lapsus fr barton
TRANSCRIPT
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 1/28
1
BAB I
LAPORAN KASUS
STATUS ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM TNI AL DR. MINTOHARDJO
Nama : Ghayatrie Healthania
NIM : 030.10.114
Pembimbing : dr. Tjahja Nurrobi , Sp. OT
A. Identitas
No. Rekam Medik : 120227
Nama : Tn. AB
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 22 tahun
Alamat : Ds Bendungan RT 05/02 Sidoarjo Jatim
Agama : Islam
Status marital : Belum Menikah
Tanggal masuk RS : 1 November 2014
Tanggal pemeriksaan : 11 November 2014
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal Pulau Numfor pada tanggal 11
November 2014 pukul 16.00 WIB.
Keluhan Utama
Nyeri pada pergelangan tangan kiri post kecelakaan sejak
Riwayat Penyakit Sekarang
.
Os datang ke IGD RSAL Mintoharjo dengan keluhan nyeri lengan bawah tangan
kiri. Os datang dalam keadaan sadar diantar oleh keluarganya. Os juga mengeluhkan
lengan bawahnya bengkak tapi masih dapat digerakkan.
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 2/28
2
Os mengaku mengalami kecelakaan lalu lintas sejak 4 jam smrs. Os mengendarai
sepeda motor boncengan bersama temannya. Os mengaku mengendarai motor dengan
kecepatan sedang. Namun saat di pertigaan , tiba- tiba dari arah kiri ada motor ngebut dan
menabrak os sampai os mental ke aspal. Os mengaku tidak terlalu ingat bagaimana cara
dia jatuh karena os terlalu kaget. Setelah terjatuh os merasakan nyeri pada lengan bawah
kirinya. Os juga mengaku terdapat sedikit luka lecet di bibirnya. Os menyangkal adanya
bunyi krek pada lengan bawahnya. OS tidak pingsan, pusing atau muntah. BAB dan BAK
tidak ditemukan kelainan. Oleh warga sekitar os di bawa ke RS Haji untuk di beri
pertolongan. Di RS Haji os mengaku di foto rontgen dan dikatakan tulang lengan
bawahnya patah. Tangan os lalu di beri elastic perban. Lalu os dirujuk ke RSAL untuk
mendapat pengobatan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
OS mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan seperti ini sebelumnya. Riwayat
diabetes mellitus, hipertensi, alergi, penyakit paru dan jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
OS menyangkal dalam anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus dan
hipertensi.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku sesaat setelah kecelakaan pasien langsung di bawa ke rs haji untuk di
beri pertolongan pertama sebelum di bawa ke rs al.
Riwayat Kebiasaan
OS tidak merokok dan minum alkohol.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umuma. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 3/28
3
Suhu : 36,2oC
Nadi : 80 x/menit, reguler
RR : 20x/menit
2. Status Generalis
a. Kepala : Normosefali, deformitas (-), rambut hitam, distribusi rambut merata.
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
c. Telinga : Normotia, deformitas (-), NT auricular (-/-), sekret (-/-)
d. Hidung : Septum lurus ditengah, sekret -/-, konka eutrofi, mukosa tidak hiperemis,
pernafasan cuping hidung (-)
e. Mulut : Mulut kering (-), papil eutrofi, lidah kotor (-), halitosis (-), trismus (-)
f.
Tengorokan: T1/T1 tenang, uvula ditengah, faring tidak hiperemis
g. Leher : KGB dan Tiroid tidak membesar
h. Thorax
- Paru
Inspeksi : Gerak dinding dada simetris saat bernafas, retraksi sela iga (-/-), tipe
pernapasan torakoabdominal
Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kuat pada kedua hemithoraks
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V di garis midclavicula kiri.
Perkusi : Batas jantung kanan ICS III dan ICS V parasternalis kanan
Batas jantung atas pada ICS III sternalis kiri
Batas jantung kiri pada ICS V di garis midclavicula kiri
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
i. Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, tidak tampak efloresensi yang bermakna, smiling
umbilicus (-)
Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 4/28
4
Nyeri tekan (-) pada 9 regio
Perkusi : Terdengar suara timpani pada 4 regio
Auskultasi : Bising usus 2x/menit
j. Ekstremitas: Akral hangat keempat ekstremitas, oedem (-) pada keempat ekstremitas,
CRT ≤ 2s.
3. Status Lokalis
Pada regio antebrachii: tidak di lakukan..
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2014.
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15,7 g/dL 14-16 g/dL Normal
Leukosit 11,900/uL 5.000 - 10.000/uL Meningkat
Trombosit 282.000/uL 150.000 - 450.000/uL Normal
Eritrosit 5,68 juta/uL 4,2 - 5,8 juta/uL Normal
Hematokrit 47% 42-48% Normal
HEMOSTASIS
Masa perdarahan 2 menit 1-3 menit Normal
Masa pembekuan 10 menit 5-15 menit Normal
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 5/28
5
2. Radiologi
Gambar 1. Kesan: Nampak fraktur 1/3 radius distal kiri
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 6/28
6
E. Diagnosis Klinis
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Closed Fraktur 1/3 radius distal kiri ( Barton Fractur)
G. Penatalaksanaan
Penjadwalan operasi ORIF pada region antebrachii.
H. Laporan dan temuan operasi
1. Laporan operasi
Operasi dilakukan pada tanggal 11 November 2014 di OK I RS TNI AL Dr. Mintohardjo.
Ahli bedah : dr. T. Nurrobi Sp. OT
Laporan :
a) Asepsis antisepsis.
b) Pasang duk pada tempat sayatan dari arah dalam keluar
c) Lakukan sayatan dengan hand mest .
d) Robek subkutis dengan mengunakan cuter sampai terlihat tulang yang fraktur
e) Lakukan pengeboran tulang
f) Pasang plat
g) Jahit ligament dan fascia.
h) Jahit intrakutan.
i) Jahit kulit.
j) Tutup luka dengan kassa dan diberi Elastic perban.
k) Operasi selesai.
I.
Follow up
12 November 2014
S : nyeri pada luka bekas op
O :
Kesadaran : compos mentis
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 7/28
7
TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,5 C
Nadi : 78x/menit RR : 20x/menit
Status generalis:
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar.
Thorax : S1S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Abdomen : Tampak mendatar, teraba supel
Nyeri tekan (-) pada 9 regio abdomen
Bising usus 2x/menit
Ekstremitas : Akral hangat (+) pada keempat ekstremitas, oedem (-) pada keempat
ekstremitas, CRT < 2s.
Status lokalis: tempat luka bekas op tertutupi oleh elastic perban
A : Post ORIF os 1/3 radius distal kiri
P : - Infus RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 g
- Inj. Ketorolac 3 x 1 amp
J. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 8/28
8
BAB III
PEMBAHASAN
Os datang ke IGD RSAL Mintoharjo dengan keluhan nyeri lengan bawah tangan kiri..
Berdasarkan anamnesis diketahui nyeri bersifat lokal terbatas pada regio Lengan bawah. Keluhan
ini didahului oleh kecelakaan sebelumnya. Kecelakaan terjadi saat mengendarai motor dengan
kecepatan yang tidak terlalu tinggi, OS ditabrak dengan pengendara motor lain dari sebelah kiri
dengan kecepatan yang kurang lebih tinggi. Mechanisme of injuty pasien ini hanya didapatkan os
ditabrak dari posisi kiri sehingga kemungkinan tabrakan tersebut dapat mencederai lengan bawah
os.
OS menyangkal mendengar bunyi „krek‟ sehingga menyingkirkan kemungkinan terdapat
fraktur yang luas. OS juga tidak pingsan, mual dan muntah menandakan tidak terjadi cedera
mengenai daerah kepala sesuai dengan yang dikatakan pasien. OS juga menyangkal terdapat
gangguan BAB dan BAK menandakan tidak terdapat cedera pada medulla spinalis.
OS juga mengeluhkan nyeri . Nyeri terjadi akibat kerusakan struktur dari jaringan sekitar yang
mendesak saraf. Hal ini jg menyebabkan bengkak karena akumulasi perdarahan di lokasi cedera.
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 9/28
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
LATAR BELAKANG
Ekstremitas (anggota gerak) mempunyai fungsi lokomotris. Dibedakan antara
ekstremitas atas dan bawah karena manusia sebagai insan yang berdiri tegak memerlukan
anggota gerak bawah yang kokoh dan; sedangkan anggota gerak atas mempunyai fungsi yang
halus, sehingga bentuk dan susunan anggota gerak yang terdiri dari tulang/otot dan persendian
mempunyai gerakan yang berbeda pula sesuai dengan fungsi tiap bagian tersebut.
Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai
salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur.
Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga.
Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan oleh
gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat
diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan
posisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.
Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak, Fraktur yang
mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius distal, dan
ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-
stick. Fraktur tulang radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal.
ANATOMI
Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii), berbentuk roda, letak
melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi
dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut
circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah
dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 10/28
10
radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea (=crista interossea),
margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral
membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada
facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius
membentuk facies articularis carpi.1
Gambar 2. Tulang Radius
(dikutip dari atlas anatomi Sobotta )
Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya terdapat
pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura semiulnaris),
menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian
dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus,
dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian
lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di
sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus ulnae membentuk
facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo
posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk
circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta silcus
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 11/28
11
m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan
dengan radius.1
Gambar 3. Tulang Ulna
(dikutip dari atlas anatomi Sobotta )
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes
interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang
kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila
patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,
m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu
bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan
bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.(1)
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 13/28
13
terjadi pada bagian tengah dari tulang radius atau pada bagian distal tulang radius dan ulna atau
pada bagian distal atau keduanya.2
3.1
PENYEBAB FRAKTURTulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena
kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti
rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada
atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor)
atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada
tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus
kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda
motor adalah penyebab yang paling lazim.
Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya
berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak. Tscherne (1984) menekankan
pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak:
G0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa
G1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam
G2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat
G3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman sindroma kompartemen.3
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 14/28
14
Klasifikasi open fracture menurut Gustilo and Anderson :
G1 : ada nya kulit yang terbuka kurang dari 1 cm biasanya dari luar kedalam, kontusio otot
minimal, fraktur simple transverse atau short oblique.
G2 : laserasi > 1 cm dengan kerusakan jaringan yang luas, kerusakan komponen minimal hingga
sedang, fraktur simple transverse atau short oblique dengan kontinuatif yan minimal.
G3 : kerusakan jaringan lunak yang luas termasuk otot, kulit, struktur neurovascular seringkali
merupakan cidera energy yang besar dengan kerusakan komponen yang berat.
IIIA : laserasi jaringan yang luas , tulang tertutup secara adekuat , fraktur segmental, periosteal
stripping yang minimal.
IIIB : cidera jaringan lunak yang meluas dengan periosteal stripping dan tulang terekspos ,
membutuhkan penutupan flap jaringan lunak,sering berhubungan dengan kontaminasi yang
massif.
IIIC : cidera vascular yang membutuhkan perbaikan.4
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 15/28
15
Gambar 5 : Gustilo and Anderson Clasification
Gejala klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 16/28
16
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat
melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu
sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau
hari setelah cedera.5
A. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksan fisik pasien, beberapa hal yang penting untuk dievaluasi adalah (1) kulit
yang melindungi pasien dari kehilangan cairan dan infeksi, (2) fungsi neuromuskular (3) status
sirkulasi, (4) integritas ligamentum dan tulang.
Cara pemeriksanya dapat dilakukan dengan Look, Feel, Move. Pada Look, kita menilai warna
dan perfusi, luka, deformitas, pembengkakan, dan memar. Penilaian inspeksi dalam tubuh perlu
dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal aktif, begitu pula dengan bagian pungung.
Bagian distal tubuh yang pucat dan tanpa pulsasi menandakan adanya ganguan vaskularisasi.
Ekstremitas yang bengkak pada daerah yang berotot menunjukan adanya crush injury
dengan ancaman sindroma kompartemen. Pada pemerikasan Feel, kita mengunakan palpasi
untuk memeriksa daerah nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi. Pada periksan Move kita
memeriksa Range of Motion dan gerakan abnormal. Menilai gerak aktif dan gerak pasif.
B.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rongent
Dalam pemeriksaan radiologi untuk cedera dan fraktur diberlakukan rule of two yaitu:
a. Dua sudut pandang
b. Dua Sendi
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 17/28
17
c. Dua ekstrimitas
d. Dua waktu
2. CT Scan
3. MRI
4. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
C. Diagnosis
Untuk mendiagnosis fraktur, pertama diperlukan anamnesis baik dari pasien dan
pengantar pasien. Anamnesis meniputi terutama mechanism of the injury, nyeri, kekakuan,
bengkak, deformitas, kelemahan, ketidakstabilan sendi dan kehilangan fungsi. Dibantu dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti Rontgen untuk melihat bagian yang
fraktur. Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada sistem
skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi.
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan
trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat
rentan.
Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :
Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau menimbulkan
keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.
Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view. Posisi
ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi lengan
bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi). Sinar datang dari arah depan
sehingga disebut AP (Antero-Posterior).
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk menilai sebuahfraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP bertujuan untuk menilai kemiringan
dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan untuk menilai permukaan artikulasi distal radius
pada posisi normal volar (posisi anatomis)
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 18/28
18
JENIS FRAKTUR
Fraktur Distal Radius
Fraktur Distal Radius dibagi dalam :
1) Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna
distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal. Dislokasi mengenai
ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang dan
lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan
tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur
Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.7
Gambar 6. Fraktur Galeazzi
2) Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di korpus distal,
biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser ke arah dorsal dan
proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan malam” (dinner-fork ).
Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna. 7
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke posterior,
dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat
disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 19/28
19
dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior dari
fragmen distal(1,6)
3) Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada
punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat
deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke
arah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop
kebun” ( garden spade).7
Gambar 7. Fraktur Colles dan fraktur Smith
Gambar 8. Gambaran radiologi fraktur Smith
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 20/28
20
Gambar 9. Gambaran radiologi fraktur Colles
4)
Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan saat jatuh atau
pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan angulasi anterior
yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius7
Gambar 10. Fraktur Monteggia
5. Barton fraktur adalah fraktur yang meliputi adanya displace , artikuler sublukasi dari distal
radius dengan displacement carpus bersama dengan ligament fraktur artikuler. Fraktur Barton
sering dikira fraktur Smith tapi yang membedakan adalah garis frakturnya obliq kearah volar
dari radius ke wrist joint.8
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 21/28
21
Gambar 11. Fraktur Barton
CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan menentukan
apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fraktur atau fraktur dislokasi.
Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak,
kerusakan ligament dan adanya pendarahan.
Gambar 11. Gambaran CT Scan Fraktur Radius Ulna
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 22/28
22
D. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penanganan awal fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan
pasien dan yang kedua adalah mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstrimitas seperti
semula. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat
adalah (1) survey primer yang meliputi Airway, Breathing, Circulation, (2) meminimalisir rasa
nyeri (3) mencegah cedera iskemia-reperfusi, (4) menghilangkan dan mencegah sumber- sumber
potensial kontaminasi. Ketika semua hal diatas telah tercapai maka fraktur dapat direduksi dan
reposisi sehingga dapat mengoptimalisasi kondisi tulang untuk proses persambungan tulang dan
meminimalisasi komplikasi lebih lanjut.
Survey Primer
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan dan
mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disabilty Limitation,
Exposure):
1. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan
nafas. Ini meliputi pemeriksan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau
fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas. harus memproteksi tulang
cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran
atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definif.
2. B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin ventilasi
yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru-paru yang baik, dinding dada dan
diafragma.
3. C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di sini adalah
volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi permasalahan
utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur dapat
menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan membuat syok kelas II.
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 23/28
23
Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah mengunakan penekanan langsung dan
meningikan lokasi atau ekstrimitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh.
Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi
gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang
terbuka, penggunan balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan. Pengantian
cairan yang agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan pendarahan.
4. D : Disability. Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat terhadap
keadan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,
tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
5. E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaianya, seiring dengan cara mengunting,
guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien
diselimuti agar pasien tidak hipotermia.9
Prinsip penanganan fraktur yaitu 4 R yang terdiri dari:
1. Recognition
Merupakan tahap mengenali terutama mechanism of injury, jenis fraktur dan penanganan
yang sesuai.
2. Reposition
Merupakan tahap menggembalikan fraktur ke posisi semula (posisi anatomis)
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut
dapat kembali normal.(2)
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 24/28
24
Gambar 12 . Proses penyembuhan fraktur
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai
berikut :
1. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian
terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan hematoma
akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur. Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai
beberapa milimeter dari garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur
tersebut.
2. Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel
lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh proliferasi ini dan
diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas
sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing
fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu
dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut
sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 25/28
25
beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago
ini tidak mutlak dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat
resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra selluler yang
terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium,
membentuk tulang immature atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada
akhir stadium ter dapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut
external callus.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas
osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-
lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan sedah lengkap. Pada fase ini terjadi
pergantian fibrous callus menjadi primary callus. Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga
sudah tampak jaringan yang radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun
pada umur-umur lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus
diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang
normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan
tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang.
Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan,
mengelilingi daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal
medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot
dan sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan
kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.(11)
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 26/28
26
E. Komplikasi
Komplikasi segera
- Kulit dan otot: berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan), kontusio, avulsi.
- Vascular: terputus, perdarahan, kontusio.
- Organ dalam:jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur costae), buli-buli.
- Neurologis: otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer.
- Trauma multiple, syok
Komplikasi dini
- Nekrosis kulit-otot, sidrm kompartemen, thrombosis, infeksi sendi, osteomielitis.
- ARDS, emboli paru, tetanus.
Komplikasi lama
- Tulang: malunion, nonunion, delayed union, osteomielitis.
- Sendi: ankilosis, penyeakit degenerative sendi pasca trauma.
- Miositis osifikan.
- Distrofi reflex.
- Kerusakan saraf.
- Batu ginjal dan neurosis pasca trauma.
F.
Prognosis
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada
setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut.
Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma,
kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase
konsolidasi.(18)
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada lokasi
fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur menurut Perkins:
Sebuah fraktur spiral pada ekstremitas atas menyatu dalam 3 minggu, untuk konsolidasi
di kali 2, untuk ekstremitas bawah di kali 2 lagi, untuk fraktur transverse kalikan 2 lagi. Sebuah
cara baru menjelaskan.
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 27/28
27
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa didapatkan, pria umur 22 tahun datang dengan keluhan nyeri serta
bengkak pada lengan bawah sebelah kanan setelah kecelakaan tabrakan motor 4 jam smrs. Pada
saat kecelakaan , pingsan (-), mual(-), muntah(-), kepala pusing (-).
Dari pemeriksaan fisik, kesaradaran compos mentis, tampak sakit ringan, Tanda vital
normal, status generalis dalam batas normal , status lokalis tidak dinilai karena os sudah di balut
lengannya,
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dapat didiagnosa
Close Fraktur 1/3 Radius distal Sinistra..
8/10/2019 lapsus fr barton
http://slidepdf.com/reader/full/lapsus-fr-barton 28/28
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomy and Physiologi. Ed 6th. New York: Mc Graw Hill: 2003
2. Swartz MH. Physical Diagnosis history and examnation: The muskuloskeletal system.
Phyladelphia:WB Saunders; 2001.
3. Koval KJ. Zuckerman JD. Handbook of Fractures. Second ed. LWW. 2002.pg 7
4. Gustilo Anderson Clasification . Kim PH. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3462875/
5. Broken bone: Types of fractures, symptoms and prevention . Available at :
http://www.webmd.boots.com/a-to-z-guides/bone-fractures-types-symptoms-prevention
6. Distal Radial Fracture Imaging .Porrino JA. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/398406-overview7. Salomon L. Apley‟s system of orthopaedics and fractures: Injuries of the forearm and
wrist. Ed 8th
. London: Arnold; 2001.
8. Barton Fracture. Knipe H. available at : http://radiopaedia.org/articles/barton-fracture
9. Koval KJ. Zuckerman JD. Handbook of Fractures. Second ed. LWW. 2002.pg 3-5
10. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar, Radiologi
Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai Penerbitan FKUI. Jakarta.
2009. Hal 31-43.