fraktur 1/3 distal radius

43
CASE REPORT MALUNION FRAKTUR TERTUTUP 1/3 DISTAL RADIUS DEKSTRA DAN DISLOKASI SENDI RADIOULNAR DISTAL DEKSTRA DISUSUN OLEH : Aldi Fauzan Lazuardi 1102009019 PEMBIMBING : dr. Eka M, Sp.OT., SH., MKES., MHKES KEPANITRAAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 1

Upload: aldilazuardi

Post on 30-Apr-2017

361 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

CASE REPORT

MALUNION FRAKTUR TERTUTUP 1/3 DISTAL RADIUS DEKSTRA DAN

DISLOKASI SENDI RADIOULNAR DISTAL DEKSTRA

DISUSUN OLEH :

Aldi Fauzan Lazuardi

1102009019

PEMBIMBING :

dr. Eka M, Sp.OT., SH., MKES., MHKES

KEPANITRAAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG

2014

1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS Nama : Tn. S

Umur : 54 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun tiga cipeundeuy RT 01/01 kecamatan Cipeundeuy

Tanggal masuk RS : 10 April 2014

Ruang rawat : Poliklinik Bedah Ortopedi

II. ANAMNESIS

(Autoanamnesis tanggal 10 April 2014)

Keluhan utama : Pergelangan tangan dan jari-jari tangan kanan sulit

untuk digerakkan

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poliklinik bedah ortopedi RSUD Subang dengan keluhan

pergelangan tangan kanan dan jari- jari tangan kanan sulit untuk digerakkan sejak 11

bulan lalu. Keluhan ini berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menimpa pasien pada

bulan juni tahun 2013.

Menurut pasien, kecelakaan terjadi ketika pasien sedang mengendarai sepeda

motor dan terjatuh kemudian pasien menahan badannya dengan tangan kanan. Pasien

lupa posisi lengan kanan saat jatuh dan menahan badannya seperti apa. Lalu pada

daerah pergelangan tangan kanan pasien timbul tonjolan seperti tulang kearah atas.

Pasien mengaku masih dapat menggerakan pergelangan tangan dan jari-jari tangan

kanannya tetapi gerakannya terbatas dan tidak maksimal. Pasien dalam keadaan

2

sadar, tidak terdapat luka terbuka dan tidak disertai memar pada daerah yang terkena.

Pasien mengatakan perdarahan yang keluar dari kepala, hidung dan telinga disangkal.

Setelah kejadian tersebut, pasien lalu berobat ke tukang urut dan kemudian

diurut dan dilakukan pembidaian dengan menggunakan spalk. Pasien mengaku

melakukan pengobatan ke tukang urut selama 5 bulan. Selama berobat ke tukang urut

pasien merasa tidak ada perbaikan sehingga pasien berhenti ke tukang urut. Pasien

merasa pergelangan tangan dan jari-jari tangannya kanan sulit untuk digerakkan saat

menggengam dan saat digerakan pergelangan tangan kanannya terasa tertahan.

Setelah berhenti berobat ke tukang urut, pasien membiarkan tangan kanannya seperti

itu dan tidak mempedulikannya karena dirasakan tidak nyeri. Karena mulai tidak

yakin, akhirnya pasien dan keluarga memutuskan untuk kembali berobat ke RS.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami patah tulang sebelumnya

Riwayat penyakit hipertensi sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit gula disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada dalam keluarga yang menderita keluhan seperti ini

III.PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : TD : 130/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 24 x/ menit

Suhu : 36,3 °

3

Status generalis

Kepala : Normocephal

Mata : Conjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupi bulat isokor, refleks

pupil +/+ normal

Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-)

Thoraks :

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula

sinistra

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Inspeksi : Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan dinamis

simetris kanan dan kiri

Palpasi : Fremitus vocal dan taktil hemitoraks kanan dan kiri

simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar simetris

Palpasi : Supel , NT/NL -/- ; hepar dan lien tidak teraba besar

Perkusi : Tympani pada seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : Bising usus (+ ) normal

Ekstremitas atas : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

4

Status lokalis :

a/r radius dan ulna dekstra

Look : Swelling (-), Deformitas (+), penonjolan tulang (+), kulit utuh, cedera

terbuka (-), warna kulit sama dengan warna kulit sekitarnya.

Feel : Arteri radialis teraba, Nyeri tekan (-), krepitasi (-), sensibilitas baik,

suhu sama dengan bagian lainnya

Move : Range of movement terbatas pada wrist joint dan pada jari- jari tangan

- Pronasi : Normal

- Supinasi : Normal

- Fleksi : Nyeri dan terbatas

- Ekstensi : Nyeri dan terbatas

- Aktif : Terbatas

- Pasif: Nyeri dan terbatas

IV. Diagnosis KlinisSuspect closed fracture a/r 1/3 distal radius ulna dekstra

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGFoto antebrachii dekstra (AP, lateral)

5

Kesan : Fraktur tertutup 1/3 distal radius dekstra

Fraktur displaced, dislocatio ad longitudinam cum contractionum

Dislokasi radioulnar joint

VI. DIAGNOSIS KERJA Malunion fraktur tertutup 1/3 distal os radius dekstra + dislokasi sendi radio-

ulnar distal dekstra

VII. Rencana Pemeriksaan Foto Rontgen ulang Regio antebrachii dextra AP/Lateral

Pemeriksaan Darah rutin

Persiapan op : Ro thorak, EKG

VIII. PENATALAKSANAANNon Medikamentosa

Fisioterapi

Istirahat

Pemasangan bidai melewati 2 sendi.

Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang penyakit yang diderita

pasien.

Medikamentosa

Analgesik : Meloxicam tab 15 mg 2x1/hari

Ranitidin 150 mg 2x1/ hari

Operatif 6

Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF

IX. PROGNOSISQuo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

7

A. ANATOMI LENGAN BAWAH

1. Tulang

Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana dalam posisi

anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh.

Gerakan utama dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk mengubah

telapak tangan ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak sementara radiuslah yang

berputar. Patah tulang lengan bawah dapat mempengaruhi kemampuan untuk

memutar lengan, serta menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.

Gambar 2.5.

Anatomi

tulang radius

dan ulna

Diunduh dari:

http://

www.netterimages.com/images/vpv/000/000/036/36672-0550x0475.jpg

8

2. Saraf

Nervus ulnaris

Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini menginervasi m.

flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum profundus dan otot-otot

intrinsic tangan.

Gambar 2.6. Nervus ulnaris

9

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4611-0550x0475.jpg

Nervus Medianus

Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna dan radius.

Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya nervus interosseus

anterior menginervasi index, dan juga m. flexor digitorum profundus, m. flexor

pollicis longus dan m. pronator quadratus.

Gambar 2.7. Nervus medianus

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/051/51639-

0550x0475.jpg

10

Nervus Radialis

Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial (sensorik)

dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi sensorik pada

punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang dalam menginervasi otot-

otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke dalam menginervasi m. supinator dan

keluar sebagai n. interosseus posterior.

Gambar 2.8. Nervus radialis

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4452-

0550x0475.jpg

11

3. Pembuluh Darah

Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis dan a. ulnaris.

Gambar 2.9. Pembuluh darah daerah antebrachii

Diunduh dari: http://radiographics.rsna.org/content/28/1/e28/F1.large.jpg

12

FRAKTUR RADIUS ULNA

DEFINISI

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik

yang bersifat total maupun parsial akibat rudapaksa.

KLASIFIKASI

Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur

radius dan ulna :

Fraktur Kaput Radius

Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir tidak

pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri saat lengan

bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi petunjuk untuk

mendiagnosisnya.

Fraktur Leher Radius

Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus dan

mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak atau,

patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin mengalami fraktur pada leher

radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan

terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan berotasi.

Fraktur Diafisis Radius

Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X

Fraktur Distal Radius

Fraktur Distal Radius dibagi dalam :

1) Fraktur Galeazzi

13

Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-

ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal.

Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan

tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau terjadi karena pukulan

langsung pada pergelangan tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih

sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol

merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris,

yang sering terjadi.

Gambar 6. Fraktur Galeazzi

2) Fraktur Colles

Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di korpus

distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser ke arah

dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan malam”

(dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus

ulna.

Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke

posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat bersifat

kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees dapat terjadi

setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan

pergeseran posterior dari fragmen distal

14

3) Fraktur Smith

Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung

pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak

terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi

fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan

gambaran deformitas “sekop kebun” (garden spade).

Gambar 7. Fraktur Colles dan fraktur Smith

Gambar 8. Gambaran radiologi fraktur Smith

15

Gambar 9. Gambaran radiologi fraktur Colles

4) Fraktur Lempeng Epifisis

Fraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang di daerah ujung

tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligament.

Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan dibagi

dalam 5 tipe

Gambar 10. Klasifikasi Salter Harris

Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di dorsal.

- Tipe I

Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang, sel-sel

pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini terjadi oleh

karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak-

16

anak yang lebih muda. Pengobatan dengan reduksi tertutup mudah oleh karena

masih ada perlekatan periosteum yang utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila

direposisisdengan cepat

Gambar 11. Cedera Salter Harris tipe I

- Tipe II

Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui sepanjang

lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu fragmen

metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut tanda Thurson-Holland. Sel-sel

pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat. Trauma yang

menghasilkan jenis fraktur ini biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua.

Periosteum mengalami robekan pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada daerah

konkaf. Pengobatan dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali bila

reposisi terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis biasanya baik,

tergantung kerusakan pembuluh darah

17

Gambar 12. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius ulna

- Tipe III

Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis fraktur

mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis

lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan

pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini bersifat intra-artikuler dan

diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka dan

fiksasi interna dengan mempergunakan pin yang halus.

Gambar 13. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture

- Tipe IV

Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui permukaan

sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan berlanjut pada sebagian

metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus lateralis humeri pada anak-

anak. Pengobatan dengan operasi terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena

fraktur tidak stabil akibat tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.

18

Gambar 14. Cedera Salter Harris tipe IV

- Tipe V

Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan pada

lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan yaitu sendi

pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa sulit karena secara radiologik tidak

dapat dilihat. Prognosis jelek karena dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh

lempeng pertumbuhan.

Gambar 15. Cedera Salter Harris tipe V

19

5) Fraktur Monteggia

Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan saat jatuh

atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan

angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.(14)

Gambar 16. Fraktur Monteggia

CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan

menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fraktur atau fraktur

dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma

jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya pendarahan

FRAKTUR GALEAZZI

Definisi

Adalah cedera patah tulang yang melibatkan shaft radius dengan dislokasi dari distal

radoiulnar joint(DRJU), cedera ini menganggu aktivitas sendi pergelangan tangan.

Epidemiologi

Fraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah. Terdapat

paling sering pada pria. Meskipun fraktur Galeazzi jarang dilaporkan, fraktut ini

diperkirakan mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan bawah pada orang dewasa.

Etiologi

Penyebab dari fraktur Galeazzi biasanya akibat menahan beban tubuh saat terjatuh

sehingga menyebabkan hiperpronasi dari antebrachii.

Mekanisme trauma20

Ada beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang menyebabkan

terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin adalah jatuh dengan

tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan bawah yang ekstrim. Daya tersebut

diduga melewati artikulasi radiocarpal, mengakibatkan dislokasi dan pemendekan dari

tulang radius. Terjadi fraktur pada 1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi

radioulnar distal. Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps pronator, dan

ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan lunak yang deformasi

yang terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol dengan imobilisasi plester.

DISLOKASI

Definisi

Dislokasi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang

membentuk persendian terhadap tulang lainnya.

Diagnosis Dislokasi

Dislokasi dapat berupa lepas komplit (cerai sendi) atau parsial (dislokasi inkomplit),

atau subluksasi. Bila ligament atau kapsul sendi tidak sembuh dengan baik atau bila

trauma minimal, luksasio mudah terulang kembali dan disebut sebagai luksasio

habitualis.

Anamnesis

a. Ada trauma. Cedera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang

membuat persendian dan tulang rawannya, ligament atau kapsul sendi rusak.

Darah dapat mengumpul di dalam simpai sendi yang disebut hemartrosis.

b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada

dislokasi anterior sendi bahu.

c. Ada rasa sendi keluar

Pemeriksaan Klinis

21

a. Deformitas

b. Nyeri

c. Functio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior

bahu.

Pemeriksaan Radiologis

Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.

Tatalaksana Dislokasi

Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan dapat menimbulkan

nekrosis avascular tulang persendian serta kekakuan sendi. Dalam fase syok lokal

(antara 5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi otot sekitar sendi dan rasa baal

(hipestesia). Karena itu, reposisi dapat dilakukan tanpa narcosis. Setelah fase syok

lokal terlewati, reposisi harus dilakukan dengan anestesi. Prinsip reposisi tertutup

adalah melakukan gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi atau

tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Sebaiknya diberikan

anestesi agar tidak terasa nyeri dan spasme otot sekitar menjadi kendur. Apabila

reposisi tertutup tidak berhasil, mungkin telah terjadi rupture simpai sendi dengan

akibat gangguan perdarahan bonggol sendi atau interposisi fragmen tulang.

Sebaiknya dilakukan pemeriksaan Roentgen atau pemeriksaan penunjang lain yang

memperlihatkan keadaan sendi secara jelas dan reposisi harus dilakukan secara

bedah.

Mobilisasi segera dilakukan setelah waktu penyembuhan jaringan lunak selesai,

yaitu sekitar 2-3 minggu pasca cedera.

DIAGNOSIS22

Gambaran klinis

Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah. Adanya

tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang paling sering

ditemukan. Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa didapatkan pada daerah fraktur

radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan. Cedera ini harus dikonfirmasi dengan

pemeriksaan radiologi.

Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati karena

tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous anterior merupakan

cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus interosseous anterior ini bisa

mengakibatkan paralisis dari fleksor policis longus dan fleksor digitorum profundus

pada jari telunjuk, dan menyebabkan hilangnya mekanisme menjepit antara ibu jari

dengan jari telunjuk.

Pemeriksaan radiologis

Dengan pemeriksaan rontgen diagnosis dapat ditegakkan. Foto radiologi

lengan bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan untuk menegakkan

diagnosis. Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa diambil untuk perbandingan.

Foto polos lengan bawah bisa ditemukan cedera pada sendi radioulnar distal:

Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris.

23

Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto posisi AP.

Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral, yang bisa didapatkan

dengan mengabduksikan bahu 90˚.

Pemendekan dari radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.

Gambar 2. Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan fraktur Galeazzi klasik:

fraktur radius yang berbentuk oblik dan transversum dengan adanya dislokasi sendi

radioulnar distal.(3)

PENATALAKSANAAN

 Prinsip-prinsip pengobatan fraktur

1. Pertolongan pertama membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban

yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita

merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans

2. Penilaian klinis nilai luka, apakah luka tembus tulang atau tidak, adakah trauma

pembuluh darah atau saraf atau trauma alat-alat dalam yang lain.

3. Resusitasi kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit

dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada

24

frakturnya sendiri berupa transfusi darah dan cairan-cairan lainnya serta obat-obat

anti nyeri.

Prinsip Pengobatan ada 4, yaitu :

1. Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)

Awal pengobatan perlu diperhatikan :

Lokalisasi fraktur

Bentuk fraktur

Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan

Komplikasi yang mungkin selama dan sesudah pengobatan

2. Reduction

Mengurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. Harus dengan posisi yang baik

yaitu:

Alignment yang sempurna

Aposisi yang sempurna

3. Retention

Imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya

dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan

reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal mengalami dislokasi.

Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi

dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan

dengan fiksasi K-Wire. Operasi terbuka dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan

screw.

Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena closed

treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate dan screw

adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara fleksor karpi radialis

25

dan brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang cukup untuk melihat fraktur

radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang datar, permukaan volar dari radius.

Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan bagian

dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk mendapatkan akses ke

sendi radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi Kirschner

wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari sendi radioulnar distal

jika ianya tidak stabil. Jika sendi radioulnar distal diyakini stabil, bagaimanapun,

imobilisasi plester pasca operasi mungkin sudah cukup.

ORIF (Open Reduction internal fixation)

Reposisi terbuka dan fiksasi interna

Keuntungan :

Reposisi anatomis

Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar

Indikasi :

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya tinggi.

Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur

Fraktur yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur avulse dan

fraktur dislokasi

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik

dengan operasi, misalnya fraktur femur

Gambar. Fiksasi internal

Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur Galeazzi:

1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabil

26

Tidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk beberapa hari,

kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati. Sendi radio-ulnar harus

diperiksa baik secara klinis dan radiologis setelah 6 minggu.

2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabil

Imobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika diperlukan

disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut dengan cast di bagian

atas siku selama 6 minggu. Jika terdapat fragmen styloideus ulnaris yang besar,

maka harus direduksi dan difiksasi.

3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksi

Keadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan untuk

membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di imobilisasi dalam

posisi supinasi selama 6 minggu.

Manajemen pascaoperasi:

1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.

2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi supinasi

selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint atau cast.

3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6 sampai 8

minggu.

Komplikasi

1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan kegagalan

untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat mengakibatkan hilangnya

fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range of motion. Ini mungkin

memerlukan osteotomy atau ulnar distal shortening untuk kasus-kasus di mana

gejala pemendekan dari radius mengakibatkan ulnocarpal impaction

2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin

memerlukan bone grafting.

27

3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan pemantauan

tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah didiagnosa sebagai

sindrom kompartemen.

4. Cedera neurovaskuler:

Biasanya iatrogenik.

Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah beresiko

dengan pendekatan radius anterior.

Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan

pendekatan radius proksimal.

Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.

5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian)

Faktor risiko meliputi:

Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).

Closed head injury

Penundaan operasi > 2 minggu.

Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.

Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw, fragmen

tulang, atau peralatan bedah.

Crush injury.

Infeksi.

Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang terbaik adalah

dengan synostosis diafisis.

6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius. Ini

menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur radius untuk

memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi biomekanik dari sendi radioulnar

distal.

PROSES PENYEMBUHAN

Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :28

1. Fase Hematoma

Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek, akibatnya, tulang

disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2 mm.

2. Fase Proliferasi Sel

Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi inflamasi akut dengan

proliferasi sel di bawah periosteum dan masuk ke dalam kanalis medulla. Bekuan

hematom diserap secara perlahan dan kapiler baru mulai terbentuk.

3. Fase Pembentukan Kalus

Sel yang berproliferasi bersifat kondrogenik dan osteogenik. Sel-sel ini akan

membentuk tulang dan juga kartilago. Selain itu sel yang berproliferasi tersebut

juga membentuk osteoklas yang memakan tulang-tulang yang mati. Massa seluler

yang tebal tersebut dan garam-garam mineralnya terutam kalsium membentuk suatu

tulang imatur yang disebut woven bone. Woven bone ini merupakan tanda pada

radiologik bahwa telah terjadi proses penyembuhan fraktur

29

4. Fase Konsolidasi

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan akan

membentuk jaringan tulang yang lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.

5. Fase Remodeling

Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru akan

membentuk bagian yang menyerupai dengan bulbus yang meliputi tulang tanpa

kanalis medularis. Pada fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi dan tetap

terjadi osteoblastik pada tulang.

30

PROGNOSIS

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi

pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang

tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang

disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan

fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis,

dan pada akhirnya fase konsolidasi.(18)

Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada lokasi

fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:

Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan

1. Pergelangan tangan 3-4 minggu 7. Kaki 3-4 minggu

2. Fibula 4-6 minggu 8. Metatarsal 5-6 minggu

3. Tibia 4-6 minggu 9. Metakarpal 3-4 minggu

4. Pergelangan kaki 5-8 minggu 10. Hairline 2-4 minggu

5. Tulang rusuk 4-5 minggu 11. Jari tangan 2-3 minggu

6. Jones fracture 3-5 minggu 12. Jari kaki 2-4 minggu

Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia (> 8

minggu).

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley. A Graham, louis Solomon.Buku Ajar Orthopedi dan fraktur sistem Alpley.

Penerbit widya medika. Jakarta

2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In:

(Solomon L, Warwick D, Nayagam S. eds.) Apley’s System of Orthopaedics and

Fractures. Ninth Edition.UK: Hodder Arnold.2010

3. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.

Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif Watampone.

Jakarta. 2009.

4. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta.2005

5. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Ekstermitas Superior:

Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006. Hal: 467

6. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

32