referat morbus hansen jerenia
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
1/22
BAB I
PENDAHULUAN
Lepra merupakan penyakit tertua yang sampai sekarang masih ada. Lepra
berasal dari bahasa India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Lepra
merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat karena dapat menyebabkan
ulserasi, mutilasi dan deformitas. Penderita lepra tidak hanya menderita akibat
penyakitnya saja tetapi juga karena dikucilkan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu,
penulis akan membahas penyakit lepra lebih mendalam dalam referat ini.1
Lepra penyakit !ansen" adalah infeksi menahun yang disebabkan oleh
#ycobacterium leprae, bakteri ini menyerang saraf perifer, kulit, mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian organ lainnya kecuali susunan saraf pusat.
Penularan lepra secara pasti belum diketahui. $ekitar %0& penderita kemungkinan
tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi kontak langsung
antarkulit yang lama dan erat", dan bisa juga melalui inhalasi. $ekitar '%& orang yang
pernah terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya
berhasil mela(an infeksi.1,),4
Penyakit yang terjadi bisa ringan lepra tuberkuloid" atau berat lepra
lepromatosa". Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada
orang lain. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia *0 +)0
tahun. entuk lepromatosa * kali lebih sering ditemukan pada pria dibanding (anita.
#ycobacterium leprae masih belum dapat dibiakkan dalam medium buatan karena
merupakan bakteri obligat intraselular, sehingga diagnosis yang tepat dalam (aktu
pendek masih belum memungkinkan. -api dapat dibuat diagnosis berdasarkan gejala+
gejala klinis yang spesifik pada pasien. Pengobatan pada pasien lepra meliputi terapi
dengan satu obat atau dengan kombinasi multi drug terapi". Obat yang dipakai untuk
penyakit lepra adalah $ diaminodifenil", /ifampisin, lofaimin, Protionamide,
dan 2tionamide.4,%,3
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
2/22
BAB II
ISI
2.1. DEFINISI
usta adalah penyakit infeksi granulomatous kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae, terutama mengenai kulit, sistem saraf perifer, namun dapat
juga terjadi sistem pernapasan bagian atas, mata, kelenjar getah bening dan testis dan
sendi+sendi.1
2.2 ETIOLOGI
uman penyebab adalah Mycobacterium leprae. uman ini bersifat obligat
intrasel, aerob, tidak dapat dibiakkan secara in itro , berbentuk basil 5ram positif
dengan ukuran ) 6 3 7m 8 0,% 7m, bersifat tahan asam dan alkohol *. uman ini
memunyai afinitas terhadap makrofag dn sel $ch(ann, replikasi yang lambat di sel
$ch(ann menstimulasi cell-mediated immune response, yang menyebabkan reaksi
inflamasi kronik, sehingga terjadi pembengkakkan di perineurium, dapat ditemukan
iskemia, fibrosis, dan kematian akson.) Mycobacterium leprae dapat bereproduksi
maksimal pada suhu *9:; 6 )0:;, tidak dapat dikultur secara in itro, menginfeksi
kulit dan sistem saraf kutan -umbuh dengan baik pada jaringan yang lebih dingin
kulit, sistem saraf perifer,hidung, cuping telinga, anterior chamber of eye, saluran
napas atas, kaki, dan testis", dan tidak mengenai area yang hangat aksila, inguinal,
kepala, garis tengah punggung.1
5ambar *.1 Mycobacterium leprae
( http://www.who.int/lep/microbiology/en/index.html )
2.3. EPIDEMIOLOGI
http://www.who.int/lep/microbiology/en/index.htmlhttp://www.who.int/lep/microbiology/en/index.html
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
3/22
Insiden rate penyakit kusta meningkat sesuai umur dengan puncaknya terjadi
pada umur 10 6 *0 tahun dan kemudian menurun.Prealensinya juga meningkat
sesuai dengan umurnya dan puncaknya pada umur )0 6 %0 tahun dan kemudian
perlahan 6 lahan menurun.Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda 6
beda. iantara 11 negara penyumbang penderita kusta di dunia, Indonesia menduduki
urutan ke 4. Penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat di seluruh dunia, tampaknya
disebabkan oleh perpindahan penduduk yang terinfeksi penyakit tersebut.
i seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita
kusta.India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh rasil dan
#yanmar .
Pada 1''', insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
4/22
elompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah
endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air
yang tidak bersih, asupan gii yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain
seperti !ID yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua
kali lebih tinggi dari (anita.
Situasi (&'ba&
$ebagaimana yang dlaporkan oleh >!O pada 11% negara dan teritori pada
*00
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
5/22
Tabe& 2.2 Prealensi dan Penemuan
Ne(ara
Pre*a&esi ter#a+tar
,rate-1$$$$ p'p./
Peemua "asus baru
,rate-1$$$$$ p'p./
A0a&
2$$
A0a&
2$$
A0a&
2$$
Se&ama
2$$3
Se&ama
2$$
Se&ama
2$$
rasil9'.'03
4.
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
6/22
#enurut >!O, kusta dibagi menjadi * bentuk yaitu pausi basiler indeterminate
dan tuberculoid " dan multi basiler borderline dan lepromatous".
Tabe& 2.3 Ba(a Dia('sis %&iis meurut 4HO ,%'sasi) 2$1$/
P Pausibasilar" # #ultibasilar"
Lesi kulit makula yang
datar, papul yang
meninggi, infiltrate,
plak eritem, nocus"
1+% lesi
!ipopigmentasiBeritema
istribusi tidak simetris
E% lesi
istribusi lebih simetris
erusakan saraf
menyebabkan
hilangnya
sensasiBkelemahan otot
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena
!ilangnya sensasi yang
jelas
!anya satu cabang saraf
!ilangnya sensasi
kurang jelas
anyak cabang saraf
-= ?egatif Positif
-ipe "ndeterminate (")#
$uberkuloid ($)#
%orderline tuberkuloid
(%$)
&epromatosa (&&)#
%orderline lepromatous
(%&)# Mid borderline
(%%)
erdasarkan klasifikasi !idley and 'opling , penyakit kusta dibagi menjadi A
a. "ndeterminate leprosyI" A makula hipopigmentasi, terkadang makula eritema.
ehilangan rasa sensoris belum ada. $ekitar 9%& penderita mengalami
kesembuhan spontan, sedangkan pada yang lainnya akan tetap pada bentuk ini
sampai ketika imunitas menurun, maka akan berubah menjadi bentuk yang
lain Le(is, *010".
b. $uberculoid leprosy--"A lesi kulit minimal. iasanya hanya berupa satu plak
eritem dengan bagian tepi yang meninggi. Predileksi pada (ajah, ekstremitas,
intertriginosa, dan kepala. Lesi kering, skuama, hipohidrotik, dan tanpa
rambut. Pada bentuk ini, lesi pada kulit sudah mengalami anestesi Le(is,
*010".
c. %ordeline tuberculoid leprosy -"A lesi sama dengan tipe tuberculoid, namun
lesi lebih kecil dan banyak. erupa makula anestesi atau plak yang disertai lesi
satelit di pinggirnya. 5ambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit dan skuamatidak jelas. $araf tidak terlalu membesar dan tidak terlalu menyebabkan
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
7/22
alopesia dibandingkan tipe tuberculoid.entuk ini biasanya bertahanBtetap,
namun dapat kembali pada tipe tuberkuloid atau progresif menuju bentuk
lepromatosa Le(is, *010".
d. %orderline borderline leprosy" A tipe yang paling tidak stabil, disebut juga
dimorfik dan jarang dijumpai. Lesi kulit banyak, merah, berupa plak ireguler.
Lesi sangat berariasi baik ukuran, bentuk, maupun distribusinya. isa
didapatkan lesi punched out yaitu hipopigmentasi yang oal pada bagian
tengah. istribusi menyerupai bentuk lepromatosa, namun asimetris. apat
terjadi adenopati regional Le(is, *010".
e. %orderline lepromatous leprosyL"A lesi banyak dan terdiri atas makula,
papula, plak dan nodul. -erdapat lesi punched-out annular . =nestesi tidak
terjadi Le(is, *010".f. &epromatous leprosyLL"A lesi a(al berupa makula yang pucat. #akula kecil,
difus dan simetris. =netesi tidak terjadi pada bentuk ini, saraf tidak menebal,
dan hidrotik. !ilangnya rangsang saraf lambat dan progresifLe(is, *010".
Tabe& 2. Gambara "&iis Ba"teri'&'(is #a Imu'&'(i" %usta PB
arakteristik -uberkuloid --" orderline
-uberkuloid -"
Indeterminate I"
Lesientuk #akula atau
makula dibatasi
infiltrat
#akula dibatasi
infiltratF infiltrat
saja
!anya infiltrat
Gumlah $atu atau
beberapa
$atu dengan lesi
satelit
$atu atau
beberapa
istribusi -erlokasi dan
asimetris
asimetris erariasi
Permukaan ering,skuama ering,skuama !alus agak
berkilat
=nestesia Gelas Gelas -idak ada sampai
tidak jelas
atas Gelas Gelas apat jelas atau
tidak jelas
BTA
Pada lesi kulit negatif ?egatif, atau 1H iasanya negatif
-es Lepromin Positif kuat )H" Positif lemah apat positif
lemah atau negatif
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
8/22
Tabe& 2.3 Gambara "&iis Ba"teri'&'(is #a Imu'&'(i" %usta MB
arakteristik Lepromatosa
LL"
orderline
Lepromatosa
L"
#id+borderline
"
Lesi
entuk #akula, infiltrat
difus, papul,
nodus
#akula, plak,
papul
Plak, lesi bentuk
kubah, lesi punched
out
Gumlah anyak distribusi
luas, praktis tidak
ada kulit sehat
anyak tapi kulit
sehat masih ada
eberapa, kulit
sehat H"
istribusi $imetris ;enderung
simetris
=simetris
Permukaan !alus berkilat !alus berkilat $edikit berkilap,
beberapa lesi kering
=nestesia -idak jelas -idak jelas Lebih jelas
atas -idak jelas =gak jelas =gak jelas
BTA
Pada lesi
kulit
anyak anyak =gak banyak
$ekret
hidung
anyak iasanya tidak
ada
-idak ada
-es
Lepromin
?egatif ?egatif iasanya negatif
-- - I
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
9/22
LL L
Gambar 2.3 Tipe %usta
2.. PATOGENESIS
#. leprae berpredileksi di daerah+daerah tubuh yang relatif lebih dingin.
etidakseimbangan antara derajat infeksi dan derajat penyakit disebabkan oleh respon
imun yang berbeda yang menyebabkan timbulnya reaksi granuloma setempat atau
menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit kusta
dapat disebut sebagai penyakit imunologik. 5ejala klinisnya lebih sebanding dengan
tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya. #eskipun cara masuk #.
leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti, beberapa penelitian telah
memperlihatkan bah(a yang tersering ialah melalui kulit yang lecet pada bagian
tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh, # leprae terhadap
kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan hidup #. leprae pada
suhu tubuh yang rendah, (aktu regenerasi yang lama, serta sifat kuman yang
airulens dan nontoksis.1
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
10/22
#asuknya #.Leprae ke dalam tubuh akan ditangkap oleh =P; =ntigen
Presenting ;ell" dan melalui dua signal yaitu signal pertama dan signal kedua. $ignal
pertama adalah tergantung pada -;/+ terkait antigen -;/ - cell receptor" yang
dipresentasikan oleh molekul #!; pada permukaan =P; sedangkan signal kedua
adalah produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul kostimulator
=P; yang berinteraksi dengan ligan sel - melalui ;*3. =danya kedua signal ini
akan mengaktiasi -o sehingga -o akan berdifferensiasi menjadi -h1 dan -h*.
=danya -?J K dan IL 1* akan membantu differensiasi -o menjadi -h1.<
-h 1 akan menghasilkan IL * dan IJ? yang akan meningkatkan fagositosis
makrofag fenolat glikolipid I yang merupakan lemak dari #.leprae akan berikatan
dengan ;) melalui reseptor ;/1,;/),;/4 pada permukaannya lalu akan
difagositosis" dan proliferasi sel . $elain itu, IL * juga akan mengaktifkan ;-L lalu
;3H. i dalam fagosit, fenolat glikolipid I akan melindungi bakteri dari
penghancuran oksidatif oleh anion superoksida dan radikal hidroksil yang dapat
menghancurkan secara kimia(i. arena gagal membunuh antigen maka sitokin dan
gro(th factors akan terus dihasilkan dan akan merusak jaringan akibatnya makrofag
akan terus diaktifkan dan lama kelamaan sitoplasma dan organella dari makrofag akan
membesar, sekarang makrofag seudah disebut dengan sel epiteloid dan penyatuan sel
epitelioid ini akan membentuk granuloma. <
-h* akan menghasilkan IL 4, IL 10, IL %, IL 1). IL % akan mengaktifasi dari
eosinofil. IL 4 dan IL 10 akan mengaktifasi dari makrofag. IL 4 akan mengaktifasi sel
untuk menghasilkan Ig54 dan Ig2. IL 4 , IL10, dan IL 1) akan mengaktifasi sel
mast.<
$ignal I tanpa adanya signal II akan menginduksi adanya sel - anergi dan
tidak teraktiasinya =P; secara lengkap akan menyebabkan respon ke arah -h*. Pada
-uberkoloid Leprosy, kita akan melihat bah(a -h 1 akan lebih tinggi dibandingkan
dengan -h* sedangkan pada Lepromatous leprosy, -h* akan lebih tinggi
dibandingkan dengan -h1.<
2. GE5ALA %LINIS
Perbandingan gejala klinik #orbus+!ansen Pausibasilar dan #ultibasilar disajikan
dalam tabel berikutA
P Pausibasilar" # #ultibasilar"
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
11/22
Lesi kulit macula yang
datar, papul yang
meninggi, infiltrate,
plak eritem, nocus"
1+% lesi
!ipopigmentasiBeritema
istribusi tidak simetris
E% lesi
istribusi lebih simetris
erusakan saraf
menyebabkan
hilangnya
sensasiBkelemahan otot
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena
!ilangnya sensasi yang jelas
!anya satu cabang saraf
!ilangnya sensasi
kurang jelas
anyak cabang saraf
-= ?egatif Positif
-ipe
Indeterminate I", -uberkuloid
-", orderline tuberkuloid -"
Lepromatosa LL",
orderline lepromatous
L", #id borderline
"
5ejala klinik #orbus+!ansen Pausibasilar
arakteristik -uberkuloid orderline
-uberkuloid
Indeterminate
Lesi-ipe #acula atau macula
dibatasi infiltrate
#acula dibatasi
infiltrat
#acula
Gumlah $atu atau beberapa $atu dengan lesi
satelit
$atu atau beberapa
istribusi -erlokasi dan
asimetris
asimetris erariasi
Permukaan ering,skuama ering,skuama apat halus agak
berkilat
$ensibilitas !ilang hilang =gak tergangguBTA
Pada lesi kulit ?egatif ?egatif, atau 1H iasanya negatif
-es LeprominM Positif kuat )H" Positif *H" #eragukan
M-es Lipromin #itsuda" untuk membantu penentuan tipe, hasilnya baru dapat
diketahui setelah )minggu.
5ejala klinik #orbus+!ansen #ultibasilar
arakteristik Lepromatosa orderline
Lepromatosa
#id+borderline
Lesi
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
12/22
-ipe #acula, infiltrate
difus, papul, nodus
#acula, plak,
papul
Plak, lesi bentuk
kubah, lesi punched
out
Gumlah anyak distribusi
luas, praktis tidak ada
kulit sehat
anyak tapi kulit
sehat masih ada
eberapa, kulit sehat
H"
istribusi $imetris ;enderung
simetris
=simetris
Permukaan !alus dan berkilap !alus dan
berkilap
$edikit berkilap,
beberapa lesi kering
$ensibilitas -idak terganggu $edikit berkurang erkurang
BTA
Pada lesi
kulit
anyak anyak =gak banyak
Pada
hem
busa
n
hidu
ng
anyak iasanya tidak
ada
-idak ada
-esLeprominM
?egatif ?egatif iasanya negatif
M-es Lipromin #itsuda" untuk membantu penentuan tipe, hasilnya baru dapat
diketahui setelah )minggu.
Perbedaan lepra tipe tuberculoid dan lepromatous ditunjukkan le(at skema berikut ini
A
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
13/22
,000.6bi.&m.i).('* 2$$1/
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
14/22
Gambar 2.3 F't' Mai+estasi Tuber6u&'i# Lepra #i Pu((u(
Gambar 2. F't' Mai+estasi Tuber6u&'i# Lepra #i 4a7a)
2.. DIAGNOSIS
$ebagaimana laimnya dalam bentuk diagnosis klinik, dimulai dengan inspeksi,
palpasi, lalu digunakan pemeriksaan yang menggunakan alat sederhana, yaitu jarum,
kapas, tabung reaksi masing+masing dengan air panas dan air dingin, pensil, dan
sebagainya. elainan kulit pada penyakit kusta tanpa komplikasi dapat hanya
berbentuk makula saja, infiltrat, saja atau keduanya. usta mendapat julukan $he
great imitator dalam penyakit kulit sehingga perlu didiagnosa banding dengan
penyakit+penyakit kulit yang lain. iagnosa bandingnya antara lain adalahA
dermatofitosis, tinea ersikolor, ptiriasis rosea, ptiriasis alba, dermatitis seboroika,
psoriasis, neurofibromatous, granuloma anulare, 8antomatosis, skleroderma, leukemia
kutis, tuberkulosis kutis erukosa dan birth mark osasih, *00*".
alau secara inspeksi mirip penyakit lain, ada tidaknya anestesia sangat banyak
mebantu penentuan diagnosis, meskipun tidak terlalu jelas. !al ini dengan mudah
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
15/22
dilakukan dengan menggunakan jarum terhadap rasa nyeri, kapas terhadap rasa raba,
dan dapat juga dengan rasa suhu, yaitu panas dan dingin dengan tabung reaksi.
Perhatikan pula ada tidaknya dehidrasi di daerah lesi yang dapat dipertegas dengan
menggunakan pensil tinta tanda 5una(an". ;ara menggoresnya mulai dari tengah
lesi ke arah kulit normal. apat pula diperhatikan adanya alopesia di daerah lesi
$iregar, *00)".
#engenai saraf perifer yang perlu diperhatikan ialah pembesaran, konsistensi, dan
nyeri atau tidak. !anya beberapa saraf superfisial yang dapat dan perlu diperiksa,
yaitu ?. fasialis, ?. aurikuralis magnus, ?. radialis, ?. ulnaris, ?. medianus, ?.
poplitea lateralis, dan ?. tibialis posterior. @ntuk tipe lepramatosa kelainan saraf
biasanya bilateral dan menyeluruh, sedang untuk tipe tuberkuloid kelainan sarafnya
lebih terlokalisasi mengikuti tempat lesinya.
eformitas pada kusta, sesuai dengan patofisiologinya, dapat dibagi dalam
deformitas primer dan sekunder. eformitas primer sebagai akibat lansung oleh
granuloma yang terbentuk sebgai reaksi terhadap M. leprae, yang mendesak dan
merusak jaringan di sekitarnya, yaitu kulit, mukosa traktus respiratorius atas, tulang+
tulang jari, dan (ajah. eformitas sekunder terjadi sebagai akibat kerusakan saraf,
umumnya deformitas diakibatkan keduanya, tetapi terutama karena kerusakan saraf.
5ejala+gejala kerusakan sarafA
1. ?. ulnarisA anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis,
clawing kelingking dan jari manis, atrofi hipotenar dan oto interoseus serta
kedua otot lumbrikalis medial
*. ?. medianusA anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah, tidak mampu aduksi ibu jari, clawing ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah, ibu jari kontraktur, atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
). ?. radialisA anestesia dorsum manus, serta ujumg proksimal jari telunjuk,
tangan gantung wrist drop", tak mampu ekstensi jari+jari atau pergelangan
tangan
4. ?. poplitea lateralisA anestesia tungkai ba(ah, bagian lateral dan dorsum pedis,
kaki gantung foot drop", kelemahan otot peroneus.
%. ?. tibialis posteriorA anestesia telapak kaki, claw toes, paralisis otot intristik
kaki dan kolaps arkus pedis
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
16/22
2.8 PEME9I%SAAN PENUN5ANG
Pemeriksaaan bakterioskopik, sediaan dari kerokan jaringan kulit atau usapan
mukosa hidung yang di(arnai dengan pe(arnaan -= NI2!L ?22L$O?. Pertama 6
tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh basil setelah
terlebih dahulu menentukan jumlah tepat yang diambil. @ntuk riset dapat diperiksa 10
tempat dan untuk rutin sebaiknya minimal 4 6 < tempat yaitu kedua cuping telinga
bagian ba(ah dan * +4 lesi lain yang paling aktif berarti yang paling eritematosa dan
paling infiltratif. Pemilihan cuping telinga tanpa menghiraukan ada atau tidaknya lesi
di tempat tersebut karena pada cuping telinga biasanya didapati banyak M. leprae).
epadatan -= tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan
dinyatakan dengan indeks bakteri I." dengan nilai 0 sampai
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
17/22
Pemeriksaan serologik, didasarkan terbentuk antibodi pada tubuh seseorang yang
terinfeksi oleh #.leprae. Pemeriksaan serologik adalah #LP= Mycobacterium
&eprae article *glutination", uji 2LI$= dan #L dipstick, P;/.
-es lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi
tidak untuk diagnosis. -es ini berguna untuk menunjukkan sistem imun penderita
terhadap M. leprae. 0,1 ml lepromin dipersiapkan dari ekstrak basil organisme,
disuntikkan intradermal. emudian dibaca setelah 43 jamB *hari reaksi Jernande"
atau ) 6 4 minggu reaksi #itsuda". /eaksi Jernande positif bila terdapat indurasi
dan eritemayang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap M. &eprae, yaitu
respon imun tipe lambat ini seperti mantou8 test PP" pada tuberkolosis).
2.: DIAGNOSIS BANDING
Pada lesi makula, differensial diagnosisnya adalah itiligo, ptiriasis ersikolor,
ptiriasis alba, -inea korporis. Pada lesi papul, granuloma annulare, lichen planus.
Pada lesi plak, tinea korporis, ptiriasis rosea, psoriasis. Pada lesi nodul, acne ulgaris,
neurofibromatosis. Pada lesi saraf, amyloidosis, diabetes, trachoma).
2.; PENATALA%SANAAN
-ujuan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden
penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegah timbulnya penyakit,
untuk mencapai tujuan tersebut, srategi pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi
dini dan pengobatan penderita.4
apson, diamino difenil sulfon bersifat bakteriostatik yaitu mengahalangi
atau menghambat pertumbuhan bakteri. apson merupakan antagonis kompetitif dari
para-aminobeoic acid P==" dan mencegah penggunaan P== untuk sintesis folat
oleh bakteri. 2fek samping dari dapson adlah anemia hemolitik, skin rash, anoreksia,
nausea, muntah, sakit kepala, dan ertigo.4
Lamprene atau ;lofaimin, merupakan bakteriostatik dan dapat menekan
reaksi kusta. ;lofaimin bekerja dengan menghambat siklus sel dan transpor dari
?=B =-Pase.2fek sampingnya adalah (arna kulit bisa menjadi ber(arna ungu
kehitaman,(arna kulit akan kembali normal bila obat tersebut dihentikan, diare, nyeri
lambung.4
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
18/22
/ifampicin, bakteriosid yaitu membunuh kuman. /ifampicin bekerja dengan
cara menghambat +,*- dependent !,* polymerase pada sel bakteri dengan
berikatan pada subunit beta. 2fek sampingnya adalah hepatotoksik, dan nefrotoksik.
Prednison, untuk penanganan dan pengobatan reaksi kusta. $ulfas Jerrosus
untuk penderita kusta dgn anemia berat. Ditamin=, untuk penderita kusta dgn
kekeringan kulit dan bersisisk ichtyosis". Oflo8acin dan #inosiklin untuk penderita
kusta tipe P I.
/egimen pengobatan kusta disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh
>!OB2P2$ /I 1'31". @ntuk itu klasifikasi kusta disederhanakan menjadiA
1. Pausi asiler P"
*. #ulti asiler #"
engan memakai regimen pengobatan #-B Multi +rug $reatment . egunaan
#- untuk mengatasi resistensi apson yang semakin meningkat, mengatasi
ketidakteraturan penderita dalam berobat, menurunkan angka putus obat pada
pemakaian monoterapi apson, dan dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta
dalam jaringan.),4
/egimen Pengobatan usta tersebut >!OB2P2$ /I".P dengan lesi
tunggal diberikan /O# /ifampicin Oflo8acin #inocyclin". Pemberian obat sekali
saja langsung /J-B !elease rom $reatment . Obat diminum di depan petugas. =nak+
anak Ibu hamil tidak di berikan /O#. ila obat /O# belum tersedia di Puskesmas
diobati dengan regimen pengobatan P lesi *+%".ila lesi tunggal dgn pembesaran
saraf diberikanA regimen pengobatan P lesi *+%".
Tabe& 2.3 9e(ime pe('bata "usta #e(a &esi tu((a& ,9OM/ meurut
4HO-DEP%ES 9I
/ifampicin Oflo8acin #inocyclin
e(asa
%0+90 kg"
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
19/22
P dengan lesi * 6 %.Lama pengobatan < dosis ini bisa diselesaikan selama
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
20/22
=nak+anak
10+14 th"
4%0 mgBbulan
diminum di depan
petugas
%0 mgBhari diminum
di rumah
1%0 mgBbulan
diminum di depan
petugas kesehatan
dilanjutkan dg %0 mgselang sehari diminum
di rumah
Pe('bata rea"si "usta.
ila reaksi tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat timbul
kecacatan berupa kelumpuhan yang permanen seperticlaw hand , drop foot , claw toes
, dan kontraktur. @ntuk mengatasi hal+hal tersebut diatas dilakukan pengobatan
Prinsip pengobatan /eaksi usta yaitu immobilisasi B istirahat, pemberian
analgesik dan sedatif, pemberian obat+obat anti reaksi, #- diteruskan dengan dosis
yang tidak diubah.Pada reaksi ringan, istirahat di rumah, berobat jalan, pemberian analgetik dan
obat+obat penenang bila perlu, dapat diberikan ;hlorouine 1%0 mg )Q1 selama )+%
hari, dan #- obat kusta" diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.
/eaksi berat, immobilisasi, ra(at inap di rumah sakit, pemberian analgesik
dan sedatie, #- obat kusta" diteruskan dengan dosis tidak diubah, pemberian
obat+obat anti reaksi dan pemberian obat+obat kortikosteroid misalnya
prednison.Obat+obat anti reaksi,=spirin dengan dosis
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
21/22
antimon per ml " yang diberikan *+) ml secara selang+seling dan dosis total tidak
melebihi )0 ml. =ntimon jarang dipakai oleh karena toksik. -halidomide juga jarang
dipakai,terutama pada(anita teratogenik ".osis 400 mgBhari kemudian diturunkan
sampai mencapai %0 mgBhari.
Pemberian ortikosteroid,dimulai dengan dosis tinggi atau sedang.igunakan
prednison atau prednisolon.5unakan sebagai dosis tunggal pada pagi hari lebih baik
(alaupun dapat juga diberikan dosis berbagi. osis diturunkan perlahan+lahan
tapering off " setelah terjadi respon maksimal1,*,).
Gambar 2. 9e(ime MDT
2.; Pr'('sis
ergantung pada seberapa luas lesi dan tingkat stadium penyakit. esembuhan
bergantung pula pada kepatuhan pasien terhadap pengobatan. -erkadang asien dapat
mengalami kelumpuhan bahkan kematian, serta kualitas hidup pasien menurun*.
BAB III
-
8/20/2019 REFERAT Morbus Hansen Jerenia
22/22
%ESIMPULAN
engan megetahui penyebab, penyebaran penyakit, dan pengobatannya maka
tidaklah perlu timbul lepraphobia. !al ini dapat dilihat dengan penting peranan
penyuluhan kesehatan kepada penderita dan keluarga serta masyarakat dimana
dengan penyuluhan ini diharapkan penderita dapat berobat secara teratur, dan tidak
perlu dijauhi oleh keluarga malahan keluarga sebagai pendukung proses
penyembuhan serta masyarakat tidak perlu mempunyai rasa takut yang berlebihan.
Penderita kusta sebagai manusia yang juga mendapat perlakuan secara
manusia, jadi keluarga dan masyarakat tidak perlu mendorong untuk mengasingkan
penderita kusta tersebut.