatu memerlukan perencanaan
termasuk aktivitas yang akan dilakukan hari ini, hari besok, pekan depan, bulan depan,
beberapa bulan kemudian, serta kehidupan di masa yang akan datang.
b. Membangkitkan pemikiran siswa mengenai masa depannya dengan memberikan “lembar
impianku”.
B. Bantuan yang telah diberikan
1. Masalah Ketidakmauan Belajar
a. Memberikan wawasan kepada siswa tentang pentingnya belajar bagi siswa SMA
b. Mengajak siswa memikirkan tentang akibat kalau tidak belajar dan manfaat atau hasil jika
siswa mau belajar.
c. Mendorong dan membantu siswa tentang cara untuk mendapatkan teman belajar supaya
siswa bisa belajar.
2. Masalah pengaturan/manajemen waktu
a. Siswa disediakan lembar daily schedule.
b. Siswa diminta menyusun jadwal kegiatan sehari-harinya dalam lembar daily schedule yang
terdiri dari jadwal harian senin – kamis, jadwal harian jum’at dan sabtu, serta jadwal harian
minggu..
c. Memeriksa jadwal kegiatan yang telah dibuat oleh siswa untuk diperiksa kesesuaiannya.
d. Membuat analisis bersama-sama siswa tentang daily schedule yang telah dibuat siswa.
25
e. Daily schedule yang telah dibuat tersebut diminta untuk ditempelkan di kamar siswa dan
diminta untuk mencoba mentaatinya.
f. Siswa diminta mencatat ketidaksesuaian antara jadwal yang telah dibuat dengan yang telah
dikerjakan sebenarnya.
4. Masalah cita-cita dan masa depan
a. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa segala sesuatu memerlukan perencanaan
termasuk aktivitas yang akan dilakukan hari ini, hari besok, pekan depan, bulan depan,
beberapa bulan kemudian, serta kehidupan di masa yang akan datang.
b. Membangkitkan pemikiran siswa mengenai masa depannya dengan memberikan “lembar
impianku” dan diisi oleh siswa.
C. Bantuan yang belum diberikan
Ada beberapa rencana pemberian bantuan kepada siswa yang belum dilakukan, yaitu yang
pertama, membantu membentuk kelompok belajar dengan teman-temannya dalam satu kelas.
Hal ini belum terlaksana karena kesulitan dalam mencari teman-teman yang berminat belajar
kelompok dan tempat tiggalnya berdekatan dengan tempat tinggal siswa.
Yang kedua, mengontrol kesesuaian jadwal yang telah disusun dengan yang telah
dikerjakannya melalui catatan siswa serta pengamatan. Rencana kedua ini tidak terlaksana
karena keterbatasan waktu praktikan melakukan PPL, sehingga pemberian bantuan terputus.
3.4 Treatment
Pemberian Bantuan (Treatment) merupakan langkah tindak lanjut dari kegiatan
prognosa yang bertujuan agar siswa dapat mengatasi kesulitannya, sehingga dapat dicapai
hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Pada dasarnya pemberian bantuan
hanyalah memberi alternatif pemecahan kepada siswa, namun yang berhak mengambil
keputusan adalah siswa sendiri. Untuk keperluan tersebut dilakukan pendekatan terhadap
siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tujuan dari tahap pemberian bantuan ini adalah untuk memberikan bantuan kepada
siswa agar dapat menyelesaikan masalah kesulitan belajarnya sehingga dapat mencapai hasil
yang optimal dan penyesuaian yang sehat.
Setelah diketahui masalah siswa, faktor-faktor penyebab timbulnya masalah serta
kemungkinan jika masalah siswa diatasi atau tidak diatasi maka langkah selanjutnya adalah
melaksanakan langkah inti yaitu pemberian bantuan (treatment).
1. Perencanaan Pemecahan Masalah
Menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu: memberikan motivasi bahwa setiap
manusia harus mempunyai kemampuan sendiri sehingga kita harus selalu percaya
akan kemampuan kita sendiri, selalu berusaha untuk cepat memahami dan
berkonsentrasi penuh saat pelajaran di kelas dan memulainya dengan berdoa dan
menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga pada saat belajar
tidak ada beban yang mengganjal pikirannya, berusaha meyakinkan diri bahwa
kita sebenarnya mampu menguasai pelajaran dengan cepat apabila selalu
berusaha, menyarankan serta membantu siswa dalam menyusun jadwal belajar
dan meminta siswa kasus berusaha untuk disiplin menjalankannya. Selain itu ada
satu hal yang perlu dirubah siswa yaitu menghilangkan sifat minder atau tidak
percaya diri saat di kelas dengan cara menunjukkan hal-hal positif yang
dimilikinya.
Cara belajar yang baik, yaitu dengan: membaca bahan pelajaran setiap pulang
sekolah yaitu mengulangi pelajaran yang diberikan di sekolah dengan cara belajar
mengerjakan latihan soal sedikit demi sedikit sehingga jika sewaktu-waktu
diadakan ulangan tidak perlu membaca secara keseluruhan tetapi hanya untuk
mengingatkan bahan yang belum dipahami dan cara ini untuk menghilangkan
sistem belajar kebut semalam, selain itu berusaha memahami pelajaran dan
apabila ada yang kurang dimengerti siswa bisa langsung bertanya kepada guru
atau teman yang lebih tahu dan tidak menunda-nunda tugas yang telah diberikan
oleh guru.
Memanfaatkan waktu, dengan cara: memanfaatkan waktu luang dengan membaca
buku pelajaran untuk memehami materi yang belum dimengerti serta
membiasakan memilih pergaulan yang positif dan membangun.
Mengubah sikap melanggar tata-tertib, cuek, dan malas, dengan cara: selalu
komitmen terhadap masa depan dan cita-cita, akan mengarahkan langkah dan
pikiran hidup kita ke arah hal-hal yang positif.
Menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya menguasai Bahasa Inggris terhadap
masa depannya nanti ketika terjun dalam pekerjaan maupun ketika sedang
mencari pekerjaan.
2. Pemberian bantuan yang telah terlaksana
Penulis telah melaksanakan beberapa pemecahan masalah yang dihadapi oleh
siswa, yaitu melalui menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberi tahu bagaimana
cara belajar yang baik serta bagaimana cara memanfaatkan waktu luang yang dimiliki
oleh siswa seperti yang sudah dijelaskan diatas.
3. Pemberian bantuan yang belum terlaksana
Mengingat permasalahan yang dialami siswa cukup kompleks dan terbatasnya
waktu penulis dalam menyelesaikan laporan layanan bimbingan siswa ini, maka
masih ada pemberian bantuan yang belum terlaksana. Oleh karena itu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi siswa, dibutuhkan kerjasama dengan berbagai
pihak diantaranya:
Guru, baik guru mata pelajaran, wali kelas ataupun guru BK diharapkan
memberikan motivasi pada siswa supaya lebih giat belajar, semangat dan
komitmen dalam menggapai cita-cita, tetap percaya diri, dan selalu merasa yakin
kalau kemampuannya tidak beda dengan teman sekelasnya.
Orang tua, diharapkan memberikan perhatian dan dukungan penuh dalam
berbagai kegiatan yang dilakukan anaknya terutama dalam membantu kegiatan
belajar anak di rumah.
3.5 Follow-up
Setelah keseluruhan langkah diatas dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah
mengevaluasi efisiensi dan efektifitas layanan bimbingan yang telah diberikan. Tujuan
layanan bimbingan sudah tercapai atau belum, mengetahui hambatan-hambatannya serta
memikirkan langkah-langkah untuk memperbaikinya.
Metode-metode yang biasa digunakan dalam langkah follow up antara lain penilaian
hasil belajar, wawancara dan observasi hasil perubahan yang ada pada dalam diri siswa kasus
setelah mendapat bimbingan.
Mengingat pelaksanaan waktu PPL yang terbatas, maka keberhasilan layanan
bimbingan ini tidak dapat diamati secara langsung setelah siswa diberikan layanan
bimbingan, maka untuk langkah follow-up tersebut maka pihak penulis serahkan kepada
pihak-pihak sekolah umumnya dan pihak BK khususnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perkiraan dan identifikasi alternatif pemecahan pada Bab II dan
Bab III, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan alternatif tindakan yang
ditempuh untuk melaksanakan pemecahan.
Pendekatan dan strategi serta program yang berbeda pada tiap siswa akan menjadi
lebih baik bagi siswa, sehingga akan dapat menerima pengajaran yang tepat sesuai dengan
kondisinya.Untuk memahami siswa, maka diperlukan adanya diagnosis terlebih dahulu.
Kerjasama antar berbagai pihak dan saling terbuka untuk berkomunikasi, tidak kalah
pentingnya dalam tercapainya tujuan yang diharapkan.
Dari paparan data dan pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulan tentang subyek,
adalah sebagai berikut:
2. Tidak pernah belajar meskipun akan ada ulangan atau ujian di sekolah dengan alasan malas
karena belum menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai prasyarat untuk
mengikuti pelajaran atau tingkat pendidikan tertentu.
3. Belum menyadari akibatnya kalau di rumah siswa tidak belajar, hanya mengabaikan dan
pasrah apabila mendapat skor ulangan atau ujian yang jelek.
4. Siswa tidak mempunyai manajemen waktu yang baik sehingga waktu di rumah hanya
banyak terbuang sia-sia.
5. Kegiatan kesehariannya di rumah adalah bermain game dan membaca komik.
6. Tidak mempunyai tujuan dan arah yang jelas untuk masa depannya.
7. Punya cita-cita tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai cita-citanya
tersebut.
Hal-hal tersebut menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar karena kurangnya
minat dan motivasi untuk belajar, selain itu siswa tidak mau bertanya apabila ada mata
pelajaran yang kurang dimengerti. Disamping itu, siswa sering 27
malas belajar, sering merasa mengantuk dan kurang berkonsentrasi dalam pelajaran.
Jadi, bantuan yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk membantu menyelesaikan
masalah belajar di sekolah, masalah kebiasaan belajar, masalah pergaulan social, dan masalah
manajemen waktu.
Dan akhirnya, hasil yang diperoleh setelah diberi bantuan yaitu siswa mulai
memperhatikan penjelasan dari guru pada waktu pelajaran dan hasil pelajaran pada bidang
studi matematika si siswa meningkat dari pada yang sebelumnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil pemberian studi kasus kesulitan belajar siswa ini, penulis
memberikan beberapa saran antara lain:
1. Saran bagi pihak sekolah
Hendaknya pihak sekolah lebih memperhatikan siswanya lagi dalam menghadapi
masalah atau problem dan dapat membantu memecahkan jika masalah atau problem tersebut
masih dapat terbantu.
2. Saran Bagi Pelaksana/ Penulis Selanjutnya
Konselor hendaknya sesegera mungkin menindaklanjuti siswa dan permasalahannya
atas dasar studi kasus ini, sehingga perubahan siswa semakin optimal dan studi kasus ini
semakin maksimal.
Konselor hendaknya melaksanakan pelancaran instrument testing untuk
memperlengkap data siswa, sehingga data siswa yang terkumpul lebih komprehensif.
Konselor harus dapat menjaga kode etik jabatan terutama berkaitan dengan
penggunaan data dari studi kasus ini, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, terutama
siswa.
4. Saran Bagi Orang tua Siswa atau Wali Murid
Orang tua siswa hendaknya mengajak siswa untuk tinggal bersama keluarga sehingga
terjalin komunikasi yang efektif dan memudahkan kontrol terhadap siswa. Orang tua siswa
hendaknya meningkatkan hubungan komunikasi yang efektif dengan siswa sehingga siswa
dapat berkembang secara optimal. Orang tua siswa hendaknya lebih memperhatikan
kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis, sehingga didapat pemahaman tentang siswa
untuk mencegah permasalahan yang dialami siswa semakin melebar.
5. Saran Bagi siswa
Siswa hendaknya lebih bisa kooperatif dengan praktikan, konselor ataupun orang-
orang yang dapat membantu pemecahan masalah siswa sehingga memudahkan proses
penyelesaiaan masalah.
Siswa hendaknya memulai aktifitas belajar di sekolah dengan niat yang baik,
belajarlah untuk mendengarkan saran guru dan teman sehingga proses pembelajaran
berlangsung dengan nyaman. Hilangkan perilaku-perilaku amoral yang biasa dilakukan di
dalam kelas sehingga kamu lebih dihargai oleh teman dan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Djumhur I dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and
Conselingt). Bandung : CV. Ilmu.
Prof. Dr. Made Pidarta. Landasan Pendidikan ; stimulus ilmu pendidikan bercorak
Indonesia/Rineka Cipta. Jakarta: Anggota IKAPI.
Suganda, H.A.M. 2006. Jurnal Pentingnya Layanan Bimbingan untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa.
Mulyono, MA. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Ar-ruzz Media.
Makmun, Abin Syamsudin. 1975. Prinip-prinsip Diagnostik Kesulitan Belajar. Bandung :
Jurusan BP FKIP IKIP Bandung.