perbedaan pengaruh pemberian ceramah dan leaflet …
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET PADA PERILAKU SWAMEDIKASI IBU-IBU PKK
DI DUSUN NGLAWISAN DESA TAMANAGUNG KECAMATAN MUNTILAN
(KAJIAN PENGOBATAN MAAG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh : Eva Kristina
NIM : 078114026
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2010
ii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET PADA PERILAKU SWAMEDIKASI IBU-IBU PKK
DI DUSUN NGLAWISAN DESA TAMANAGUNG KECAMATAN MUNTILAN
(KAJIAN PENGOBATAN MAAG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh : Eva Kristina
NIM : 078114026
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
iii
iv
v
Ecclesiastes 3:11
“He has made everything beautiful in its time. He has also set eternity in the hearts of men; yet they cannot fathom what God has
done from beginning to end.”
Spesial thanks to…
For My Lovely Family, Boyfriend, Bestfriends, & My Almamater
FOR MY BELOVED JESUS CHRIST
Give thanks to You for all You’ve done in my life..
What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear.
What a privilege to carry Everything to God in prayer. What peace we often forfeit,
What needless pain we bear, All because we do not carry
Everything to God in prayer.
You are my strength, my joy, my world, my endless true friend, my Father, my life, my everything…
I Love You
vi
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia-Nya
yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Pengaruh Pemberian Ceramah dan Leaflet pada Perilaku Swamedikasi
Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan
(Kajian Pengobatan Maag)”.
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu Farmasi (S. Farm.), program Studi
Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Gubernur Provinsi Jawa Tengah Bakesbanglinmas Semarang yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kecamatan Muntilan Jawa
Tengah.
2. Bapak dan ibu RT dusun Nglawisan Kecamatan Muntilan yang telah
memberi ijin dan memberikan bantuan yang besar selama proses
penelitian.
3. Para pengurus dan seluruh ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa
Tamanagung Kecamatan Muntilan yang telah membantu dalam penelitian
ini.
4. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
viii
5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam
proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Phebe Hendra,M.Si.,Ph.D.,Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.
7. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.
8. Sekretariat yang membantu menyelesaikan administrasi, Mas Narto yang
telah membuat berbagai surat ijin sehingga membantu kelancaran proses
pengambilan data.
9. Papa (Hartanto) dan Mama (Sri Hartati), serta kakak (Andy Hartanto) atas
doa dan dukungannya selama ini.
10. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma
Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini.
11. Sahabat seperjuanganku dalam menempuh pendidikan semasa kuliah sejak
semester awal hingga saat ini, dan yang selalu setia menemani dan
membantuku dalam penelitian skripsi ini : Helen, Noviana Hertanto.
Terimakasih untuk kekompakan dan kerjasamanya hingga skripsi ini
selesai.
12. Teman-teman angkatan 2007 (khususnya kelas FKK-A), atas doa,
semangat, dan kebersamaannya selama ini.
ix
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah
membantu dalam pembuatan skripsi ini dengan doa dan dukungannya saya
ucapkan terima kasih.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang
ada dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itulah penulis mengaharapkan kritik dan
saran yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga
penelitian skripsi yang telah dilakukan penulis dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.
Penulis
x
DAFTAR ISI x
xi
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH……………………………………………………………………..
vi
PRAKATA………………………………………………………………….. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xvii
INTISARI…………………………………………………………………… xix
ABSTRACT…………………………………………………………….......... xx
BAB I PENGANTAR………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
1. Permasalahan…………………………………………………… 5
2. Keaslian penelitian……………………………………………… 5
3. Manfaat praktis…………………………………………………. 7
B. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 7
1. Tujuan umum…………………………………………………… 7
2. Tujuan khusus………………………………………………….. 7
DAFTAR ISI
xii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………. 8
A. Anatomi dan Fisiologi Lambung………………………………… 8
B. Maag……………………………………………………………… 9
C. Penatalaksanaan Sakit Maag…………………………………….. 10
1. Penatalaksanaan non-farmakologis……………………………. 10
2. Penatalaksanaan farmakologis…………………………………. 10
D. Swamedikasi……………………………………………………... 11
E. Obat Bebas……………………………………………………….. 12
F. Antasida…………………………………………………………... 13
G. Edukasi Kesehatan………………………………………………. 17
H. Metode Leaflet…………………………………………………… 19
I. Metode Ceramah……………………………………………………. 19
J. Kuesioner………………………………………………………….. 20
K. Perilaku…………………………………………………………… 21
L. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………………………………… 26
1. Uji validitas…………………………………………………… 26
2. Uji reliabilitas…..………………………………………………. 27
M. Landasan Teori…………………………………………………... 27
N. Hipotesis………………………………………………………….. 28
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………. 29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………….…….. 29
B. Variabel Penelitian……………………………………………... 29
C. Definisi Operasional……………………………………………. 30
xiii
D. Subjek Penelitian……………………………………………….. 31
E. Tempat Penelitian…………………………………….………… 32
F. Bahan Penelitian…………………………………….………….. 32
1. Populasi penelitian……………..……………….……………. 32
2. Sampel dan teknik sampling…………………………………. 32
3. Besar sampel…………………………………………………. 33
G. Instrumen Penelitian……………………………..……………... 33
H. Tata Cara Penelitian……………………………………………... 35
1. Perijinan…………………………………………….............. 35
2. Penelusuran data populasi………………..………………….. 35
3. Pembuatan kuesioner………………….……………............. 35
a. Penyusunan dan pembuatan kuesioner……………..……. 35
b. Uji validitas……………………….……………………... 36
c. Uji reliabilitas……………………..……………………… 37
d. Pembuatan leaflet……..………………………………….. 38
e. Penentuan kelompok perlakuan dan pemilihan sampel ibu-
ibu PKK dari tiap RT yang dipilih………………………….
38
1) Penentuan kelompok perlakuan menggunakan cara
randomisasi…………………………………………….
38
2) Pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari setiap RT yang
dipilih………………………………………………….
39
f. Pelaksanaan intervensi……………………………….…….. 39
1) Penyebaran undangan…..…………………………….. 39
xiv
2) Pelaksanaan ceramah dan leaflet..……………………. 39
g. Pengambilan data………………….…………………..…. 40
I. Pengolahan Data……………………..………………………...…. 40
1. Manajemen data………………………….………………..….. 40
2. Analisis data……………………………………………….….. 41
J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian……………………….….... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………….……... 45
A. Efektivitas Metode Leaflet terhadap Perubahan Perilaku
Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan
Maag)….………………………………………………………...
46
B. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Perubahan Perilaku
Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan
Maag)……..……………………………………………………..
51
C. Metode yang Paling Efektif terhadap Perubahan Swamedikasi
pada Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan (Kajian Pengobatan
Maag)……………………………………………………………..
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….… 61
A. Kesimpulan……………………………………………………...... 61
B. Saran………..…………………………………………………….. 61
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....... 63
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 66
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………...... 107
xv
Halaman
Tabel I. Jenis Pernyataan dan Pengelompokannya Berdasarkan
Variabel dalam Kuesioner……………………………...............
36
Tabel II. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan
Posttest Kelompok Kontrol dan Leaflet………………………
47
Tabel III. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok
Kontrol dan Leaflet…………………………………………….
50
Tabel IV. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan
Posttest Kelompok Kontrol dan Ceramah…………………….
51
Tabel V. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok
Kontrol dan Ceramah…………………………………………..
55
Tabel VI. Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang
Swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap Perubahan
Perilaku…………………………………………………………
57
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi Lambung………………………………………….... 8
Gambar 2. Hipersekresi Asam Lambung………………..……………… 10
Gambar 3. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan
Leaflet………………………………………………………..
49
Gambar 4. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan
Ceramah……………...……………………………………...
54
Gambar 5. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok
Leaflet dan Ceramah………………………………………….
59
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner pretest dan posttest yang digunakan untuk
penelitian……………………………………………...........
66
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas
kuesioner…………………………………………………..
70
Lampiran 3. Data diri responden kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan…………………………………………….……
72
Lampiran 4. Hasil uji chi-square untuk karakteristik umur
responden…………………………………………………
75
Lampiran 5. Uji signifikansi efektifitas metode leaflet dan ceramah
terhadap perubahan perilaku tentang swamedikasi ibu-ibu
PKK (kajian pengobatan maag)………………………….
76
Lampiran 6. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok
kontrol dan leaflet……………………………………….
83
Lampiran 7. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok
kontrol dan ceramah……………….…………………….
85
Lampiran 8. Perbedaan pengaruh metode ceramah dan leaflet tentang
swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap
perubahan perilaku……………………………………….
88
Lampiran 9. Leaflet yang diberikan pada saat penelitian……………. 90
Lampiran 10. Materi yang disampaikan saat ceramah…………………… 91
Lampiran 11. Laporan kependudukan kecamatan Muntilan Januari
xviii
2010………………………………………………............... 93
Lampiran 12. Surat-surat ijin penelitian………………………….............. 94
Lampiran 13. Foto-foto kelompok kontrol dan kelompok perlakuan…….. 100
xix
INTISARI
Swamedikasi adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit ringan secara tepat dan bertanggung jawab. Sakit maag merupakan penyakit ringan yang terjadi karena peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung, dengan gejala mual, muntah, rasa nyeri serta panas pada ulu hati dan dada, sehingga dalam pengobatannya dapat dilakukan secara mandiri menggunakan obat antasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa metode ceramah dan leaflet pada perilaku swamedikasi di Dusun Nglawisan Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag), dan mengetahui metode edukasi mana yang paling efektif untuk meningkatkan aspek perilaku swamedikasi maag. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu, dengan rancangan pretest posttest intervention with control group. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa ceramah dan leaflet dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan cara masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest menggunakan kuesioner setelah satu bulan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap perubahan perilaku responden. Perbandingan pretest dan posttest dianalisis dengan uji Paired T-Test untuk data terdistribusi normal, jika tidak normal menggunakan uji Wilcoxon. Sedangkan perbandingan antara kelompok kontrol dan perlakuan dianalisis dengan uji Independent T-Test untuk data terdistribusi normal, jika tidak normal menggunakan uji Mann-Whitney.
Dari hasil analisis data menunjukkan intervensi leaflet efektif untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sedangkan intervensi ceramah efektif untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan dan tindakan, namun kurang efektif untuk mempengaruhi perubahan sikap. Hasil analisis data menunjukkan bahwa metode leaflet tidak lebih efektif dibandingkan metode ceramah untuk perubahan pengetahuan dan sikap, namun untuk perubahan tindakan metode leaflet lebih efektif dibandingkan metode ceramah. Kata kunci : swamedikasi maag, ceramah, leaflet
xx
ABSTRACT Self-medication is an act of self-medicate by using drugs without a
prescription to overcome the ailment appropriately. Heartburn is a minor illness that occurs due to increased production of stomach acid. Symptoms include nausea, vomiting, pain in the pit of the stomach and chest so that treatment can be done with self-medication using antacids. Research in Nglawisan, Muntilan aims to investigate the effect of educational lecture method and leaflet on self-medication behavior. Moreover, this study also aims to determine which educational methods are most effective for improving aspects of behavioral assessment heartburn self-medication.
Type of research using in this problem was quasi-experimental, with pretest posttest design with control group intervention. This study consisted of two experimental groups. The first group was treated in the form of lecture and leaflet, while others are not given treatment. Data were collected by each group using pretest and posttest on the questionnaire after one month to determine the effects of the treatment of behavioral changes of respondents. Comparison of pretest and posttest were analyzed using Paired T-Test for normally distributed data or Wilcoxon test if the data was not distributed normally. Moreover, comparisons between the control and treatment groups were compared by using Independent T-Test for normally distributed data or the Mann-Whitney test if the data was not distributed normally.
From the analysis of data showed the intervention of leaflet was effective to influence changes in knowledge, attitudes, and actions while the intervention of the lecture was effective to influence changes in knowledge and action, but less effective to influence change in attitudes. The results of data analysis showed that the leaflet was less effective method than the lecture method to change knowledge and attitudes, but for the changing of action leaflet method was more effective than lecture method. Keywords: heartburn self-medication, lecture, leaflet
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri
sendiri dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-
penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan
Hall, 1990).
Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia
yang mengeluh sakit proporsi terbesar yakni dengan swamedikasi. Menurut
WHO, terjadi peningkatan masyarakat dalam menangani penyakit mereka dengan
swamedikasi tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker (WHO, 1998).
Kenyataan ini didukung laporan bahwa lebih kurang 82% masyarakat melakukan
praktek swamedikasi (Donatus, 1997). Sekarang ini semakin banyak masyarakat
memilih swamedikasi, hal ini disebabkan banyak produk obat tanpa resep yang
beredar, maraknya iklan obat di media cetak dan media elektronik, serta
kecenderungan masyarakat memilih pengobatan sendiri bagi mereka yang tinggal
di daerah terpencil yang jarang terdapat praktek dokter, motivasi masyarakat
untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri.
Akibat semakin meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk
melakukan swamedikasi, hal ini dapat menyebabkan swamedikasi yang dilakukan
masyarakat menjadi sangat boros karena konsumsi obat-obat yang sebenarnya
tidak dibutuhkan, atau justru dapat berbahaya karena adanya kesalahan
1
2
pengobatan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan aturan
pakainya. Obat bebas dan obat bebas terbatas bukan berarti bebas efek samping,
sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, dosis, lama pemakaian
yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang resiko efek samping
dan kontraindikasinya (Lazarus, Tsechkovski, dan Tarakova, 2002).
Maag merupakan penyakit yang umum diderita masyarakat. Upaya
pengobatan sendiri umum dilakukan masyarakat ketika terserang sakit maag
dengan mengkonsumsi obat-obat tradisional maupun menggunakan obat tanpa
resep yang salah satunya yakni obat golongan antasida yang banyak dijual di
apotek, maupun toko obat. Masyarakat yang menderita maag umumnya
melakukan upaya pengobatan karena maag membuat mereka terganggu terutama
pada saat beraktivitas atau bekerja.
Ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan
menjadi pilihan dilakukannya penelitian ini dengan pertimbangan berdasarkan
data Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa tahun 2009 yang didapatkan
dari kantor kelurahan, Tamanagung merupakan salah satu desa dari 14 desa di
Kecamatan Muntilan yang luas wilayah dan jumlah penduduknya paling besar
dibanding desa-desa lainnya kemudian Nglawisan merupakan salah satu dusun
dari 12 dusun di desa Tamanagung yang memiliki jumlah penduduk paling
banyak dibanding dusun lainnya yakni 676 orang. Penelitian ini dilakukan pada
ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan
sampel dilakukan atas pertimbangan, seorang ibu adalah tokoh yang berperan
dalam merawat anggota keluarga jadi diharapkan edukasi yang diberikan dapat
3
berguna dalam pengobatan maag secara benar di dalam keluarga, kemudian ibu-
ibu PKK merupakan salah satu media yang tepat dalam pemberian edukasi
dimana informasi yang telah diberikan pada ibu-ibu PKK dapat disampaikan
kembali kepada masyarakat di sekitarnya melalui kegiatan rutin yang dilakukan
setiap bulannya. Sehingga adanya penelitian diharapkan ibu-ibu PKK desa
Nglawisan dapat dijadikan sebagai panutan untuk warga lain dalam berperilaku
swamedikasi maag dengan secara benar.
Menurut wawancara pribadi peneliti dengan apoteker yang ada di apotek
desa Tamanagung diketahui bahwa masyarakat di dusun Nglawisan desa
Tamanagung cenderung untuk mengobati sakit maag dengan cara swamedikasi
tanpa berkonsultasi dengan dokter, selain itu dengan melakukan swamedikasi
maka masyarakat dapat menghemat banyak waktu dan biaya. Oleh karena itu
diperlukan adanya peningkatan tanggung jawab masyarakat untuk memastikan
pengobatan yang mereka pilih sesuai dengan kebutuhan, keselamatan dan
keefektifannya. Peningkatan tanggung jawab tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian informasi obat bebas yang obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan
untuk melakukan swamedikasi secara rasional, aman dan efektif. Pemberian
informasi tentang swamedikasi ini merupakan salah satu dari peran farmasis
(WHO, 1998) dalam promosi kesehatan yang salah satunya dapat dilakukan
dengan pemberian edukasi.
Terdapat berbagai macam metode pemberian edukasi kesehatan kepada
masyarakat antara lain metode ceramah dan seminar untuk kelompok besar, dan
metode diskusi kelompok, curah pendapat, dan permainan simulasi untuk
4
kelompok kecil. Alat bantu edukasi kesehatan yang ada saat ini seperti booklet,
leaflet, selebaran, poster, foto, televisi, radio, internet, dan papan-papan yang
dipasang di tempat-tempat umum. Dengan adanya pemberian edukasi kesehatan
dapat meningkatkan aspek perilaku masyarakat yang mendapat edukasi tersebut.
Aspek perilaku yang dimaksud terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Menurut Notoatmodjo (1993), proses edukasi dengan tulisan (leaflet, booklet,
selebaran) mempunyai efektifitas/intensitas yang lebih tinggi untuk mempresepsi
bahan edukasi/pengajaran daripada penyampaian edukasi yang hanya dengan
kata-kata seperti ceramah atau seminar. Hal ini juga didukung dari penelitian para
ahli bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak
adalah mata. Kurang lebih 75% - 87% dari pengetahuan manusia diperoleh dari
melalui mata. Sedangkan 13% - 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat bantu edukasi visual lebih mempermudah
cara penyampaian dan penerimaan informasi/edukasi (Notoatmodjo, 1993).
Dari uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
pemberian edukasi dengan metode ceramah atau leaflet dapat meningkatkan aspek
perilaku swamedikasi masyarakat di dusun Nglawisan kajian pengobatan maag.
Pada penelitian ini metode edukasi yang dipilih adalah ceramah karena metode
ceramah cocok untuk kelompok besar yakni dengan jumlah peserta lebih dari 15
orang, metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah, dan merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan
fakta kesehatan. Sedangkan metode kedua yakni dengan pemberian leaflet karena
leaflet merupakan metode edukasi visual yang paling umum digunakan dalam
5
memberikan informasi kesehatan, metode ini mampu mencover banyak informasi
kesehatan dalam format yang menarik, bersifat fleksibel artinya masyarakat dapat
membawa menyimpan dan mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya
kapanpun dan di manapun. Sehingga dengan digunakannya dua metode edukasi
tersebut dapat untuk mengetahui metode edukasi mana yang paling efektif untuk
meningkatkan aspek perilaku swamedikasi kajian pengobatan maag yang meliputi
pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan harapan terbentuk perilaku swamedikasi
yang rasional.
1. Permasalahan
1. Bagaimanakah efektivitas perubahan perilaku swamedikasi pada ibu-
ibu PKK di dusun Nglawisan dengan metode leaflet (kajian
pengobatan maag)?
2. Bagaimanakah efektivitas perubahan perilaku swamedikasi pada ibu-
ibu PKK di dusun Nglawisan dengan metode ceramah (kajian
pengobatan maag)?
3. Manakah metode yang paling efektif terhadap perubahan perilaku
swamedikasi pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian
pengobatan maag)?
2. Keaslian penelitian
Penelitian tentang perbedaan pengaruh pemberian ceramah dan leaflet
pada swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag) dengan usia 20-55 tahun dan
status sudah menikah belum pernah dilakukan. Namun terdapat penelitian lain
6
yang terkait tentang pengaruh edukasi terhadap aspek perilaku swamedikasi
dengan metode edukasi penyuluhan, oleh peneliti lain dengan judul berikut ini :
a. Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada
Ibu-Ibu Non Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul oleh
Widiastuti (2009). Metode edukasi yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan metode penyuluhan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pemberian edukasi berpengaruh terhadap perilaku swamedikasi common
cold pada ibu-ibu non kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk
pengetahuan 0,000; sikap 0,000; dan tindakan 0,002, berarti secara statistik
pemberian edukasi berpengaruh secara bermakna terhadap pengetahuan, sikap,
dan tindakan perilaku swamedikasi common cold.
b. Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada
Kader-Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul oleh Prabaningrum
(2009). Metode edukasi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
penyuluhan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
edukasi berpengaruh terhadap perilaku swamedikasi common cold pada ibu-ibu
kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk pengetahuan 0,000; sikap 0,000;
dan tindakan 0,011, berarti secara statistik pemberian edukasi berpengaruh secara
bermakna terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku swamedikasi
common cold.
Penelitian tersebut berbeda pada hal tujuan penelitian, subjek penelitian,
waktu penelitian, lokasi penelitian, dan kajian penelitian. Penelitian yang
dilakukan saat ini ingin melihat pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah dan
7
pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun
Nglawisan tahun 2010.
3. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan
farmasis dan Departemen Kesehatan untuk menentukan metode yang sesuai dalam
promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
swamedikasi yang rasional (kajian pengobatan maag).
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa
metode ceramah dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan
tindakan swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag).
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Efektivitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi
pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).
b. Efektivitas metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi
pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).
c. Metode yang paling efektif terhadap perubahan perilaku swamedikasi
pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Lambung
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat
di daerah epigastrik, di bawah diafragma dan di depan pankreas. Kapasitas normal
lambung adalah 1-2 liter. Secara anatomi lambung terdiri dari fundus, batang
utama, dan antrum pilorik (gambar 1). Lambung berhubungan dengan osofagus
melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orisium pilorik (Price
dan Wilson, 1984).
Gambar 1. Anatomi Lambung (Wikidict, 2010)
Lambung memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai fungsi motorik,
yaitu menampung dan menyimpan makanan dari osofagus melalui orifisium
kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, memecahkan makanan menjadi
partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Sebagai fungsi pencernaan dan sekresi,
yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sekresi mukus yang membentuk
selubung dan melindungi lambung serta sebagai pelumas agar makanan lebih
mudah diangkut (Price dan Wilson, 1984).
8
9
B. Maag
Sakit maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi
iritasi lambung. Maag atau sakit lambung memiliki gejala khas berupa mual
kadang disertai muntah, perut kembung, rasa nyeri atau pedih serta rasa panas
pada ulu hati dan dada meskipun baru saja selesai makan (Depkes, 2006).
Pada penyakit maag akut biasanya belum ada gejala kerusakan yang jelas
pada dinding lambung; mungkin hanya disebabkan oleh berlebihnya produksi
asam lambung sesaat atau akibat makanan yang merangsang terlalu banyak.
Sedangkan pada maag kronis penderita bisa mengalami pembengkakan atau
radang pada dinding lambung, luka sampai perdarahan (Depkes, 2006).
Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena makanan atau
minuman yang merangsang lambung yaitu makanan yang pedas atau asam, kopi,
alkohol, serta kebiasaan merokok; faktor stres baik stres fisik (setelah
pembedahan, penyakit berat, luka bakar) maupun stres mental; obat-obat tertentu
yang digunakan dalam jangka waktu lama (misal obat rematik, anti inflamasi);
pola makan yang tidak teratur (Depkes, 2006).
Bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa barier dan terjadi difusi
balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan asam
lambung (gambar 2), timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh
kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut atau kronik dan tukak lambung.
Tukak lambung yang letaknya dekat pilorus atau dijumpai bersama dengan tukak
duodenum biasanya disertai hipersekresi asam, sedangkan bila lokasinya pada
tempat lain di lambung biasanya disertai hiposekresi asam (Arifa, 2008).
10
Gambar 2. Hipersekresi Asam Lambung (Wikidict, 2010)
C. Penatalaksanaan Sakit Maag
1. Penatalaksanaan non-farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b.Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, rokok,
soft drink dan stres
c. Atur pola makan dengan porsi kecil tetapi frekuensi lebih sering
d. Makan makanan yang lunak/mudah dicerna (Irma, 2008).
2. Penatalaksanaan farmakologis
Yakni dengan menggunakan obat-obatan yang meliputi antasida (bekerja
dengan cara menetralkan asam lambung sehingga melindungi selaput
lendir lambung dari kerusakan),obat golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan golongan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah) (Irma, 2008).
11
D. Swamedikasi
Menurut Holt dan Hall (1990), swamedikasi atau pengobatan sendiri
diartikan sebagai tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat
tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat
dan bertanggung jawab.
Swamedikasi merupakan upaya yang paling sering dilakukan masyarakat
untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit. Untuk melakukan swamedikasi
secara benar, maka masyarakat harus mampu mengetahui : jenis obat yang
diperlukan untuk mengatasi penyakitnya; kegunaan tiap obat; cara pakai, aturan,
lama pemakaian, dan batas kapan mereka harus menghentikan swamedikasi dan
segera minta pertolongan petugas kesehatan; efek samping obat yang digunakan
sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian itu
suatu penyakit baru atau efek samping obat; siapa yang tidak boleh menggunakan
obat tersebut (Binfar Depkes, 2008).
Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut Holt dan Hall
(1990) aman bila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif untuk menghilangkan
keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting, biaya pembelian obat relatif lebih
murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu
mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan (Supardi dan Notosiswoyo 2005).
Kekurangan swamedikasi menurut Holt dan Hall (1990) yakni obat
membahayakan kesehatan bila tidak digunakan sesuai dengan aturan pakai,
kesalahan penggunaan obat karena informasi yang kurang lengkap dari iklan obat,
dan sulit bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman
12
menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Supardi dan
Notosiswoyo, 2005).
Menurut Covington (2000), perawatan dan pengobatan mandiri
(swamedikasi) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Perilaku konsumen, antara lain motivasi dan tanggungjawab untuk
mempelajari penyakit yang diderita dan cara perawatannya, penghargaan
terhadap nilai kesehatan, keseriusan penerimaan penyakit yang berpengaruh pada
keputusan tipe perawatan kesehatan yang dipilih serta pengaruh dari orang lain
(teman, keluarga, dan tenaga kesehatan).
2. Karakter demografi, meliputi usia, jumlah keluarga, jenis kelamin dan status
sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah atau daerah
tertentu.
3. Keadaan ekonomi, meliputi status ekonomi seseorang, biaya perawatan
kesehatan (produk dan pelayanan), ketersediaan dan kemudahan mendapatkan
produk perawatan kesehatan.
4. Pendidikan dan pengetahuan konsumen, meliputi tersedianya informasi yang
berguna dari farmasis atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media informasi
dan label dalam kemasasn obat, serta adanya alternatif perawatan kesehatan
seperti terapi herbal.
E. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat
bebas dikenal juga dengan sebutan obat Over The Counter (OTC) yang terdiri atas
13
obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas
di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, dengan tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan,
misalnya : parasetamol. Sedangkan obat bebas terbatas adalah obat yang
sebenarnya termasuk obat keras tetapi dalam jumlah tertentu masih dapat dijual
atau dibeli bebas di apotek tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, contoh : CTM ® yakni obat
untuk antihistamin dan antialergi (Depkes, 2006).
Berkaitan dengan pengobatan sendiri telah dikeluarkan berbagai peraturan
perundangan. Menurut SK Menkes No.2380/1983 pengobatan sendiri hanya boleh
menggunakan obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.
Semua obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib
mencantumkan keterangan pada setiap kemasannya tentang kandungan zat
berkhasiat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain yang diperlukan (SK
Menkes No.917/1993) (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).
F. Antasida
Antasida bekerja dengan cara menetralkan asam lambung yang berlebih
dan melindungi selaput lendir lambung. Antasida dapat meringankan gejala-gejala
yang muncul pada kelebihan asam lambung, penyakit dispepsia tukak maupun
non-tukak, penyakit refluks gastroesofagitis tanpa erosi, serta pada tukak usus
14
duabelas jari dengan gejala seperti mual, nyeri lambung, perasaan penuh pada
lambung, nyeri ulu hati (Badan POM RI, 2008).
Sediaan antasida dapat digolongkan menjadi :
1. Antasida dengan kandungan aluminium dan atau magnesium
Senyawa alumunium merupakan suatu zat koloid yang terdiri dari
alumunium hidroksida dan aluminium oksida yang terikat pada molekul air.
Aluminium hidroksida akan melapisi selaput lendir lambung sebagai pelapisan
pelindung. Sedangkan magnesium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium
trisilikat efektif dalam mengikat asam serta dapat melepaskan silisium oksida
yang akan melapisi selaput lendir lambung dengan lapisan pelindung (Badan
POM RI, 2008).
Antasida yang mengandung magnesium atau aluminium yang relatif tidak
larut dalam air seperti magnesium karbonat, hidroksida, dan trisiklat serta
aluminium glisinat dan hidroksida bekerja lama bila berada dalam lambung
sehingga sebagian besar tujuan pemberian antasida tercapai. Sediaan yang
mengandung magnesium dapat menyebabkan efek samping berupa diare,
sedangkan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan efek samping
konstipasi (Sukandar dkk, 2008).
a. Aluminium Hidroksida
Indikasi: hiperfosfatemia, pengobatan untuk hiperasiditas lambung
Peringatan: gangguan ginjal, edema, sirosis
15
Dosis: suspensi : 10 ml 5-6 kali perhari diminum diantara makan dan
sebelum tidur atau bila diperlukan. Tablet : 1-2 tablet (300 mg) 5-6 kali
perhari diminum saat makan dan sebelum tidur bila diperlukan.
Contoh: Mylanta® suspensi, Corsamag® tablet, Amphojel® (Lacy,
Armstrong, Golman, dan Lance, 2003).
b. Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida
Indikasi: antasida (menetralkan asam lambung yang berlebih),
hiperfosfatemia
Dosis: oral : 5-10 ml 4-6 kali perhari, diminum diantara makan dan
sebelum tidur atau bila diperlukan.
Contoh : Maalox® 10-20 ml 4 kali perhari, Mylanta® (Lacy dkk, 2003).
c. Kombinasi Mg(OH)2, CaCO3, Famotidin
Indikasi: untuk mengatasi gejala yang berhubungan dengan kelebihan
asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak duodeni
Peringatan: gangguan ginjal, gangguan hati, hamil, menyusui; tidak
dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas
petunjuk dokter
Efek samping: diare, konstipasi, mual, muntah, sakit kepala, gangguan
irama jantung dan ruam kulit
Dosis: dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun: sehari 2 x 1 tablet kunyah,
diminum jika timbul gejala atau 1 jam sebelum makan. Maksimum 2
tablet/hari (2 tablet dalam 24 jam). Untuk anak <12 tahun: sesuai petunjuk
dokter.
16
Contoh: Promag double action® tablet, Magard FA® tablet,
Neosanmag/Neosanmag Fast® tablet (Badan POM RI, 2008).
d. Kompleks Magnesium Hidrotalsit
Indikasi: untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak duodeni dengan gejala
seperti mual, kembung dan perasaan penuh pada lambung.
Peringatan: gangguan ginjal, diet rendah fosfat, pemakaian jangka panjang
Dosis: Dewasa : 3-4 kali sehari, 1-2 tablet. Anak-anak 6-12 tahun : sehari
3-4 kali, ½-1 tablet. Dianjurkan untuk minum obat ini segera pada saat
timbul gejala dan dilanjutkan 1-2 jam sebelum makan atau setelah makan
dan sebelum tidur malam. Dapat diminum dengan air atau dikunyah
langsung.
Contoh: Promag® tablet (Badan POM RI, 2008).
e. Magnesium Karbonat
Indikasi: dispepsia
Peringatan: gangguan ginjal
Efek samping: diare, bersendawa karena terlepasnya CO2
Dosis: 1-2 tablet dikunyah 4 kali sehari, dan sebelum tidur atau bila
diperlukan; suspensi: 10 ml 3 kali sehari
Contoh magnesium karbonat kombinasi: Saclon® tablet, Simeco® tablet
(Badan POM RI, 2008).
f. Aluminium Hidroksida dan Magnesium Trisilikat
Indikasi: hiperasiditas lambung.
17
Peringatan: gangguan ginjal.
Dosis: 2-4 tablet kunyah, diberikan hingga 4 kali sehari dan sebelum tidur
atau bila diperlukan.
Contoh: Gaviscon® (Lacy dkk, 2003).
2. Antasida dengan kandungan natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air dan bekerja
cepat. Namun, bikarbonat yang terabsorpsi menyebabkan alkalosis terutama bila
digunakan dalam dosis yang berlebih. Seperti antasida lainnya yang mengandung
karbonat, terlepasnya karbon dioksida menyebabkan sendawa. Pemberian natrium
bikarbonat dan sediaan antasida yang kandungan natriumnya tinggi, seperti
campuran magnesium trisiklat harus dihindari pada pasien yang sedang diet garam
(pada gagal jantung, gangguan hati dan ginjal) (Sukandar dkk, 2008).
3. Antasida dengan kandungan simetikon
Simetikon (bentuk aktif dimetikon), diberikan sendiri atau ditambahkan
pada antasida sebagai antibuih untuk meringankan kembung. Pada perawatan
paliatif dapat mengatasi cegukan. Contoh : Waisan® suspensi, Waisan forte®
serbuk, Lagesil® tablet, Lambucid® tablet, Corsamag® tablet (Badan POM RI,
2008).
G. Edukasi Kesehatan
Edukasi merupakan suatu proses penyampaian materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan untuk mencapai tujuan berupa perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik dimana perubahan perilaku tersebut mengarah
18
pada perubahan perilaku sehat. Pendidik kesehatan ialah semua petugas kesehatan
dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna
meningkatkan kesehatan mereka. Individu, kelompok ataupun masyarakat
dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek
(pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam
usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Notoatmodjo (1993) pendidikan kesehatan atau penyuluhan
kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi,
bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai
upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidikan kesehatan pada
dasarnya ialah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka
dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Sarwono,
1997). Macam-macam metode edukasi kesehatan yang umum digunakan yakni
ceramah dan seminar untuk peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang; metode
diskusi kelompok, kelompok-kelompok kecil, curah pendapat dan memainkan
peran untuk peserta yang berjumlah kurang dari 15 orang; metode leaflet, booklet,
selebaran, dan poster untuk metode edukasi visual (Notoatmodjo, 1993).
Metode edukasi visual yang menggunakan tulisan mempunyai
efektifitas/intensitas yang lebih tinggi untuk mempresepsi bahan
edukasi/pengajaran daripada penyampaian edukasi yang hanya dengan kata-kata
seperti ceramah atau seminar. Hal ini juga didukung dari penelitian para ahli
bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah
mata. Kurang lebih 75% - 87% dari pengetahuan manusia diperoleh dari melalui
19
mata. Sedangkan 13% - 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa alat bantu edukasi visual lebih mempermudah cara
penyampaian dan penerimaan informasi/edukasi (Notoatmodjo, 1993).
H. Metode Leaflet
Leaflet merupakan bentuk media visual yang paling umum digunakan
dalam upaya memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan pada masyarakat,
biasanya terdiri dari sejumlah kata; gambar atau foto dalam tata warna. Media ini
mampu mencover banyak informasi dan pengetahuan kesehatan dalam format
penyajiannya. Leaflet bersifat fleksibel, dalam artian masyarakat sasaran dapat
membawa menyimpan, dan mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya
kapanpun dan dimanapun tanpa harus memiliki ketrampilan atau penggunaan
perkakas khusus. Namun penggunaan leaflet masih memiliki keterbatasan dalam
pencapaian sasarannya, karena leaflet biasa diedarkan hanya terbatas pada satu
kelompok sasaran pada momen dan tempat tertentu (Pribadi, 2010).
I. Metode Ceramah
Metode pendidikan kesehatan yang digunakan harus disesuaikan dengan
jumlah sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode yang sesuai
untuk kelompok besar adalah seminar atau ceramah, metode ceramah yaitu
metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada masyarakat yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini cocok
untuk kelompok besar (apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang). Metode
20
ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Suatu
ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi yang akan
diceramahkan dan menguasai sasaran ceramah (Notoatmodjo, 1993). Metode
ceramah merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta
kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan
secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan
serta. Metode ini akan menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab
antara pemberi ceramah dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua
arah (Soebroto, Ghozali, dan Yuliati, 2001).
J. Kuesioner
Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan
memberi seperangkat pernyataan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pertanyaan terbuka) memuat pertanyaan
mengenai demografi responden sedangkan bagian kedua (pertanyaan tertutup)
memuat pertanyaan tentang variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap ,dan
tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada kuesioner ini digunakan skala
Likert (Azwar, 2005).
Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup, tujuannya
untuk memudahkan responden dalam menjawab, karena sudah diberikan 5 pilihan
jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan jawaban selalu
benar atau selalu salah, maka dalam pembuatan kalimat pernyataan, harus selalu
21
seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan pernyataan positif
(favorable). Variasi pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab,
sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2005).
Kuesioner dibuat dengan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sehingga mudah dipahami oleh responden dan tidak terjadi kesalahan
penafsiran dari responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk
pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item favorable
akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan STS).
Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih rendah
daripada respon negatif (Azwar, 2005).
K. Perilaku
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas yang merupakan hasil
akhir hubungan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti
perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi (Notoatmodjo, 1993).
Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi :
1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
2. Perilaku peningkatan kesehatan yang seoptimal mungkin apabila
seseorang dalam keadaan sehat
3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman agar dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 1993).
22
Menurut Notoatmodjo (1993) sebelum seseorang melakukan perilaku yang
baru maka dalam diri orang tersebut akan terjadi suatu proses yang berurutan,
yakni sebagai berikut :
a. Awareness (kesadaran) adalah dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) yakni dimana seseorang mulai tertarik terhadap
stimulus.
c. Evaluation yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya, dalam hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik
lagi.
d. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo
(1993) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan-
tahapan tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti
ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung
lama.
Menurut Notoatmodjo (1993) membagi perilaku manusia ke dalam tiga
ranah, yang dalam perkembangannnya menjadi :
23
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur–unsur yang mengisi akal dan alam jiwa
individu yang akan menimbulkan suatu gambaran, konsep, persepsi dan fantasi
terhadap segala hal yang diterima dari lingkungannya melalui panca indera
(Dharmmesta dan Handoko, 2000). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur
dari responden. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yakni :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini diartikan
24
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam
konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara definitif,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 1993).
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus dan kesiapan untuk bertindak tapi bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan subyek terhadap
25
suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subyek. (Sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 1993). Sikap terdiri dari
empat tingkatan yaitu :
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 1993)
3) Tindakan
Menurut Notoatmodjo (1993) tindakan merupakan bagian dari perilaku
yang dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk aktif perilaku. Secara
teoritis, perilaku terbentuk dari stimulus yang mempengaruhi pengetahuan, sikap,
dan tindakan. Namun di dalam kenyataan, stimulus yang diterima dapat langsung
26
menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat langsung bertindak tanpa terlebih
dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya. Tindakan seseorang
tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. Tindakan mempunyai beberapa
tingkatan sebagai berikut:
a) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan
dengan tindakan yang diambil.
b) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.
c) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan,
maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut (Notoatmodjo, 1993).
L. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur untuk mengetahui kualitas tes. Uji validitas
pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan analisa statistik dengan analisis Pearson Product Momen pada
tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir
pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r)
27
bernilai positif dan atau ≥0,312 (Saryono, 2008). Uji validitas dalam penelitian ini
adalah validitas isi di mana validitas diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisa rasional.
2. Uji reliabilitas
Menurut Notoatmodjo (1993), reliabilitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan,
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
berulang-ulang. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang
angkanya berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi nilai koefisian reliabilitas
atau mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya,
semakin rendah nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin
rendah reliabilitasnya (Azwar, 2005). Instrumen dapat memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut
menunjukkan hasil yang tetap.
M. Landasan Teori
Sakit maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi
iritasi lambung, dengan gejala khas berupa mual kadang disertai muntah, perut
kembung, rasa nyeri atau pedih serta rasa panas pada ulu hati dan dada meskipun
baru saja selesai makan. Penanganan sakit maag dapat dilakukan dengan
swamedikasi menggunakan obat antasida. Antasida bekerja dengan cara
menetralkan asam lambung yang berlebih dan melindungi selaput lendir lambung.
28
Swamedikasi merupakan suatu tindakan mengobati diri sendiri dengan
menggunakan obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab. Perilaku
swamedikasi yang terdiri dari tiga domain yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan
dapat ditingkatkan dengan pemberian edukasi kesehatan atau penyuluhan
kesehatan. Metode penyuluhan kesehatan yang paling sering dilakukan adalah
metode ceramah atau tanya jawab. Alat bantu visual yang sering digunakan untuk
meningkatkan efektivitas ceramah adalah booklet dan leaflet. Melalui metode
ceramah dan leaflet akan diberikan informasi kepada masyarakat mengenai
swamedikasi maag, dari kedua metode tersebut diharapkan dapat diketahui
metode mana yang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku swamedikasi maag
yang baik dan benar.
N. Hipotesis
1. Pemberian edukasi berupa metode leaflet berpengaruh terhadap perubahan
perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan
maag).
2. Pemberian edukasi berupa metode ceramah berpengaruh terhadap perubahan
perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan
maag).
3. Metode leaflet lebih efektif daripada metode ceramah untuk perubahan perilaku
swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi
experimental research) dengan rancangan penelitian pretest posttest intervention
with control group. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari
hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak memungkinkan untuk
mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan
etik untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratiknya, 2003).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian ceramah dan
leaflet mengenai swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap perubahan
perilaku ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan. Kelompok eksperimen diberi
perlakuan atau intervensi yang berupa kelompok 1 diberi edukasi kesehatan
dengan ceramah dan kelompok 2 diberi edukasi dengan leaflet sedangkan
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Masing-masing kelompok diberi pretest
dan posttest untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) adalah edukasi dengan metode ceramah dan
leaflet tentang pengobatan maag.
29
30
2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini yaitu perilaku
swamedikasi dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi
dengan kajian pengobatan maag pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan.
C. Definisi Operasional
1. Swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengobati atau
menghilangkan gejala penyakit diri sendiri atau anggota keluarga dengan
menggunakan obat tanpa resep, obat herbal, dan produk tradisional oleh
responden di dusun Nglawisan.
2. Pengobatan maag adalah tindakan yang dilakukan untuk mengobati atau
menghilangkan gejala maag.
3. Obat antasida adalah obat yang bekerja dengan cara menetralkan asam
lambung yang berlebih dan melindungi selaput lendir lambung.
4. Responden adalah ibu-ibu PKK usia 20-55 tahun status sudah menikah di
dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yang mengisi dan
mengembalikan kuesioner, serta bersedia menghadiri acara ceramah yang
diadakan peneliti yang memenuhi kriteria inklusi.
5. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi swamedikasi
tentang pengobatan maag kepada responden secara dua arah yang disampaikan
oleh peneliti.
6. Leaflet adalah suatu bentuk informasi tertulis yang mencakup kajian
swamedikasi maag yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar pada
selembar kertas yang dibuat semenarik mungkin.
31
7. Kuesioner adalah instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan pernyataan tertulis terkait dengan materi
swamedikasi maag.
8. Perilaku adalah hasil dari segala macam bentuk pengetahuan dan sikap yang
terwujud dalam tindakan untuk melakukan swamedikasi.
9. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang swamedikasi
maag.
10. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk
melakukan tindakan swamedikasi maag secara aman dan rasional yang
didasari oleh pengetahuan.
11. Tindakan adalah perilaku nyata dalam melakukan swamedikasi maag secara
aman dan rasional yang dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk
aktif.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan
desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yang mengisi dan mengembalikan
kuesioner, dan bersedia membaca leaflet yang telah diberikan serta bersedia
menghadiri edukasi dengan metode ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta
memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan dengan usia produktif (20-55 tahun) dan status sudah
menikah. Sedangkan kriteria eksklusinya yakni responden yang tidak selesai
mengisi kuesioner pretest ataupun posttest.
32
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan
Muntilan. Perlakuan ceramah dilakukan di rumah ketua RT 04 karena tempatnya
strategis dan mudah dijangkau, pengisian pretest untuk kelompok ceramah yang
dilakukan sebelum pemberian intervensi dan pengisian posttest setelah satu bulan
diberi perlakuan ceramah juga dilakukan di rumah ketua RT 04. Lalu perlakuan
berupa pemberian leaflet, pengisian pretest dan posttest pada kelompok leaflet
dilakukan di rumah ketua RT 02 sedangkan pengisian pretest dan posttest
kelompok kontrol dilakukan di rumah ketua RT 01 dusun Nglawisan.
F. Bahan Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan Kecamatan
Muntilan yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, bersedia menghadiri
edukasi yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi.
2. Sampel dan teknik sampling
Subyek penelitian adalah ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa
Tamanagung Kecamatan Muntilan yang bersedia mengisi dan mengembalikan
kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi. Responden penelitian ditentukan
menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling dengan berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang
memiliki karakteristik yang dikehendaki (Saryono, 2008), karena tidak semua ibu-
ibu PKK memilki kriteria inklusi yang dikehendaki dan tidak semua berpeluang
33
untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel dilakukan oleh peneliti dan dipilih ibu-
ibu dengan usia produktif dan sudah menikah.
Sedangkan untuk penentuan kelompok perlakuan dilakukan dengan
merandom empat RT yang ada di dusun Nglawisan dengan menggunakan sistem
undian. Setelah melakukan undian didapatkan 1 RT untuk kelompok yang diberi
perlakuan leaflet yakni RT 02 dusun Nglawisan, 1 RT untuk kelompok perlakuan
ceramah yakni RT 04 dusun Nglawisan, dan 1 RT untuk kelompok kontrol yakni
RT 01 dusun Nglawisan.
3. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel
masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20 (Sugiyono, 2007).
Mengacu dari buku tersebut jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 30
sampel pada masing-masing kelompok agar didapatkan distribusi sampel yang
normal. Sampel terdiri atas tiga kelompok dimana terdiri atas kelompok yang
diberi intervensi berupa ceramah 30 sampel, kelompok yang diberi intervensi
berupa leaflet 30 sampel dan satu kelompok tidak diberikan intervensi apapun
yang digunakan sebagai kelompok kontrol dengan 30 sampel jadi total dari
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berkisar ±90 sampel.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa
kuesioner dan intervensi yang digunakan adalah leaflet dan ceramah. Kuesioner
34
digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan memberi seperangkat
pernyataan kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pertanyaan
terbuka) memuat pertanyaan mengenai demografi responden sedangkan bagian
kedua (pertanyaan tertutup) memuat pertanyaan tentang variabel penelitian yaitu
pengetahuan, sikap ,dan tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada
kuesioner ini digunakan skala Likert.
Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup, dengan
diberikan 5 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan
jawaban selalu benar atau selalu salah, maka dalam pembuatan kalimat
pernyataan, harus selalu seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan
pernyataan positif (favorable) (Azwar, 2005).
Untuk pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item
favorable akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan
STS). Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih
rendah daripada respon negatif (Azwar, 2005).
Kuesioner diuji dahulu sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian.
Uji yang dilakukan antara lain uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung
nilai alpha cronbach.
Materi edukasi tentang swamedikasi maag yang digunakan pada intervensi
ceramah. Materi tersebut merupakan materi standar yang digunakan dalam setiap
edukasi (ceramah) yang diberikan.
35
H. Tata Cara Penelitian
1. Perijinan
Perijinan dimulai dengan meminta surat ijin penelitian dari Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma lalu memasukkan proposal penelitian dan
surat ijin penelitian ke bagian perijinan Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya dilakukan perijinan pada Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Bakesbanglinmas Semarang, kemudian dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, dan Penanggulangan Bencana Mungkid Kabupaten Magelang untuk
diteruskan ke Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten
Magelang. Surat dari BPPT ini menjadi surat ijin untuk dibawa ke Kecamatan
Muntilan dan Kelurahan Tamanagung. Untuk perijinan tempat dalam mengadakan
ceramah dan surat undangan untuk warga, dilakukan perijinan ke Kelurahan
Tamanagung kemudian dilanjutkan ke tiap RT di dusun Nglawisan.
2. Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi di dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi dan
penyebaran penduduk yang ada di dusun Nglawisan. Penelusuran data populasi
dilakukan mulai dari kantor kelurahan dan didapatkan data mengenai PKK di
dusun Nglawisan tersebut, jumlah keanggotaan serta persebaran usianya.
3. Pembuatan kuesioner
a. Penyusunan dan pembuatan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri
dari dua bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik demografi responden
yang meliputi : nama, umur, alamat, asal desa. Bagian kedua untuk mengukur
36
pengetahuan, sikap, dan tindakan responden tentang swamedikasi maag. Pada
bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas
variabel terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu perilaku
yang terdiri atas tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pernyataan
dalam kuesioner tersebut disusun dengan skala Likert dalam 5 pilihan SS=sangat
setuju, S=setuju, N=netral, TS=tidak setuju, dan STS=sangat tidak setuju. Pada
kuesioner teradapat tiga variabel yang terdiri atas variabel yang mengukur
pengetahuan, sikap dan tindakan. Sistem penilaian terdiri atas dua yang berbeda
untuk pernyataan favourable dan unfavourable. Untuk pernyataan yang termasuk
dalam favourable untuk jawaban SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1, sedangkan
untuk pernyataan yang termasuk dalam unfavourable untuk jawaban SS=1, S=2,
N=3, TS=4, STS=5.
Pada kuesioner terdapat tiga variabel yang terdiri atas variabel yang
mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan. Berikut ini dapat dilihat tabel yang
menunjukan ketiga variabel tersebut.
Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokannya Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner
Aspek Favourable Unfavourable Pengetahuan 1, 2, 3 4, 5, 6 Sikap 8, 11 7, 9, 10, 12 Tindakan 14, 15, 16 13, 17, 18
b. Uji validitas. Uji validitas dilakukan kepada ibu-ibu dengan usia 20-55 tahun
status sudah menikah di daerah Paingan dan Babarsari Yogyakarta dimana daerah
ini berada di luar dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan karena
responden untuk penelitian ini adalah ibu-ibu di dusun Nglawisan desa
37
Tamanagung Kecamatan Muntilan sehingga uji validitas dilakukan di luar dusun
Nglawisan. Jumlah sampel yang digunakan pada uji validitas penelitian ini adalah
40 orang. Uji validitas pada pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
analisa statistik dengan analisis Pearson Product Momen pada tingkat
kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan.
Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif
dan atau ≥0,312 (Saryono, 2008). Pada uji validitas ini, beberapa butir pernyataan
pada kuesioner yang belum valid dibuang, dan beberapa butir pernyataan lain
yang tidak dapat dibuang, dilakukan perbaikan dan penyusunan ulang kalimatnya
agar menjadi lebih valid.
Dari uji validitas yang telah dilakukan diperoleh 20 butir pernyataan yang
valid dan terdapat tujuh pernyataan yang tidak valid, sehingga ketujuh pernyataan
yang tidak valid tersebut dibuang kemudian saat pretest dan posttest untuk
kelompok kontrol, ceramah dan leaflet pernyataan yang digunakan dalam
kuesioner yakni pernyataan-pernyataan yang valid saja dan yang diambil yakni
berjumlah 18 butir pernyataan.
c. Uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam
kuesioner yang meliputi aspek dalam perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
analisa statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien alpha
cronbach. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha >0,70 (Riwidikdo,
2009). Dari hasil pengukuran diperoleh nilai koefisien alpha cronbach sebesar
38
0,722 hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha diatas 0,70 sehingga kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini dikatakan reliabel.
Dari uji validitas dan reliabilitas diperoleh 18 butir pernyataan yang terdiri
dari 3 butir pernyataan favourable dan 3 butir pernyataan unfavourable yang
mengukur aspek pengetahuan. Pernyataan yang mengukur aspek sikap terdiri atas
2 pernyataan favourable dan 4 butir pernyataan unfavourable. Pernyataan yang
mengukur aspek tindakan terdiri atas 3 pernyataan favourable dan 3 butir
pernyataan unfavourable.
d. Pembuatan leaflet. Dalam penelitian ini menggunakan leaflet sebagai media
edukasi kesehatan tertulis yang dapat membantu dalam pemberian informasi
mengenai swamedikasi maag. Leaflet ini berisi informasi tentang definisi penyakit
maag, gejala penyakit, pilihan obat dan informasi tentang obat antasida. Informasi
yang tertulis pada leaflet didapatkan dari berbagai sumber antara lain buku dan
internet. Setelah penyusunan materi, tahap berikutnya membuat desain leaflet
semenarik mungkin kemudian mencetaknya. Pencetakan dilakukan sebanyak ±35
leaflet untuk dibagikan kepada sampel kelompok leaflet.
e. Penentuan kelompok perlakuan dan pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari tiap RT
yang dipilih.
1) Penentuan kelompok perlakuan menggunakan cara randomisasi
Penentuan RT yang akan digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan
cara rondomisasi. RT yang diberi intervensi ceramah, intervensi berupa leaflet
serta kecamatan sebagai kelompok kontrol ditetapkan dengan cara random (acak)
39
dengan menggunakan sistem undian. Sehingga didapat RT 01 untuk kelompok
kontrol, RT 02 untuk kelompok leaflet, dan RT 04 untuk kelompok ceramah
2) Pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari setiap RT yang dipilih
Penelitian ini ditujukan pada ibu-ibu PKK sudah menikah dengan usia
produktif di dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan. Responden
penelitian ditentukan menggunakan teknik sampling non-random yaitu purposive
sampling. Dari setiap RT pada kelompok perlakuan ditunjuk 30 orang dengan usia
produktif (20-55 tahun) dan berstatus sudah menikah yang bersedia mengikuti
edukasi ceramah atau mau membaca leaflet yang diberikan, serta mau mengisi
kuesioner. Sedangkan untuk kelompok kontrol diminta 30 orang dengan usia
produktif untuk mengisi kuesioner tersebut. Penentuan responden ditentukan oleh
peneliti.
f. Pelaksanaan intervensi.
1) Penyebaran undangan
Peneliti membagikan undangan kepada warga di tiga RT dusun Nglawisan
desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yaitu RT 04, RT 02, dan RT 01 untuk
menghadiri acara ceramah, leaflet dan kelompok tanpa intervensi yang diadakan
oleh peneliti.
2) Pelaksanaan ceramah dan leaflet
Intervensi kepada kelompok ceramah dan leaflet dilakukan secara terpisah.
Intervensi untuk kelompok ceramah dilakukan di rumah ketua RT 04, yang
dimulai dengan pembagian pretest, dilanjutkan dengan intervensi yaitu pemberian
edukasi berupa ceramah yang disampaikan oleh dosen Fakultas Farmasi yakni Ibu
40
Maria Wisnu Donowati,M.Si., Apt. dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Pada
kelompok leaflet, pelaksanaan intervensi dilakukan di rumah Ketua RT 02 dusun
Nglawisan. Sebelum diberikan leaflet, dilakukan pretest terlebih dahulu. Setelah
satu bulan diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku
setelah diberikan leaflet. Untuk kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi
apapun pengisian kuesioner pretest dan posttest dilakukan di rumah ketua RT 01.
g. Pengambilan data. Pretest pada kelompok intervensi dilakukan sebelum
responden menerima intervensi baik berupa ceramah maupun leaflet dan posttest
diberikan kepada responden setelah satu bulan menerima intervensi. Untuk
kelompok kontrol pengisian pretest dan posttest dilakukan di rumah ketua RT 01.
Posttest satu bulan setelah intervensi dilakukan untuk melihat peningkatan
perilaku satu bulan intervensi. Pengambilan data dilakukan sejak bulan September
hingga November 2010.
I. Pengolahan Data
1. Manajemen data
Proses manajemen data meliputi :
a. Editing
Editing dilakukan dengan memeriksa kuesioner hasil penelitian apakah
sudah lengkap jawabannya dan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria
inklusi sampel yang kemudian digunakan untuk pengolahan data selanjutnya dan
responden yang harus dieksklusi.
41
Kuesioner yang disebarkan untuk ketiga kelompok yakni kelompok
ceramah, leaflet dan kontrol masing-masing sebesar 30 kuesioner dan seluruh
kuesioner dapat terisikan seluruhnya serta dapat digunakan untuk analisis data.
b. Processing
Proses ini dilakukan dengan mengelompokkan item pernyataan pada
kuesioner berdasarkan variabel perilaku yang akan diteliti yaitu variabel
pengetahuan, sikap dan tindakan, kemudian menjumlahkan skor dari item
pertanyaan tiap variabel. Selanjutnya dilakukan pemindahan data dari kuesioner
ke perangkat lunak.
c. Cleaning
Proses cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali data yang sudah
dimasukkan ke perangkat lunak apakah sudah benar atau belum.
2. Analisis data
Analisis data meliputi :
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan analisa statistik dengan bantuan
komputer. Pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah
sampel yang digunakan kurang dari 50. Uji ini dilakukan dengan memasukkan
data pretest dan posttest pada kelompok perlakuan setelah intervensi satu bulan,
data nilai kuesioner antara pretest dan posttest setelah satu bulan untuk analisa
statistik pada kelompok perlakuan dibanding kontrol dilakukan pada tiap variabel
(pengetahuan, sikap, tindakan). Apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka
data berdistribusi normal (Dahlan, 2009).
42
b. Uji Chi-Square
Uji Chi-square untuk mengetahui perbedaan karakteristik umur antara
kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna.
Langkah awal untuk uji ini dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata umur
responden untuk kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kemudian
dilanjutkan dengan memasukkan nilai rata-rata umur tersebut antara kelompok
kontrol dan perlakuan baik kelompok leaflet maupun kelompok ceramah lalu
dianalisis dengan uji Chi-square. Apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 berarti
terdapat perbedaan umur yang tidak bermakna antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan.
c. Uji Paired T-Test dan Wilcoxon Test
Uji Paired T-Test dilakukan jika dua data yang dibandingkan terdistribusi
normal, apabila data yang diperoleh tidak terdistribusi normal, dilakukan uji
dengan menggunakan Wilcoxon Test. Uji Paired T-Test dan Wilcoxon Test
dilakukan untuk melihat perbedaan hasil antara pretest dan posttest dalam satu
kelompok memberikan perbedaan yang bermakna atau tidak yang menunjukkan
adanya perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku. Uji ini dilakukan dengan cara
memasukkan nilai pretest dan posttest dalam satu kelompok yang akan
dibandingkan, sehingga didapatkan suatu nilai signifikansi (p). Apabila nilai p
>0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku yang tidak signifikan
antara pretest dan posttest. Sedangkan jika p <0,05 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan perilaku yang signifikan antara pretest dan posttest.
43
d. Uji Independent T-test dan Mann Whitney U-Test
Uji ini dilakukan untuk menguji signifikasi kelompok perlakuan (ceramah
dan pemberian leaflet) dibandingkan dengan kontrol untuk mengetahui ada-
tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol-perlakuan untuk
setiap variabel. Uji ini dilakukan jika dua data yang dibandingkan terdistribusi
normal untuk membandingkan dua level dari suatu variabel independent diskrit
untuk mengetahui apakah dua sampel sama atau berbeda secara signifikan, atau
Mann Whitney U-Test jika minimal salah satu dari data yang dibandingkan
terdistribusi tidak normal.
Uji ini dilakukan dengan memasukkan nilai selisih pretest-posttest antar
kelompok yang akan dibandingkan yakni antara kelompok kontrol dan kelompok
leaflet; kelompok kontrol dan kelompok ceramah; dan yang terahkir kelompok
leaflet dan kelompok ceramah. Apabila didapat nilai p >0,05 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan perilaku yang tidak signifikan antara kedua kelompok yang
dibandingkan. Sedangkan jika p <0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
perilaku yang signifikan antara kedua kelompok yang dibandingkan.
J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian
1. Waktu penelitian harus mundur dari yang seharusnya karena harus
mencocokkan waktu antara peneliti dengan ibu-ibu PKK, dan jadwal kegiatan
PKK.
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk mengurus perijinan penelitian karena
harus mengurus sampai tingkat ibukota propinsi Jawa Tengah yakni Semarang,
44
lalu mengurus ke tingkat kabupaten yang akan diadakan penelitian dilanjutkan ke
kecamatan lalu terahkir ke kelurahan dan dusun yang dituju dan pengurusan surat
ijin ini membuat waktu penelitian harus mundur dari seharusnya.
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan pada
pendahuluan, maka pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian
besar yaitu pemaparan tentang efektivitas metode leaflet terhadap perubahan
perilaku swamedikasi pada ibu-ibu PKK (kajian pengobatan maag), efektivitas
metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi pada ibu-ibu PKK
(kajian pengobatan maag), dan metode mana yang paling efektif terhadap
perubahan perilaku swamedikasi pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian
pengobatan maag).
Pada penelitian ini responden yang digunakan untuk kelompok eksperimen
yakni ibu-ibu PKK dusun Nglawisan yang memiliki karakteristik yang sama
yakni masih berusia produktif (20-55 tahun), status sudah menikah dan bersedia
untuk mengisi kuesioner baik pretest maupun posttest sehingga diharapkan
adanya perubahan perilaku yang bermakna setelah dilakukannya intervensi.
Berdasarkan uji statistik Chi-square terhadap perbedaan umur pada
kelompok kontrol dan perlakuan baik leaflet maupun ceramah diperoleh nilai p =
0,199. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan umur yang tidak
bermakna secara statistik antara kelompok kontrol, kelompok leaflet maupun
kelompok ceramah yang berarti bahwa kelompok kontrol dan perlakuan baik
leaflet maupun ceramah memiliki pembagian umur yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna dalam karakteristik
45
46
umur antara kelompok kontrol dan perlakuan sehingga apabila terjadi perubahan
perilaku yang meliputi variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan
akibat dari intervensi yang diberikan, bukan merupakan akibat dari karakteristik
umur pada responden.
A. Efektivitas Metode Leaflet terhadap Perubahan Perilaku
Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan Maag)
Selisih nilai rerata antara pretest dengan posttest pada setiap variabel
perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan dari setiap kelompok
dibandingkan untuk mengetahui apakah pemberian edukasi berupa leaflet
memberikan pengaruh terhadap perilaku responden. Analisis statistik yang dapat
digunakan untuk melihat adanya pengaruh edukasi metode leaflet pada penelitian
ini yang dilihat dari nilai signifikansinya, yaitu dengan menggunakan uji beda
Paired T-test atau Wilcoxon untuk nilai pretest dan nilai posttest pada setiap
variabel yang diteliti. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 95%. Apabila nilai signifikansi mempunyai nilai p >0,05 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan perilaku yang tidak signifikan atau bermakna antara
pretest dengan posttest. Jika nilai signifikansi (p) <0,05 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara pretest dengan posttest.
Hasil perhitungan statistik untuk uji signifikasi dan selisih nilai rerata
antara pretest dan posttest ditunjukkan dengan tabel II.
47
Tabel II. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Leaflet Kelompok Variabel Pretest Posttest Selisih
Rerata p
Kontrol Pengetahuan 18,40 18,53 (+0,13) 0,403* Sikap 21,57 21,60 (+0,03) 0,662*
Tindakan 23,17 23,40 (+0,23) 0,165* Leaflet Pengetahuan 18,73 21,73 (+3,00) 0,000*
Sikap 20,57 22,07 (+1,50) 0,018* Tindakan 20,70 23,63 (+2,93) 0,004**
Keterangan: * Menggunakan uji Paired T-Test ** Menggunakan uji Wilcoxon Berdasarkan tabel II, nilai signifikansi kelompok kontrol untuk variabel
pengetahuan sebesar 0,403; variabel sikap 0,662; dan variabel tindakan 0,165 hal
ini berarti terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang tidak
signifikan antara pretest dan posttest.
Pada kelompok leaflet nilai signifikansi untuk variabel pengetahuan
sebesar 0,000; variabel sikap 0,018; dan variabel tindakan 0,004 yang berarti
terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang signifikan antara
pretest dan posttest.
Dari hasil perhitungan statistik untuk signifikansi (tabel II) menunjukkan
bahwa terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang signifikan setelah
pemberian leaflet. Sedangkan pada kelompok kontrol terjadi perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakan yang tidak signifikan.
Adanya perubahan perilaku responden pada setiap kelompok dapat berupa
perubahan peningkatan atau penurunan perilaku, yang dapat diketahui dari nilai
selisih rerata antara pretest dengan posttest. Selisih rerata pretest dan posttest
yang bernilai positif menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada responden
48
berupa peningkatan perilaku, sedangkan selisih rerata pretest dan posttest yang
bernilai negatif menunjukkan perubahan berupa penurunan perilaku. Perubahan
yang diharapkan pada penelitian ini adalah peningkatan perilaku yang ditunjukkan
dengan nilai selisih rerata pretest dan posttest yang positif, perubahan nilai
tersebut menunjukkan bahwa intervensi leaflet yang dilakukan memberikan
pengaruh berupa peningkatan pada perilaku responden yang diukur melalui
perbedaan selisih nilai rerata.
Dari hasil selisih nilai rerata pretest dan posttest untuk kelompok kontrol
diperoleh hasil variabel pengetahuan sebesar (+0,13); variabel sikap (+0,03); dan
variabel tindakan (+0,23) hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan,
sikap, dan tindakan yang secara statistik tidak bermakna. Adanya peningkatan
pada pengetahuan, sikap, dan tindakan pada kelompok kontrol ini kemungkinan
disebabkan oleh banyaknya informasi mengenai swamedikasi maag yang saat ini
mudah untuk didapatkan contohnya dari televisi, radio, internet maupun koran.
Untuk responden yang mendapatkan intervensi leaflet selisih nilai rerata
pretest dan posttest untuk variabel pengetahuan yakni (+3,00); variabel sikap
(+1,50); dan variabel tindakan (+2,93), berarti terjadi peningkatan pengetahuan,
sikap, dan tindakan setelah pemberian edukasi leaflet yang secara statistik
bermakna. Hal ini dapat terjadi karena leaflet merupakan alat edukasi tertulis yang
dibuat semenarik mungkin sehingga responden memiliki antusias yang besar
untuk membaca, memahami, dan menerapkan isi leaflet tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, kemudian jika responden lupa akan isi dari leaflet tersebut mereka
49
dapat membacanya kembali sehingga edukasi yang mereka dapat tidak hilang dan
dapat mereka terapkan dalam kehidupannya.
Gambar 3. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan Leaflet
Dari gambar 3, terlihat pada kelompok yang diberi intervensi leaflet
mengalami peningkatan perilaku baik untuk variabel pengetahuan, sikap, dan
tindakan yang secara statistik bermakna.
Untuk mengetahui efektifitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku
swamedikasi ibu-ibu PKK, dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi
selisih posttest dan pretest antara kelompok kontrol dan kelompok leaflet. Nilai
signifikansi diperoleh dari uji Mann-Whitney atau Independent T-test.
Apabila nilai signifikansi yang diperoleh pada analisa data mempunyai
nilai signifikansi (p) >0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada variabel
perilaku yang tidak signifikan antara kelompok kontrol dan leaflet. Jika nilai
signifikansi (p) <0,05 maka menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada variabel
perilaku yang signifikan antara kelompok kontrol dan leaflet.
50
Hasil perhitungan statistik untuk pengukuran signifikasi nilai selisih
posttest-pretest kelompok kontrol dan leaflet ditunjukkan pada tabel III.
Tabel III. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok Kontrol dan Leaflet
Kelompok Variabel p Posttest-Pretest Kontrol-Leaflet Pengetahuan 0,000
Sikap 0,002 Tindakan 0,022
Keterangan : Menggunakan uji Mann-Whitney Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
selisih antara posttest dan pretest antara kelompok kontrol dibandingkan dengan
kelompok leaflet untuk variabel pengetahuan 0,000; variabel sikap 0,002; dan
variabel tindakan 0,022 dimana ketiga variabel memiliki nilai signifikansi <0,05,
artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan, sikap, dan
tindakan antara kelompok kontrol dengan kelompok leaflet. Perubahan perilaku
ini merupakan pengaruh adanya intervensi yang diberikan yakni leaflet, jadi
pengetahuan, sikap, dan tindakan kelompok yang diberi intervensi leaflet lebih
meningkat secara signifikan daripada kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Mann-Whitney,
hasil selisih posttest dan pretest pengukuran peningkatan pengetahuan, sikap, dan
tindakan antara kelompok kontrol dengan kelompok leaflet menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi leaflet
memberikan perbedaan perilaku yang signifikan pada responden. Dengan
demikian pemberian edukasi leaflet efektif untuk mempengaruhi perubahan
perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK dusun Nglawisan kajian pengobatan maag
51
dengan memberikan manfaat dimana terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan
tindakan yang secara statistik bermakna atau signifikan.
B. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Perubahan
Perilaku Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan Maag)
Selisih nilai rerata antara pretest dengan posttest pada setiap variabel
perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan dari setiap kelompok
dibandingkan untuk mengetahui apakah pemberian edukasi berupa ceramah
memberikan pengaruh terhadap perilaku responden. Analisis statistik yang
digunakan untuk melihat adanya pengaruh edukasi metode ceramah pada
penelitian ini yang dilihat dari nilai signifikansinya, yaitu dengan menggunakan
uji beda Paired T-test atau Wilcoxon untuk nilai pretest dan nilai posttest pada
setiap variabel yang diteliti. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%.
Langkah awal yang dilakukan untuk analisis statistik ini adalah pengujian
normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Hasil perhitungan statistik untuk uji signifikasi dan selisih nilai rerata
antara pretest dan posttest ditunjukkan dengan tabel IV.
Tabel IV. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Ceramah Kelompok Variabel Pretest Posttest Selisih
Rerata p
Kontrol Pengetahuan 18,40 18,53 (+0,13) 0,403* Sikap 21,57 21,60 (+0,03) 0,662*
Tindakan 23,17 23,40 (+0,23) 0,165* Ceramah Pengetahuan 18,70 21,70 (+3,00) 0,000**
Sikap 22,00 22,87 (+0,87) 0,091** Tindakan 26,10 25,57 (-0,53) 0,473**
Keterangan:
52
* Menggunakan uji Paired T-Test ** Menggunakan uji Wilcoxon Berdasarkan tabel IV, nilai signifikansi kelompok kontrol untuk variabel
pengetahuan sebesar 0,403; variabel sikap 0,662; dan variabel tindakan 0,165 hal
ini berarti terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang tidak
signifikan antara pretest dan posttest.
Pada kelompok ceramah nilai signifikansi untuk variabel pengetahuan
sebesar 0,000 hal ini berarti terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan
antara pretest dan posttest. Sedangkan nilai signifikansi untuk variabel sikap
0,091 dan variabel tindakan 0,473, berarti terdapat perbedaan sikap dan tindakan
yang tidak signifikan antara pretest dan posttest.
Dari hasil perhitungan statistik untuk signifikansi (tabel IV) menunjukkan
bahwa pada kelompok intervensi ceramah terjadi perubahan pengetahuan yang
signifikan setelah pemberian ceramah, namun untuk variabel sikap dan tindakan
terjadi perubahan sikap dan tindakan yang tidak signifikan setelah pemberian
ceramah. Sedangkan pada kelompok kontrol terjadi perubahan pengetahuan,
sikap, dan tindakan yang tidak signifikan.
Adanya perubahan perilaku responden pada setiap kelompok dapat berupa
perubahan peningkatan atau penurunan perilaku, yang dapat diketahui dari nilai
selisih rerata antara pretest dengan posttest. Dari hasil selisih nilai rerata pretest
dan posttest untuk kelompok kontrol diperoleh hasil variabel pengetahuan sebesar
(+0,13); variabel sikap (+0,03); dan variabel tindakan (+0,23) hal ini
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang secara
statistik tidak bermakna. Adanya peningkatan pada pengetahuan, sikap, dan
53
tindakan pada kelompok kontrol ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya
informasi mengenai swamedikasi maag yang saat ini mudah untuk didapatkan
contohnya dari televisi, radio, internet maupun koran.
Sedangkan responden yang mendapatkan intervensi ceramah selisih nilai
rerata pretest dan posttest untuk variabel pengetahuan yakni (+3,00), berarti
terjadi peningkatan pengetahuan setelah pemberian edukasi ceramah yang secara
statistik bermakna, kemudian untuk variabel sikap yakni (+0,87), berarti terjadi
peningkatan sikap setelah pemberian edukasi ceramah namun secara statistik tidak
bermakna. Selanjutnya pada variabel tindakan terlihat nilai rerata pretest cukup
tinggi yakni 26,10 namun setelah pemberian ceramah nilai rerata posttest jadi
menurun yakni 25,57 sehingga selisih nilai rerata pretest dan posttest untuk
variabel tindakan bernilai negatif yakni (-0,53), berarti ada penurunan tindakan
namun secara statistik tidak bermakna. Hal ini terjadi karena untuk nilai pretest
saja sudah tinggi sehingga perubahan tindakan yang terjadi setelah pemberian
ceramah menjadi tidak bermakna secara statistik, nilai pretest yang tinggi untuk
variabel tindakan ini kemungkinan disebabkan karena ibu-ibu PKK pada
kelompok ceramah terlebih dahulu sudah mendapatkan informasi-informasi
tentang pengobatan maag sehingga tindakan mereka dalam pengobatan maag
sudah benar dan menyebabkan nilai pretest variabel tindakan tinggi. Sedangkan
nilai posttest berbeda tidak bermakna dengan nilai pretest-nya walau sudah
diberikan edukasi, hal ini karena dari awal ibu-ibu PKK pada kelompok ini sudah
melakukan tindakan pengobatan yang benar maka setelah edukasipun variabel
tindakan untuk pengobatan maag mengalami perbedaan namun tidak bermakna
54
secara statistik. Sehingga perubahan tindakan yang terjadi antara pretest dan
posttest berbeda tidak bermakna.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa edukasi ceramah yang diberikan
cukup menarik, dan dapat dipahami sehingga memberikan manfaat dimana terjadi
peningkatan pengetahuan yang signifikan, namun adanya peningkatan sikap dan
penurunan tindakan yang tidak signifikan menunjukkan bahwa responden mampu
menerima pengetahuan yang didapatkannya namun kurang dapat menerapkan
dalam sikap dan tindakan sehari-hari.
Gambar 4. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan Ceramah
Dari gambar 4 di atas, terlihat pada kelompok yang diberi intervensi
ceramah mengalami peningkatan pengetahuan yang bermakna secara statistik,
untuk variabel sikap juga mengalami peningkatan sedangkan variabel tindakan
menunjukkan adanya penurunan namun perubahan pada kedua variabel tersebut
tidak bermakna secara statistik, hal ini menunjukkan responden mampu menerima
pengetahuan yang didapatkannya namun tidak semua informasi dapat mereka
55
ingat serta responden kurang dapat menerapkan dalam sikap dan tindakannya
sehari-hari. Selain itu kondisi pada saat ceramah diberikan kurang kondusif
sehingga responden kurang konsentrasi pada saat intervensi ceramah diberikan.
Untuk mengetahui efektifitas metode ceramah terhadap perubahan
perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK, dilakukan dengan membandingkan nilai
signifikansi selisih posttest dan pretest antara kelompok kontrol dan kelompok
ceramah. Nilai signifikansi diperoleh dari uji Mann-Whitney atau Independent T-
test.
Hasil perhitungan statistik untuk pengukuran signifikasi nilai selisih
posttest-pretest kelompok kontrol dan ceramah ditunjukkan pada tabel V.
Tabel V. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok Kontrol dan Ceramah
Kelompok Variabel p Posttest-Pretest Kontrol-Ceramah Pengetahuan 0,000
Sikap 0,173Tindakan 0,043
Keterangan : Menggunakan uji Mann-Whitney
Berdasarkan dari data yang diperoleh dapat diketahui nilai signifikansi
selisih antara posttest dan pretest antara kelompok kontrol dibandingkan dengan
kelompok ceramah untuk variabel pengetahuan 0,000 dan variabel tindakan 0,043
dimana kedua variabel memiliki nilai signifikansi <0,05, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan tindakan antara
kelompok kontrol dengan kelompok ceramah perubahan ini merupakan pengaruh
adanya intervensi yang diberikan yakni ceramah, jadi pengetahuan dan tindakan
kelompok yang diberi intervensi ceramah lebih meningkat secara signifikan
56
daripada kelompok kontrol. Namun untuk variabel sikap nilai signifikansinya
0,173 yakni >0,05, artinya terdapat perbedaan peningkatan variabel sikap yang
tidak signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok ceramah.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Mann-Whitney,
hasil selisih posttest dan pretest pengukuran peningkatan pengetahuan dan
tindakan antara kelompok kontrol dengan kelompok ceramah menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Namun untuk variabel sikap menunjukkan adanya
perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok
ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi ceramah memberikan
perbedaan pengetahuan dan tindakan yang signifikan pada responden. Namun
untuk variabel sikap memberikan perbedaan yang tidak signifikan pada
responden. Dengan demikian intervensi ceramah efektif untuk mempengaruhi
perubahan pengetahuan dan tindakan swamedikasi ibu-ibu PKK dusun Nglawisan
kajian pengobatan maag, namun kurang efektif untuk mempengaruhi perubahan
sikap.
C. Metode yang Paling Efektif terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi
pada Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan (Kajian Pengobatan Maag)
Penelitian ini menggunakan dua kelompok eksperimen yang diberikan
intervensi berupa ceramah dan leaflet, serta satu kelompok kontrol yang tidak
diberi perlakuan apapun. Untuk mengetahui metode yang paling efektif terhadap
perubahan perilaku swamedikasi pada ibu-ibu PKK dapat diketahui dengan cara
membandingkan nilai signifikansi selisih posttest dengan pretest untuk tiap
57
variabel. Nilai signifikansi diperoleh dari uji Mann-Whitney atau Independent T-
test antara kelompok leaflet dengan kelompok ceramah. Data yang berupa hasil
jawaban kuesioner pretest dan posttest diuji normalitasnya untuk menentukan
analisis selanjutnya.
Hasil perhitungan statistik untuk pengukuran signifikasi nilai selisih
posttes -pretest kelompok leaflet dan ceramah ditunjukkan pada tabel VI.
Tabel VI. Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang Swamedikasi (Kajian Pengobatan Maag) terhadap Perubahan Perilaku
Kelompok Variabel p Posttest-Pretest Leaflet-Ceramah Pengetahuan 1,000*
Sikap 0,410* Tindakan 0,001**
Keterangan : * Menggunakan uji Independent T-Test ** Menggunakan uji Mann-Whitney Berdasarkan dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi selisih antara posttest dan pretest antara kelompok intervensi leaflet
dibandingkan dengan kelompok intervensi ceramah untuk variabel pengetahuan
1,000 dan variabel sikap 0,410 dimana kedua variabel memiliki nilai signifikansi
>0,05, artinya terdapat perbedaan peningkatan yang tidak signifikan pada variabel
pengetahuan dan sikap antara kelompok intervensi leaflet dengan kelompok
intervensi ceramah. Sedangkan untuk variabel tindakan nilai signifikansinya 0,001
yakni <0,05, artinya terdapat perbedaan peningkatan variabel tindakan yang
signifikan antara kelompok intervensi leaflet dengan kelompok intervensi
ceramah.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan baik dengan uji Independent
T test ataupun uji Mann-Whitney, hasil selisih posttest dan pretest pengukuran
58
peningkatan pengetahuan dan sikap antara kelompok leaflet dengan kelompok
ceramah menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara responden
yang diberi intervensi leaflet dengan responden yang diberi intervensi ceramah.
Namun untuk variabel tindakan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok leaflet dengan kelompok ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian edukasi ceramah maupun leaflet memberikan perbedaan dalam hal
tindakan yang signifikan pada responden. Namun untuk variabel pengetahuan dan
sikap memberikan perbedaan yang tidak signifikan pada responden.
Dapat disimpulkan bahwa metode leaflet tidak lebih efektif dibandingkan
dengan metode ceramah terhadap perubahan pengetahuan dan sikap mengenai
swamedikasi kajian pengobatan maag. Namun untuk perubahan tindakan
menunjukkan bahwa metode leaflet lebih efektif daripada metode ceramah, karena
secara statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tindakan yang
diberi intervensi leaflet dan ceramah. Kemudian dari gambar 5 terlihat bahwa nilai
selisih rerata posttest dan prestest untuk kelompok leaflet variabel tindakan
(+2,93) yang signifikan secara statistik dan pada kelompok ceramah variabel
tindakan (-0,53) yang tidak signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa
variabel tindakan pada metode leaflet mengalami peningkatan yang signifikan
antara pretest dan posttest, sedangkan pada metode ceramah variabel tindakan
mengalami peningkatan yang tidak signifikan antara pretest dan posttest.
59
Gambar 5. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Leaflet dan
Ceramah
Menurut Notoatmodjo (1993), proses edukasi dengan tulisan (leaflet)
mempunyai efektifitas yang lebih tinggi untuk mempresepsi bahan
edukasi/pengajaran daripada penyampaian edukasi yang hanya dengan kata-kata
seperti ceramah. Hal ini juga didukung dari penelitian para ahli bahwa indera yang
paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih
75% - 87% dari pengetahuan manusia diperoleh dari melalui mata. Sedangkan
13% - 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa edukasi dengan tulisan (leaflet) lebih efektif dan mempermudah cara
penyampaian serta penerimaan informasi/edukasi daripada edukasi yang hanya
dengan kata-kata (ceramah), maka edukasi dengan tulisan lebih efektif untuk
perubahan perilaku seseorang daripada edukasi dengan kata-kata. Sehingga hasil
penelitian ini sesuai dengan teori tersebut karena berdasarkan uji statistik
menunjukkan bahwa metode leaflet lebih efektif daripada metode ceramah untuk
60
perubahan tindakan. Namun untuk perubahan pengetahuan dan sikap metode
leaflet tidak lebih efektif daripada metode ceramah hal ini kemungkinan
disebabkan karena kedua metode edukasi yang diberikan pada responden sama-
sama mampu diterima dan dipahami oleh responden, serta mampu memberikan
pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk melakukan tindakan
swamedikasi maag secara aman dan rasional. Sehingga untuk perubahan
pengetahuan dan sikap antara kelompok leaflet dan ceramah berbeda tidak
bermakna; kemungkinan kedua responden pada kelompok ceramah dari awal
sebelum diberikannya edukasi sudah memiliki pengetahuan dan sikap dalam
melakukan swamedikasi maag dengan benar yang bisa mereka dapatkan dari
media cetak maupun media elektronik sehingga metode leaflet tidak bisa lebih
efektif daripada metode ceramah karena perubahan pengetahuan dan sikap antara
metode leaflet dan ceramah secara statistik tidak bermakna.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemberian edukasi kesehatan berupa leaflet efektif untuk mempengaruhi
perubahan perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK dusun Nglawisan kajian
pengobatan maag.
2. Pemberian edukasi kesehatan berupa ceramah efektif untuk mempengaruhi
perubahan pengetahuan dan tindakan swamedikasi ibu-ibu PKK dusun Nglawisan
kajian pengobatan maag namun kurang efektif untuk mempengaruhi perubahan
sikap swamedikasi ibu-ibu PKK.
3. Metode leaflet tidak lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah untuk
perubahan pengetahuan dan sikap mengenai swamedikasi kajian pengobatan
maag. Namun untuk perubahan tindakan menunjukkan bahwa metode leaflet lebih
efektif daripada metode ceramah.
B. Saran
1. Penelitian yang serupa dapat dilakukan dengan menambahkan satu kelompok
perlakuan lagi yakni kelompok yang diberi edukasi kesehatan dengan ceramah
kemudian disertai dengan pemberian leaflet, sehingga dapat diketahui
keefektifannya dibanding dengan kelompok perlakuan yang hanya diberi edukasi
berupa leaflet saja atau ceramah saja, selain itu juga perlu dibandingkan dengan
61
62
karakteristik responden seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis
pekerjaannya.
2. Situasi dan kondisi saat pemberian edukasi baik leaflet maupun ceramah dibuat
semaksimal mungkin agar diperoleh hasil yang maksimal setelah pemberian
edukasi. Penerangan pada tempat yang akan digunakan untuk pemberian edukasi
dan pengisian pretest maupun posttest harus cukup terang, besar ruangan harus
disesuaikan antara luas dengan jumlah respondennya agar tidak terlalu sempit
ataupun terlalu lebar.
3. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan jangka waktu antara pretest dengan
posttest lebih lama yakni dua atau tiga bulan sehingga jangka waktu pengamatan
pun menjadi lebih panjang agar didapatkan gambaran perubahan perilaku yang
akan terjadi pada responden bila waktu antara pretest dan posttest lebih lama.
4. Setelah penelitian selesai dilaksanakan sebaiknya diadakan program
pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan tentunya di bidang farmasi sesuai
dengan kajian penelitian yang dilakukan contohnya menciptakan kader-kader di
tempat penelitian tersebut untuk diberikan pengarahan tentang cara mendesain
sebuah leaflet yang baik dan selanjutnya dapat digunakan untuk promosi
kesehatan maupun pemberian edukasi kesehatan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arifa, A.D., 2008, Uji Efek Antiulcer Infusa Umbi Talas (Calocasia esculentum Schott) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, http://etd.eprints.ums.ac.id/3374/1/K100040224.pdf, diakses tanggal 30 Maret 2010.
Azwar, S., 2005, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, pp. 3-10, 20-39, 139-145. Badan POM RI, 2008, IONI Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan
POM RI, Jakarta, pp.35-39. Binfar Depkes, 2008, Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat
dengan Metode CBIA, http://www.ikatanapotekerindonesia.net/berita-farmasi/22-berita-farmasi/593-peningkatan-pengetahuan-dan-keterampilan-memilih-obat-dengan-metode-cbia.html.pdf, diakses tanggal 30 Maret 2010.
Covington, T.R., 2000, Self Care and Non Prescription Pharmacotherapy, in
Allen, L.V., Berardi, R.R., Desimone, E.M., Engle, J.P., Popovich, N.G., Rosenthal, W.N., Tietze, K.J., (Eds), Handbook of Non Prescription Drugs, edisi 12, AphA, Washington D.C, pp. 4-10.
Dahlan, S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 4, Salemba
Medika, Jakarta, pp. 45-50, 60, 66,70. Depkes, 1983, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.2380/A/SK/VI/1983 Tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.917/MENKES/PER/X/1993 Tentang Wajib Daftar Obat Jadi, Pasal 1 ayat 1-3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,
http://www.binfar.depkes.go.id/data/files/1203426275_PEDOMAN%20OBAT%20BEBAS%20DAN%20BEBAS%20TERBATAS.pdf, diakses tanggal 30 Maret 2010.
Dharmmesta, B.S., dan Handoko, H., 2000, Manajemen Pemasaran Analisis
Perilaku Konsumen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta, pp. 25-54. Donatus, I.A., 1997, Kajian Terhadap Kerasionalan Produk Obat Salesma yang
Beredar di Pasaran, Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pp. 1-3.
64
Holt, G.A. and Hall, E.L., 1990, “The Pros and Cons of Self-medication”,
Journal of Pharmacy Technology, September/Oktober: 213-218. Irma, 2008, Mengobati Sakit Maag Di Rumah, http://irma.web.ugm.ac.id/wp-
content/medica1.pdf, diakses tanggal 30 Maret 2010. Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Golman, M.P., Lance, L.L., 2003, Drug Information
Handbook, 11th ed, AphA, Canada, pp.68-69. Lazarus, V., Tsechkovski, M., and Tarakova, I., 2002, Health Action in the North
Caucasus, Russia Office of the Director General in the Russian Federation 28, http://www.euro.who.int/emergencies, diakses tanggal 25 Maret 2010.
Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 40-47, 55-99. Prabaningrum, N., 2009, Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi
(Common Cold) pada Kader-Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pratiknya, A.W., 2003, Dasar–Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, pp. 20. Pribadi, E. T., 2010, Media Promosi Kesehatan Gagasan Baru Media Promosi
Kesehatan, http://www.scribd.com/doc/19502605/Red-Camarade-Gagasan-Media-Promosi-Kesehatan, diakses tanggal 9 Desember 2010.
Price, S. A., dan Wilson, L. M., 1984, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 264-269. Riwidikdo, H., 2009, Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi
Program R dan SPSS, Pustaka Rihama, Yogyakarta, pp. 148-149, 153-155. Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp. 54-78. Saryono, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula,
Mitra Cendekia Press, Yogyakarta, pp. 123. Soebroto, J.B., Ghozali, A., Yuliati, E., 2001, Rancang Bangun Alat Pembuat
Model Peraga Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Untuk Meningkatkan Jangkauan/Kuantitas dan Efektivitas Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara di Masyarakat, Jurnal Asosiasi Politeknik Indonesia, Vol II, No. 3.
65
Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, pp. 74. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., Kusnandar,
2008, ISO Farmakoterapi, ISFI, Jakarta, pp.434-436. Supardi, S dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala,
Demam, Batuk, dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa barat, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.III, Agustus 2005, pp. 134-144.
WHO, 1998, The Role of the Pharmacist in Self-Care and Self-Medication,
http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/whozip32e/whozip32e.pdf, diakses tanggal 25 Maret 2010.
Widiastuti, V.S., 2009, Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi
(Common Cold) pada Ibu-Ibu Non Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wikidict, 2010, Lambung,
http://www.wikidict.de/en/toplist/id/Lambung?tab=pics, diakses tanggal 25 Maret 2010.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner pretest dan posttest yang digunakan untuk penelitian 1. Nama : 2. Umur : …………tahun Berilah tanda silang ( X ) untuk jawaban dari pernyataan yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Keterangan SS : sangat setuju S : setuju N : netral TS : tidak setuju STS : sangat tidak setuju No Pernyataan Jawaban
Bagian Pengetahuan 1 Pengobatan sendiri adalah pemilihan
dan pengobatan dengan obat (obat bebas dan obat bebas terbatas), atau obat tradisional untuk mengatasi penyakit ringan tanpa bantuan tenaga medis.
SS S N TS STS
2 a. Diare dapat diobati sendiri dengan minum obat atau obat tradisional
SS S N TS STS
b. Maag dapat diobati sendiri dengan minum obat atau obat tradisional
SS S N TS STS
c. Susah buang air besar dapat diobati sendiri dengan minum obat atau obat tradisional
SS S N TS STS
3 a. Gejala dari diare adalah feses cair, frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari, dan nyeri perut.
SS S N TS STS
b. Gejala dari maag adalah mual kadang disertai muntah, perut kembung, rasa nyeri atau pedih serta rasa panas pada ulu hati dan dada meskipun baru saja selesai makan
SS S N TS STS
c. Gejala dari susah buang air besar adalah pengeluaran feses yang padat dan frekuensinya kurang dari biasanya
SS S N TS STS
4 a. Saya tidak mengerti kandungan zat aktif apa saja yang dapat menyembuhkan diare.
SS S N TS STS
b. Saya tidak mengerti kandungan obat apa yang dapat menyembuhkan maag.
SS S N TS STS
67
c. Saya tidak mengerti kandungan obat apa yang dapat menyembuhkan susah buang air besar.
SS S N TS STS
5 Saya kurang memahami apa yang dimaksud dengan indikasi
SS S N TS STS
6 Saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kontraindikasi
SS S N TS STS
No Pernyataan Jawaban Bagian Sikap
7 a. Saya akan pergi ke dokter bila saya mengalami diare ringan
SS S N TS STS
b. Saya akan pergi ke dokter bila saya mengalami maag ringan
SS S N TS STS
c. Saya akan pergi ke dokter bila saya mengalami susah buang air besar
SS S N TS STS
8 Biaya mengobati sendiri lebih murah daripada periksa ke dokter
SS S N TS STS
9 Membaca aturan pakai dan cara penggunaan pada kemasan obat hanya membuang waktu
SS S N TS STS
10 a. Mengkonsumsi obat diare tidak sesuai dengan dosis dan aturan pakai pada kemasan obat
SS S N TS STS
b. Saya minum obat penetral asam lambung tidak selalu sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang dianjurkan
SS S N TS STS
c. Saya mengkonsumsi obat pencahar tidak sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang terdapat pada kemasan obat
SS S N TS STS
11 a. Saya akan minum oralit dan obat yang mengandung attapulgit ketika diare
SS S N TS STS
b. Ketika saya maag, saya akan minum obat maag yang mengandung penetral asam lambung
SS S N TS STS
c. Saya akan minum obat pencahar yang mengandung Bisakodil ketika susah buang air besar
SS S N TS STS
12 a. Saya tidak yakin diare akan sembuh tanpa ke dokter
SS S N TS STS
b. Saya tidak yakin maag akan sembuh tanpa ke dokter
SS S N TS STS
c. Saya tidak yakin susah buang air besar akan sembuh tanpa ke dokter
SS S N TS STS
68
No Pernyataan Jawaban Bagian tindakan
13 a. Saya menggunakan obat diare berdasarkan pengalaman masa lalu tanpa mempertimbangkan jenis diare yang saya derita
SS S N TS STS
b. Saya menggunakan obat penetral asam lambung berdasarkan pengalaman masa lalu tanpa mempertimbangkan jenis maag yang saya derita
SS S N TS STS
c. Saya menggunakan obat pencahar berdasarkan pengalaman masa lalu tanpa mempertimbangkan jenis susah buang air besar yang saya derita
SS S N TS STS
14 a. Sebelum mengonsumsi obat diare saya selalu melihat kandungan dan kegunaan obat yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
b. Sebelum mengonsumsi obat penetral asam lambung saya selalu melihat kandungan dan kegunaan obat yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
c. Sebelum mengonsumsi obat pencahar saya selalu melihat kandungan dan kegunaan obat yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
15 a. Sebelum mengonsumsi obat diare saya selalu melihat aturan pakai yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
b. Sebelum mengonsumsi obat maag saya selalu melihat aturan pakai yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
c. Sebelum mengonsumsi obat pencahar saya selalu melihat aturan pakai yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
16 a. Sebelum mengonsumsi obat diare saya selalu melihat efek samping dan peringatan yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
b. Sebelum mengonsumsi obat maag saya selalu melihat efek samping dan peringatan yang tertera pada kemasan
SS S N TS STS
c. Sebelum mengonsumsi obat pencahar saya selalu melihat efek
SS S N TS STS
69
samping dan peringatan yang tertera pada kemasan
17 a. Saat saya sakit diare, saya tidak pernah minum obat
SS S N TS STS
b. Saat saya sakit maag, saya tidak pernah minum obat
SS S N TS STS
c. Saat saya susah buang air besar, saya tidak pernah minum obat
SS S N TS STS
18 Agar cepat sembuh, saya selalu minum obat melebihi dosis yang dianjurkan
SS S N TS STS
Keterangan :
: kuesioner kajian pengobatan maag
70
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
a. Uji validitas
Item Pertanyaan
Hasil korelasi dengan variabel y
Keterangan
1 0.59011611 Valid 2 0.36661453 Valid 3 0.32092116 Valid 4 0.45327188 Valid 5 0.49933571 Valid 6 0.53796610 Valid 7 0.36600207 Valid 8 0.45225395 Valid 9 0.27064411 Tidak valid 10 0.43767551 Valid 11 0.16739750 Tidak valid 12 0.37400536 Valid 13 0.49110948 Valid14 0.48008740 Valid 15 0.38241243 Valid 16 0.31874681 Valid 17 -0.04716943 Tidak valid 18 0.03503919 Tidak valid 19 -0.25105027 Tidak valid 20 0.18109904 Tidak valid 21 0.34261409 Valid 22 0.66723408 Valid 23 0.49305919 Valid 24 0.50609776 Valid 25 0.37166726 Valid 26 0.51386245 Valid 27 0.09143242 Tidak valid
Keterangan : (r) Product Moment yang digunakan pada penelitian yakni untuk n (40) dengan
: taraf signifikansi 0,05 maka r adalah 0,312.
71
b. Uji reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.722 21
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 146.0500 221.844 .514 .711
Item2 146.2000 224.933 .278 .717
Item3 145.9500 226.715 .244 .719
Item4 146.5000 222.256 .395 .713
Item5 147.5500 214.510 .486 .704
Item6 147.5500 210.510 .563 .698
Item7 146.6750 216.840 .390 .708
Item8 147.3750 211.420 .533 .700
Item9 146.3500 224.387 .267 .717
Item10 146.4250 221.892 .318 .714
Item11 146.0500 221.126 .487 .711
Item12 146.1750 221.379 .476 .711
Item13 146.4000 226.708 .256 .719
Item14 146.4000 226.195 .246 .718
Item15 146.9500 220.510 .332 .713
Item16 146.2500 215.321 .689 .702
Item17 145.9250 222.533 .461 .713
Item18 146.0500 222.305 .527 .712
Item19 146.3000 224.318 .293 .716
Item20 145.7750 221.974 .495 .712
Jumlah 75.1000 57.938 1.000 .792
72
Lampiran 3. Data diri responden kelompok kontrol dan kelompok perlakuan a. Kelompok kontrol
No Nama Umur (tahun) 1 S 47 2 SN 39 3 B 47 4 SW 43 5 M 37 6 A 26 7 S 45 8 SN 26 9 L 30 10 W 40 11 Y 33 12 S 32 13 R 47 14 M 40 15 IS 30 16 S 40 17 K 38 18 AN 45 19 ANC 28 20 SWY 28 21 BA 48 22 NF 27 23 K 22 24 SYT 40 25 PH 30 26 H 35 27 SK 43 28 K 43 29 T 31 30 M 42 Rata-rata umur 37
73
b. Kelompok leaflet No Nama Umur (tahun) 1 Z 30 2 K 55 3 J 28 4 S 40 5 W 45 6 KR 25 7 SR 42 8 PJ 43 9 RO 30 10 WT 32 11 RK 41 12 SY 40 13 SI 50 14 ZT 30 15 IQ 34 16 RH 50 17 RB 23 18 KD 43 19 ST 50 20 SO 20 21 YY 32 22 RF 30 23 SF 36 24 NJ 25 25 SD 42 26 ES 42 27 SY 40 28 RH 42 29 YN 37 30 ZD 40 Rata-rata umur 37
74
c. Kelompok ceramah No Nama Umur (tahun) 1 ZF 25 2 SF 36 3 WZ 23 4 S 36 5 SL 47 6 R 21 7 URA 34 8 SM 32 9 SR 40 10 RK 40 11 P 27 12 SH 35 13 SK 25 14 SM 34 15 ST 50 16 SM 51 17 ST 39 18 T 44 19 J 44 20 SN 45 21 SP 41 22 SFY 50 23 SW 50 24 E 34 25 SMY 50 26 RSW 32 27 PM 54 28 SKT 33 29 G 35 30 GY 35 Rata-rata umur 38
75
Lampiran 4. Hasil uji chi-square untuk karakteristik umur responden
Kelompok * Mean Crosstabulation
Mean
Total 36.7333 37.2333 38.0667
Kelompok Kontrol Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .3 .3 1.0
Leaflet Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .3 .3 1.0
Ceramah Count 0 0 1 1
Expected Count .3 .3 .3 1.0
Total Count 1 1 1 3
Expected Count 1.0 1.0 1.0 3.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.000 4 .199
Likelihood Ratio 6.592 4 .159
Linear-by-Linear Association 1.959 1 .162
N of Valid Cases 3
76
Lampiran 5. Uji signifikansi efektivitas metode leaflet dan ceramah terhadap
perubahan perilaku tentang swamedikasi ibu-ibu PKK (kajian pengobatan maag)
a. Kelompok kontrol
1) Variabel pengetahuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Pengetahuan_Kontr
ol .113 30 .200* .953 30 .207
Posttest_Pengetahuan_Kont
rol .097 30 .200* .962 30 .349
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Paired T-test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest_Pengetahua
n_Kontrol -
Posttest_Pengetahu
an_Kontrol
-.13333 .86037 .15708 -.45460 .18793 -.849 29 .403
2) Variabel Sikap
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Sikap_Kontrol .128 30 .200* .958 30 .273
Posttest_Sikap_Kontrol .150 30 .082 .952 30 .194
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
77
Uji Paired T-test Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest_Sikap_Kontr
ol -
Posttest_Sikap_Kont
rol
-.03333 .41384 .07556 -.18786 .12120 -.441 29 .662
3) Variabel Tindakan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Tindakan_Kontrol .117 30 .200* .954 30 .215
Posttest_Tindakan_Kontrol .144 30 .115 .941 30 .098
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Paired T-test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest_Tindakan_K
ontrol -
Posttest_Tindakan_
Kontrol
-.23333 .89763 .16388 -.56852 .10185 -1.424 29 .165
78
b. Kelompok intervensi leaflet
1) Variabel pengetahuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Pengetahuan_Leafle
t .158 30 .053 .943 30 .108
Posttest_Pengetahuan_Leafl
et .127 30 .200* .964 30 .399
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Paired T-test
Paired Samples Test
Paired Differences
t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest_Pengetahua
n_Leaflet -
Posttest_Pengetahu
an_Leaflet
-
3.00000 3.49384 .63788 -4.30462 -1.69538 -4.703 29 .000
2) Variabel Sikap
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest_Sikap_Leaflet .153 30 .070 .934 30 .063
Posttest_Sikap_Leaflet .143 30 .122 .948 30 .148
a. Lilliefors Significance Correction
79
Uji Paired T-test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest_Sikap_Leafl
et -
Posttest_Sikap_Leafl
et
-
1.50000 3.27740 .59837 -2.72380 -.27620 -2.507 29 .018
3) Variabel Tindakan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Tindakan_Leaflet .145 30 .109 .911 30 .016
Posttest_Tindakan_Leaflet .170 30 .027 .926 30 .038
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest_Tindakan_Leaflet -
Pretest_Tindakan_Leaflet
Negative Ranks 3a 5.00 15.00
Positive Ranks 14b 9.86 138.00
Ties 13c
Total 30
a. Posttest_Tindakan_Leaflet < Pretest_Tindakan_Leaflet
b. Posttest_Tindakan_Leaflet > Pretest_Tindakan_Leaflet
c. Posttest_Tindakan_Leaflet = Pretest_Tindakan_Leaflet
80
Test Statisticsb
Posttest_Tindak
an_Leaflet -
Pretest_Tindaka
n_Leaflet
Z -2.915a
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
c. Kelompok intervensi ceramah
1) Variabel pengetahuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Pengetahuan_Cera
mah .196 30 .005 .922 30 .030
Posttest_Pengetahuan_Cera
mah .128 30 .200* .945 30 .122
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest_Pengetahuan_Cera
mah -
Pretest_Pengetahuan_Cera
mah
Negative Ranks 5a 8.70 43.50
Positive Ranks 24b 16.31 391.50
Ties 1c
Total 30
81
a. Posttest_Pengetahuan_Ceramah < Pretest_Pengetahuan_Ceramah
b. Posttest_Pengetahuan_Ceramah > Pretest_Pengetahuan_Ceramah
c. Posttest_Pengetahuan_Ceramah = Pretest_Pengetahuan_Ceramah
Test Statisticsb
Posttest_Penget
ahuan_Ceramah
-
Pretest_Pengeta
huan_Ceramah
Z -3.777a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
2) Variabel Sikap
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Sikap_Ceramah .125 30 .200* .934 30 .062
Posttest_Sikap_Ceramah .163 30 .040 .925 30 .037
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest_Sikap_Ceramah -
Pretest_Sikap_Ceramah
Negative Ranks 7a 8.57 60.00
Positive Ranks 13b 11.54 150.00
Ties 10c
Total 30
82
a. Posttest_Sikap_Ceramah < Pretest_Sikap_Ceramah
b. Posttest_Sikap_Ceramah > Pretest_Sikap_Ceramah
c. Posttest_Sikap_Ceramah = Pretest_Sikap_Ceramah
Test Statisticsb
Posttest_Sikap_Ceramah -
Pretest_Sikap_Ceramah
Z -1.689a
Asymp. Sig. (2-tailed) .091a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
3) Variabel Tindakan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest_Tindakan_Ceramah .237 30 .000 .855 30 .001
Posttest_Tindakan_Ceramah .128 30 .200* .934 30 .062 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest_Tindakan_Ceramah
-
Pretest_Tindakan_Ceramah
Negative Ranks 17a 11.12 189.00
Positive Ranks 8b 17.00 136.00
Ties 5c
Total 30 a. Posttest_Tindakan_Ceramah < Pretest_Tindakan_Ceramah b. Posttest_Tindakan_Ceramah > Pretest_Tindakan_Ceramah c. Posttest_Tindakan_Ceramah = Pretest_Tindakan_Ceramah
83
Test Statisticsb
Posttest_Tindakan_Ceramah -
Pretest_Tindakan_Ceramah
Z -.718a
Asymp. Sig. (2-tailed) .473a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Lampiran 6. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok kontrol dan leaflet a. Pengetahuan
Tests of Normality
Kelompo
k
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih_Pengetahuan kontrol .295 30 .000 .865 30 .001
leaflet .117 30 .200* .968 30 .480
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Mann-Whitney
Ranks
Kelompo
k N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih_Pengetahuan kontrol 30 22.58 677.50
leaflet 30 38.42 1152.50
Total 60 Test Statisticsa
Selisih_Pengetahuan
Mann-Whitney U 212.500Wilcoxon W 677.500Z -3.578Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Grouping Variable: Kelompok
84
b. Sikap
Tests of Normality
Kelompo
k
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Selisih_Sikap kontrol .432 30 .000 .571 30 .000
leaflet .157 30 .057 .952 30 .191
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney
Ranks
Kelompo
k N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih_Sikap kontrol 30 24.15 724.50
leaflet 30 36.85 1105.50
Total 60 Test Statisticsa
Selisih_Sikap
Mann-Whitney U 259.500
Wilcoxon W 724.500
Z -3.061
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Grouping Variable: Kelompok
c. Tindakan
Tests of Normality
Kelompo
k
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
85
Selisih_Tindakan kontrol .369 30 .000 .772 30 .000
leaflet .262 30 .000 .870 30 .002
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney
Ranks
Kelompo
k N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih_Tindakan kontrol 30 25.75 772.50
leaflet 30 35.25 1057.50
Total 60
Test Statisticsa
Selisih_Tindakan
Mann-Whitney U 307.500
Wilcoxon W 772.500
Z -2.289
Asymp. Sig. (2-tailed) .022
a. Grouping Variable: Kelompok
Lampiran 7. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok kontrol dan ceramah a. Pengetahuan
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih_Pengetahuan kontrol .295 30 .000 .865 30 .001
ceramah .100 30 .200* .974 30 .660
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
86
Uji Mann-Whitney
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih_Pengetahuan kontrol 30 21.52 645.50
ceramah 30 39.48 1184.50
Total 60
Test Statisticsa
Selisih_Pengeta
huan
Mann-Whitney U 180.500
Wilcoxon W 645.500
Z -4.052
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Sikap
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Selisih_Sikap kontrol .432 30 .000 .571 30 .000
ceramah .197 30 .004 .940 30 .089
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih_Sikap kontrol 30 27.75 832.50
ceramah 30 33.25 997.50
Total 60
87
Test Statisticsa
Selisih_Sikap
Mann-Whitney U 367.500Wilcoxon W 832.500Z -1.364Asymp. Sig. (2-tailed) .173a. Grouping Variable: Kelompok
c. Tindakan
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih_Tindakan kontrol .369 30 .000 .772 30 .000
ceramah .164 30 .039 .928 30 .043
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih_Tindakan kontrol 30 34.90 1047.00
ceramah 30 26.10 783.00
Total 60
Test Statisticsa
Selisih_Tindakan
Mann-Whitney U 318.000
Wilcoxon W 783.000
Z -2.027
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
a. Grouping Variable: Kelompok
88
Lampiran 8. Perbedaan pengaruh metode ceramah dan leaflet tentang swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap perubahan perilaku Selisih nilai pretest-posttest a. Pengetahuan
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih_Pengetahuan Leaflet .117 30 .200* .968 30 .480
ceramah .100 30 .200* .974 30 .660
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Independent T-test
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Selisih_Penge
tahuan
Equal variances
assumed .140 .710 .000 58 1.000 .00000 .87494 -1.75138 1.75138
Equal variances
not assumed
.000
57.77
01.000 .00000 .87494 -1.75153 1.75153
b. Sikap
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih_Sikap leaflet .157 30 .057 .952 30 .191
ceramah .197 30 .004 .940 30 .089
a. Lilliefors Significance Correction
89
Uji Independent T-test
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Selisih_Si
kap
Equal variances
assumed .515 .476 .830 58 .410 .63333 .76336 -.89470 2.16137
Equal variances
not assumed
.830 55.113 .410 .63333 .76336 -.89641 2.16307
c. Tindakan
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih_Tindakan Leaflet .262 30 .000 .870 30 .002
Ceramah .164 30 .039 .928 30 .043
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih_Tindakan Leaflet 30 37.68 1130.50
Ceramah 30 23.32 699.50
Total 60
Test Statisticsa
Selisih_Tindakan
Mann-Whitney U 234.500Wilcoxon W 699.500Z -3.238Asymp. Sig. (2-tailed) .001a. Grouping Variable: Kelompok
90
Lampiran 9. Leaflet yang diberikan pada saat penelitian
91
Lampiran 10. Materi yang disampaikan saat ceramah
92
93
Lampiran 11. Laporan kependudukan kecamatan Muntilan Januari 2010
94
Lampiran 12. Surat-surat ijin penelitian
a. Surat ijin penelitian dan pengambilan data dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma
95
b Surat ijin penelitian dari Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta
96
c. Surat rekomendasi survey/riset dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Badan
Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
97
98
d. Surat ijin penelitian dari Pemerintah Kabupaten Magelang, Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, dan Penanggulangan Bencana
99
e. Surat ijin penelitian dari Pemerintah Kabupaten Magelang, Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu
100
Lampiran 13. Foto-foto kelompok kontrol dan kelompok perlakuan a. Kelompok kontrol
101
102
b. Kelompok leaflet
103
104
c. Kelompok ceramah
105
106
107
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Perbedaan Pengaruh Pemberian Ceramah dan Leaflet pada Perilaku Swamedikasi Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan (Kajian Pengobatan Maag)” memiliki nama lengkap Eva Kristina, merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Hartanto dan Sri Hartati yang dilahirkan di Magelang, pada tanggal 10 Januari 1989. Riwayat pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain : TK Theresiana Muntilan pada tahun 1993-1995, SD Santo Yoseph Muntilan pada tahun 1995-2001, SLTP Marganingsih Muntilan pada tahun 2001-2004, SMU Stella Duce I Yogyakarta pada tahun 2004-2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
pada tahun 2007 hingga dapat selesai pada tahun 2011.