th laboratorium komunitas kreatif di surakarta
TRANSCRIPT
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
851
LABORATORIUMKOMUNITASKREATIFDISURAKARTADENGANPENDEKATANARSITEKTURSIMBIOSIS
JunandaMulyoBintoro,Kusumaningdyah,OfitaPurwani
ProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakartadjoenanda.mb@gmail.com
Abstrak
KomunitaskreatifdisebuahkotamerupakansebuahelemenpentingdalamprosespengembangankotakreatifterkaitprogrampemerintahdiIndonesiadalampengembanganekonomikreatif.Berdasarkanbeberapaaspek dan potensi yang dimilikinya, Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang akan dicanangkansebagai nominasi kota kreatif. Proposal desain ini memberikan solusi untuk peluang ini. Simbiosis sebagaipendekatan arsitektural diterapkan pada proses perencanaan dan perancangan Laboratorium KomunitasKreatifdenganmengacupadasimbiosissalingmenguntungkan(mutualisme)antaramasing-masingkarakterkomunitaskreatif.Metodepenelitianyangdigunakanadalahmetodekuantitatifdenganpendekatananalisishubungansimbiosisantarkomunitaskreatifyangmemilikipebedaankarakteragardapatbekolaborasidalamsatu wadah creative space. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey lapangan dan wawancaradenganwargasetempat.Sementaraitudatasekunderdiperolehdaristudiliteraturterkaitarsitektursimbiosis.Data kantung aktivitas komunitas kreatif diperoleh melalui analisis pemetaan titik-titik pusat aktivitaskomunitas kreatif sebagai bahan pertimbangan konsep penentuan lokasi, dan data karakter aktivitaskomunitaskreatifdiperolehmelaluianalisisseluruhaktivitasmasing-masingkomunitaskreatifsebagaibahanpertimbangan konsep program ruang.Konsep baru yang ditawarkan adalah mewujudkan LaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakartasebagaiakselerasipembentukanKotaKreatifmelaluiteoriArsitekturSimbiosis.Katakunci:komunitaskreatif,creativespace,arsitektursimbiosis,Surakarta.
1. LATARBELAKANG
Salah satu strategi KementrianKoordinatorBidangPerekonomianRepublik Indonesia dalammenyusuntargetpembangunanekonomikreatifnasionaladalahmemfasilitasiproseskreasisepertipembangunan ruangkreatifdan jaringanorangkreatif [RPJMN2015-2019].Dukunganpemerintahdalampenyediaanfasilitasruangkreatifakanberpotensimempermudahpengembangankomunitaskreatif di setiap daerah. Sinergi programpemerintahdiharapkandapatmenciptakan laboratoriumataupusatkegiatankomunitaskreatifyangmampumendukungpengembanganekonomikreatifdanpembentukankotakreatifdiIndonesia.
Romer(1986)menjelaskanbahwa,kreatifitasdiperlukandidalamprosesuntukmemproduksisolusi baru dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Florida (2002) menyatakanbahwa, sebuahwilayah yangdilengkapidenganTeknologi, TalentadanToleransi atau ‘3T’melaluikomunitasnya akan memiliki perkembangan ekonomi yang memuaskan. Dalam hal ini, kreatifitasdankomunitassangatbersinergidalamprosespertumbuhanekonomikreatifpadasebuahwilayah.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang akan dicanangkan oleh Kemenparekraf,Kemdikbud,danKemenporasebagainominasikotakreatifyangberbasiseco-culturepadaSeminarNasionaldiBalaikotaSurakartapada16Februari2013lampau.KekayaanbudayayangdimilikiolehKota Surakarta merupakan potensi terciptanya kota kreatif.Komunitas kreatif merupakan sebuahelemenpentingdalamprosespengembangankotakreatifdiSurakartaterkaitprogrampemerintahdiIndonesiadalampengembanganekonomikreatifuntukmeningkatkankesejahteraanmasyarakat.Larassati (2015), menyampaikan bahwa kolaborasi komunitas kreatif masyarakat (people
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
852
community) yang menaruh perhatian terhadap lingkungan berperan penting sebagai kontributormodelpengembangankotakreatifdiIndonesia.
Berdasarkan fenomena di atas,maka urgensi dalamproses desain adalah perencanaan danperancangan Laboaratorium Komunitas Kreatif di Surakarta sebagai akselerasi pembentukan kotakreatifdanwadahstimulasikreativitassebuahkotadalammempertahankanruang-ruangkreatifdanenergikreatifdiSurakarta.
Permasalahanyangditemukandalamprosesdesainadalah:a. Program ruang yang dapat mewadahi masing-masing kegiatan komunitas tanpa menimbulkan
konflikantarperbedaankarakterkomunitasdalamproseskolaborasi.b. Layoutdanpenataanzonifikasiruangyangsesuaiuntukkarakterkegiatankomunitas.c. Penciptaanruangkreatifyangmampumenunjangkegiatankreatifmasing-masingkomunitas.
Metodologi perancangan desain arsitektur simbiosis yang digunakan Kisho Kurokawa dalammen-simbiosiskan lingkungan yang plural memiliki beberapa metode. Dalam hal ini hirarki yangdicontohkan adalah simbiosis sejarah dan kontemporer,walaupun pada dasarnya simbiosis dapatdiaplikasikanpadaberbagai hirarki, seperti halnya antar karakter komunitas kreatif.Dalamproses‘simbiosis’ antar hirarki tersebut, nantinya dikenal adanya dualisme yakni Zona suci (sacred zone)danZonaantara(intermediatezone).
Pertama, menghargai pluralitas dengan ‘kelembutan’ melalui Intercultural Architecture.‘Kelembutan’disinidimaknaidenganhomogenitasdanuniversalitasyangditerapkansecaraterbatasdalampenyelesaianpluralitasdemiterjaganyanilaibudaya.Samasepertipluralitaskehidupanyanghadir karena faktorketurunan,arsitekturmemperolehpluralitasmelaluipewarisan tradisi sejarah.Warisaniniberlangsungpadaberbagaitingkatan,dantidakadametodeumumtunggalyangterjadi.SalahsatugayaarsitekturJepang,ataulebihdikenaldengansebutanSukiya,menggunakanmetodedi mana bentuk sejarah diikuti tapi teknik dan bahan-bahan kontemporer diperkenalkan untukmenghasilkan perubahan bertahap. Ini merupakan salah satu contoh dari simbiosis perbedaanzaman, antaramasa lalu dan sekarang. Padametode ini nilai sejarah arsitektur yang terkandungpada bangunan masih tervisualisasikan dengan sangat jelas, walaupun proses maupun teknikpembangunannya (intermediate space) sudah tidak mengikuti nilai sejarah. Dalam hal karakterkomunitaskreatifjugademikian.Penyesuaianterhadapkedekatankarakterdapatmempertahankannilai-nilai tradisi dalam proses kegiatan kolaborasi antar sub sektor komunitas kreatif. MetodepertamainisangattepatdigunakandalampenyelesaianpermasalahankonsepprogramruangpadaperancanganLaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakarta.
Kedua, membedah fragmen bentuk sejarah dan menempatkan mereka secara bebas diseluruhkaryaarsitekturkontemporer,ataudisebutthemethodofrecombining.Denganmetodeini,maknabentukan sejarah yang telahhilangmuncul kembali danmemperoleh signifikasimultivalenbaru karena intermediate space disini mampumengkombinasikan dua karakter yang sangat kuatnamun tetap utuh, antara bentuk sejarah dan kontemporer. Metode ini sangat berbeda denganmetodeyangpertamakarenasecarafundamentalberbedadenganistilah‘menciptakankembalinilaisejarah arsitektur’. Dalam hal ini, hubungan simbiosis seluruh pengguna bangunan LaboratoriumKomunitas Kreatif dapat diidentifikasikan dan dikombinasikan berdasarkan kebutuhan kegiatan.Masing-masingkomunitaskreatifmembutuhkaneksistensiyangkuatuntukterciptanyaruang-ruangkolaborasi karena dalampendekatan simbiosis seharusnya tidakmendominasikan satu pihak saja.Metode kedua ini sangat tepat digunakan dalam penyelesaian permasalahan konsep layout danzonifikasiruangpadaperancanganLaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakarta.
Ketiga, mengekspresikan ide-ide yang tak terlihat, estetika, gaya hidup maupun pola pikirmengenaisejarahmelaluisimbol-simbolsejarahdanbentukdarikaryaarsitektur.Dalammetodeini,simbolsejarahdanbentukyangterlihatdapatdimanipulasisecaraintelektual,sehinggamenciptakanmodusekspresibangunanyangditandaidenganabstraksi,ironi,kecerdasan,sirkulasi,ketimpangan,kecanggihan,danmetafora.Untukmembacakaryaarsitekturkontemporeryangmenganutmetodeinimembutuhkanpengetahuanyangluasdanintuisiyangtajamkarenaekspresiintermediatespace-nya yang lebih bebas. Dalam proses penciptaan ruang kreatif diperlukan ekspresi yang demikian
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
853
pula. Ide-ideyangtakterlihat,estetika,gayahidup,maupunpolapikirdapatdiekspresikanmelaluibeberapa komponen visual, suasana ruang, dan ruang gerak sehingga pengunjung yang datangdapatmenciptakanpenyesuaianpersepsidengansendirinyabahwadirinyasedangberadadiruang-ruang kreatif dan begitupula pengguna bangunan (komunitas kreatif), dapat terpicu untuk selalumelakukankegiatankreatif.
Metodetentangmewarisitradisisejarahdalamlingkupmetodologiarsitektursimbiosisdipilihdan disesuaikan berdasarkan kondisi dan situasi bagaimana karya-karya arsitektur tersebut akandirencanakandandiatur.Maka,salahsatupoinpentingdarisimbiosisterhadapfokustransformasikebudayaanadalahkonversidarisudutpandanglogo-sentrismedengansimbiosisantarbudayayangberbeda dan ekologi (hubungan timbal balik) terhadap lingkungan setempat. Dalam hal ini, karyaarsitektur Laboratorium Komunitas Kreatif dengan pendekatan arsitektur simbiosis akan menjadilebih terbuka untuk konteks regional, perkotaan, alam, maupun lingkungan dalam menjalinhubungansimbiosismutualismedariberbagaipihak.
2. METODEPENELITIAN
Dalam proses perencanaan dan perancangan desain, dilakukan beberapa metode untukmengkaji secara mendalam mengenai komunitas kreatif dan teori arsitektur simbiosis. (1)Menganalisispemetaantitik-titikpusataktivitaskomunitaskreatifdiSurakartadanmengkajiseluruhaktivitas masing-masing komunitas kreatif. (2) Mengidentifikasikan prinsip dasar teori ArsitekturSimbiosis sebagai pendekatan desain. (3)Menurunkan prinsip dasar teori Arsitektur Simbiosis kedalambeberapapoinpenting,yangdisesuaikandengankonteksdanorientasisebagaisolusidalampenyelesaianbeberapapoinpermasalahandesain.a. Konsepprogram ruangdapatdiwujudkanmelaluipendekatan teori arsitektur simbiosisdengan
menganalisis hubungan simbiosis antar masing-masing sub sektor komunitas kreatif denganpenyesuaianterhadapkedekatankarakter.
b. Konsep layout dan zonifikasi ruang dapat diwujudkan melalui pendekatan teori arsitektursimbiosis denganmenganalisis hubungan simbiosis seluruh subjek penggunabangunandenganpenyesuaianterhadapkebutuhankegiatandankaraktersubjek.
c. Konseppenciptaanruangkreatifdapatdiwujudkanmelaluipendekatanteoriarsitektursimbiosisdengan menganalisis hubungan simbiosis antara pengguna (user) dan pengunjung (visitor)dengan penyesuaian terhadap persamaan persepsi melalui penciptaan suasana ruang sebagaipemicukegiatankreatif.
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
854
Gambar1DiagramMetodePenelitian
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
855
3. HASILDANPEMBAHASAN
A. KOTASURAKARTAa. LokasiTerpilih
BerdasarkanRencanaTataRuangWilayahKota Surakarta tahun2011–2013, lokasi terpilihmerupakanzonapariwisata,pendidikantinggi,danindustrikreatif.LokasiterpilihterletakdiJalanIrJuanda, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Surakarta. Lokasi terpilihmerupakan kawasandenganpotensiusiaproduktiftinggidanberadadipusatkegiatanpendidikantinggikotaSurakartasehingga lokasi ini sangat strategis danmudah dijangkau oleh sebagian besar anggota komunitaskreatif.
Gambar2LokasiTerpilih
b. PotensiSite
• Merupakan kawasan dengan potensi usia produktif serta berada di zona perindustrian,khususnyaindustrikreatif
• LokasiterletakdipusatkegiatanpendidikantinggikotaSurakarta• Merupakan kawasan industri kreatif denganpotensi pelayananpublikpendidikan tinggi dan
pariwisata• Kemudahan akses untuk kendaraan pribadi karena berdekatan dengan jalur antar provinsi
JalanSolo-Ngawi• Lokasiterletakdijalurarteridenganjalurlebarnamuntingkatvolumekendaraanyangmasih
nyaman• Beradajauhdarihirukpikukkotadengantingkatkenyamanankebisinganyangcukupbaik• Potensi kondisi alam yang baik di sekitar lokasi karena berbatasan langsung dengan Sungai
BengawanSolo• Masih terdapat lahan non-produktif walaupun sedikit di sekitar area bantaran Sungai
BengawanSoloB. ANALISIS
Pembahasan analisis perencanaan dan perancangan Laboratorium Komunitas Kreatif diSurakartasesuaiyangdiungkapkanKurokawa(1991)akanmencakuppadapermasalahanarsitekturalyangsesuaikaidahteoripendekatanArsitekturSimbiosis,yaitu:(1)programruang,(2)layoutdanzonifikasi ruang, dan (3) penciptaan ruang kreatif. Pembahasan ini mengacu pada tujuan dansasaranmelaluikajian(analisis,hipotesa,dandisintesiskan)gunamendapatkankonsepperencanaandanperancanganbangunanyangsesuaidengankegiatankomunitaskreatifmelaluipendekatanteoriArsitekturSimbiosis.
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
856
a. ProgramRuangAnalisis program ruang bertujuan untuk mendapatkan pola peletakan ruang bagi obyek
rancang bangun. Penentuan pola hubungan ruang pada Laboratorium Komunitas Kreatifdiklasifikasikan berdasarkan kaidah teori Arsitektur Simbiosis oleh Kurokawa (1991), yaitu zonaRuang Komunitas (Sacred Zone) dan Ruang Simbiosis Kreatif (Intermediate Space). Dalam konsepprogram ruang, nantinya Ruang Komunitas akan dibagi menjadi 16 kelompok ruang berdasarkanSub-sektor Komunitas Kreatif dan Ruang Simbiosis Kreatif akan dibagimenjadi5 kelompok ruangberdasarkanRantaiNilaiPembangunanEkonomiKreatif.RuangKomunitas
Ruang Komunitas adalah bangunan atau ruang privat untukmewadahi kegiatan internal 16sub sektor komunitas kreatif berdasarkanmasing-masing karakter aktivitasnya. Ruangan ini biasadigunakan untuk tempat berdiskusi, basecamp, pelatihan dan aktivitas semi privat lainnya yangbersifatinternal.• LangkahI:KlasifikasiRuang
Langkah pertama, ruang dalammasing-masing sub sektor akan diklasifikasikan berdasarkan(1) Substansi dominan, (2) Intensitas minat industri, (3) Suasana ruang, (4) Kapasitaskebutuhansumberdayalistrik,dan(5)Outputindustrikreatif.Klasifikasiiniakanmenentukanpola hubungan ruang antar sub sektor komunitas kreatif untuk membentuk hubungansimbiosisyangidealantarkarakterkomunitasyangberbeda.16subsektorkomunitaskreatifyang diwadahiberada pada area Sacred Zone danmasing-masing difasilitasi basecamp danfasilitaspendukunglainnyaseluas196meterpersegi.
Gambar3
KlasifikasiRuagdanPolaHubunganRuang• LangkahII:PolaHubunganRuang
Langkah kedua adalah penentuan pola hubungan ruang pada zona Ruang Komunitasberdasarkan pengelompokan Ruang. Dalam menentukan pola hubungan ruang, masing-masing zonapada LaboratoriumKomunitasKreatif secaradetail akandianalisis berdasarkanketerkaitanmasing-masingruang16subsektorkomunitaskreatif.Ruangdihubungkandengancaradiputar300,450,dan600,tanpamerubahposisizoningklasifikasiruang.
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
857
RuangSimbiosisKreatifRuangSimbiosisKreatifadalahtempatyangmemfasilitasikegiatankolaborasikomunitasagar
dapat melakukan tiap tahap rantai nilai pengembangan ekonomi kreatif, yaitu kreasi, produksi,distribusi,konsumsi,dankonservasi.PadaobyekperencanaanselainpenyediaanRuangKomunitas,terdapatbeberapafasilitaspendukungkomunitasuntukdiarahkanpadakegiatankolaborasikreatif.Fasilitas ini adalah penjabaran dari rantai nilai pembangunan ekonomi kreatif di IndonesiaberdasarkanPerpresNo.2Tahun2015,sebagaiberikut.
Gambar4RantaiNilaiPembangunanEkonomiKreatifdiIndonesia
Sumber:PerpresNo.2,2015• Sarana Kreasi, di perencanaan ini disebut sebagai Maker Space, merupakan fasilitas bagi
kolaborasi komunitas untukmelakukan kegiatan pelatihan teorimaupun praktek sumber dayadalam pengembangan idemaupun produk industri kreatif baik bersifat internalmaupun antarlintaskomunitaskreatif.Saranaproduksiyangdirencanakanterdiridari:RuangWorkshop,RuangStudio,MiniClassroom,danRuangDisplay.
• Sarana Produksi, di perencanaan ini disebut sebagai Event Area, merupakan fasilitas bagikolaborasikomunitaskreatifuntukmelakukankegiatankolaborasiapresiasi,kreasidanekspresisecarapublik.Fasilitasiniyangmewadahieventkolaborasikomunitaskreatif.Saranakreasiyangdirencanakanterdiridari:RuangTeater,RuangTeaterTerbuka,ExhibitionHall,danGaleri.
• SaranaDistribusi,diperencanaan inidisebutsebagaiBrainstormingCenter,merupakanfasilitasbagikolaborasikomunitasuntukmengujiidebarudangagasankreatifmerekaagarmendapatkaninformasi mengenai akses secara khusus pada akademisi, pemerintah, maupun pelakuusaha/industri. Melalui sarana ini komunitas saling berkolaborasi untuk dapat terjun langsungmengabdi pada pelayanan masyarakat sekaligus menyusun program kegiatan secara formal.Saranadistribusiyangdirencanakanterdiridari:MeetingRoomdanOpenHouseArea.
• Sarana Konsumsi, di perencanaan ini disebut sebagaiMarket Place, merupakan fasilitas yangmenampung produk kreatif dan bagi kolaborasi komunitas kreatif untuk melakukan kegiatantransaksi jual beli produk kreatif. Sarana konsumsi yangdirencanakan terdiri dari:Café&RestodanPasarKreatif.
• SaranaKonservasi,diperencanaaninidisebutsebagaiCommunalPublic,merupakanfasilitasbagikolaborasi komunitas untuk mempromosikan dan memberikan informasi maupun edukasimengenai komunitas kreatif kepada publik melalui ide kreatif. Sarana konservasi yangdirencanakanterdiridari:CommunalSpace,LivingMuseum,danPerpustakaanKomunitasKreatif.
b. LayoutdanZonifikasiRuangBerdasarkan pada poin persoalan berikutnya, konsep layout dan penataan zonifikasi ruang
menjadipertimbangandalamperancangansebagaipenempatandanpenataanwadahkegiatanyangsesuaiuntukkebutuhankegiatandankarakterkomunitasmelaluipendekatanArsitekturSimbiosis.
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
858
LayoutPolaTatananMassa Konsep pola tatanan massa yang direncanakan mengacu pada tiga aspek sistem tatananmassasebagaipertimbangandalamperancangandesain,diantaranya:a. PolaTatananMassaberdasarkankomposisib. PolaTatananMassaberdasarkankonteksKotaSurakartac. PolaTatananMassaberdasarkankaedahArsitekturSimbiosis
Berdasarkan pertimbangan konteks kota Surakarta sebagai kota industri kreatif yangberbasissenipertunjukandankaedaharsitektursimbiosisyangmengacupadazonaSacredZonedanIntermediate Space, maka konsep pola tatanan massa yang tepat dalam perancangan desainLaboratoriumKomunitasKreatifadalahpolatatananmassadengankomposisiterpusat.
ZonifikasiRuang Pada diagram analisis sebelumnya mengenai analisis pola hubungan ruang, terdapatbeberapa klasifikasi karakter masing-masing sub sektor, diantaranya (1) Substansi dominan, (2)Intensitasminat industri, (3) Suasana ruang, (4) Kapasitas kebutuhan sumber daya listrik, dan (5)Outputindustrikreatif.Darihasilanalisisklasifikasitersebutterbentukirisanruang-ruangantarsubsektoryangselaluberdekatandanmembentukzonakelompokpolahubunganruangnyasendiri.
TABEL1KLASIFIKASIKARAKTERSUBSEKTORINDUSTRIKREATIF
SUBSEKTORINDUSTRIKREATIF
KLASIFIKASI
SubstansiDominan
SuasanaRuang
IntensitasMinatIndustri
OutputIndustriKreatif
KebutuhanSumberDaya
ListrikAplikasidanGame
DeveloperDesaindan
IPTEK Sedang Tinggi TidakBerwujud Besar
Arsitektur SeniBudayadanDesain Tenang Sedang BerwujuddanTidak
Berwujud Sedang
DesainInterior SeniBudayadanDesain Tenang Sedang BerwujuddanTidak
Berwujud Sedang
DesainKomunikasiVisual
SeniBudayadanDesain Tenang Sedang BerwujuddanTidak
Berwujud Sedang
DesainProduk SeniBudayadanDesain Sedang Sedang BerwujuddanTidak
Berwujud Sedang
Fashion SeniBudayadanDesain Tenang Tinggi Berwujud Sedang
Film,Animasi,danVideo
MediadanSeniBudaya Sedang Sedang TidakBerwujud Besar
Fotografi MediadanSeniBudaya Tenang Tinggi BerwujuddanTidak
Berwujud Kecil
Kriya SeniBudayadanDesain Tenang Sedang Berwujud Kecil
Kuliner SeniBudaya Tenang Tinggi Berwujud Kecil
Musik MediadanSeniBudaya Bising Tinggi TidakBerwujud Besar
Penerbitan Media Tenang Rendah BerwujuddanTidakBerwujud Sedang
Periklanan Media Sedang Rendah TidakBerwujud Sedang
SeniPertunjukan MediadanSeniBudaya Bising Rendah TidakBerwujud Besar
SeniRupa SeniBudayadanDesain Sedang Tinggi BerwujuddanTidak
Berwujud Kecil
TelevisidanRadio MediadanSeniBudaya Bising Rendah TidakBerwujud Besar
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
859
Gambar5HasilAnalisisZonifikasiRuang
c. PenciptaanRuangKreatif
Konsep penciptaan suasana ruang yang memicu untuk berkegiatan secara kreatif menjadipertimbangan dalam perancangan Laboratorium Komunitas Kreatif sebagai penumbuh semangatuntukmenghasilkanide,gagasan,daninovasiuntukmendukungkegiatankomunitaskreatifmelaluipendekatan teori Arsitektur Simbiosis. Terdapat beberapa aspek bangunan yang dapat memicuterdorongnyauntukmelakukankegiatankreatif,diantaranya(1)dayapandangdanruanggerak,(2)komponenvisual, dan (3) suasana ruangyangamandannyaman.Dari ketiga spek tersebutdapatditurunkan menjadi beberapa pertimbangan konsep arsitektural, diantaranya (1) aspek dayapandang dan ruang gerak sebagai pertimbangan konsep orientasi bangunan, (2) aspek komponenvisualsebagaipertimbangankonsepbentukbangunan,dan(3)aspeksuasanaruangyangamandannyamansebagaipertimbangankonseppemilihankomponenmaterialdanpenciptaansuasanaruangkreatif.Makadilakukananalisisdata yang terkaitdenganpenciptaan ruangkreatifmelalui analisisorientasibangunan,analisisbentukbangunan,dananalisismaterialdanpenciptaansuasanaruangkreatifyangberdasarkanpadakaidahTeoriArsitekturSimbiosis.OrientasiBangunan
Konseporientasibangunan,selainsebagaipertimbanganaspekdayapandangdanruanggerakdalam penciptaan ruang kreatif, juga bertujuan untukmenentukan arah orientasi bangunan padalokasiterpilihberdasarkankondisidanpotensieksisting.
Gambar6KonsepOrientasiBangunandanDayaJangkauPandang
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
860
BentukBangunanKonsepbentukbangunanbertujuanuntukmendapatkanbentukdansistemtatamassayang
sesuai dengan fungsi yang direncanakan dengan mempertimbangkan faktor sirkulasi, kelancaran,keefektifan,dankeefisienankegiatandanperuanganpadabangunanyangdirencanakan.
Gambar7KonsepBentukBangunan
KomponenMaterial
KonsepmaterialdansuasanaruangbangunanpadaLaboratoriumKomunitasKreatifmengacupada2aspek,yaitudarisegiteoripendekatanArsitekturSimbiosisdanobjekrancangbangunyangdirencanakan. Pemilihan material merupakan aspek penting dalam menciptakan ruang kreatifsekaligusmenjembatanipenciptaankarakterruangmasing-masingsubsektorkomunitaskreatif.a. Dari segi pendekatan Arsitektur Simbiosis, pertimbangan pemilihan material mengacu pada
komponen visual untuk memicu kegiatan kreatif user dalam Laboratorium Komunitas Kreatif.Terdapatbeberapahalyangperludiperhatikanpadaproseseksplorasimaterial.
Pertama,adalahjenisperlakuanyangdikenakanpadamaterial.Terdapatbanyakperlakuanyangmemungkinkan material diolah untuk mendapatkan respon yang khas. Jenis perlakuan yangumum diberikan pada material dapat diklasifikasikan pada dua hal yaitu perlakuan fisis danperlakuan kimiawi. Termasuk dalamperlakuan fisis adalah potong, sobek, tempa, sayat, tekuk,kikis, dan lipat. Perlakuan ini biasanya mempengaruhi karakteristik struktural dari material,sehingga material secara struktural melemah atau malah menguat. Jenis perlakuan kimiawiadalah jenis perlakuan yang menarik untuk diamati, karena hampir semua perlakuan yangbersifatkimiawicenderunguntukmemberikanunsur‘surprise’.
Kedua, adalah pemahaman terhadap potensi visual yang telah dimiliki sebelumnya. Beberapamaterial sudah memiliki unsur visual yang khas dimiliki oleh material itu sendiri. Eksplorasiterhadap karakteristik visual dapat dilakukan dengan mengatur material tersebut melaluipemilihanbentuk-bentukyangtidakterlaludominansecaravisual.Langkahuntukmenampilkankarakteristik visual melalui bentuk yang sederhana juga sering diterapkan, sebab setiapkeberadaan unsur visual pada satu komposisi akanmemberikan dampak langsung pada unsur
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
861
perseptual,danselanjutnyaakanmempengaruhikualitasvisualdariobjek itusendiri.Beberapamaterial yang memiliki potensi visual dalam upaya penciptaan suasana ruang yang kreatifdiantaranyamaterial alumuniumpanel, bataekspos, betonekspos,motif keramik, dandindingpapantulis.
b. Dari segiobjek rancangbangunyangdirencanakan,pertimbanganpemilihanmaterialmengacupada hal-hal yang mampu mendukung kenyamanan fungsi bangunan, yaitu berdasarkanpenempatan material, seperti outdoor dan indoor, ruang bising dan tidak bising, penggunaanmaterial,sepertilantai,dinding,plafon,ataufurniture.
Adapun jenis material yang akan dipilih sebagai material utama dalam perancangan adalahmaterialbeton.Materialbetonmerupakanmaterialhasilcampuransemen,air,danagregatyangmenghasilkanteksturyangkhas.Material inicukupfleksibeldalampenggunaanyakarenadapatdigunakan sebagai lantai, dinding, ataupun atap, serta mudah dibentuk sesuai keinginan.Keunggulan material ini adalah tahan terhadap temperatur tinggi, biaya material, danpemeliharaan relatif rendah,memiliki umurmaterial realtif lama, bahan bakumudah didapat,kuat, dan daya tekan tinggi. Kelemahan material ini adalah bentuknya yang sulit diubah,pengerjaannya yang butuh ketelitian tinggi, membutuhkan alat bantu cetak, berat, memilikitenperaturruangyangrelatiftinggi,membutuhkanpencampuranbanyakmaterial,menghasilkanbanyaklimbahdalampengerjaan.
4. KESIMPULANDANSARAN
LaboratoriumKomunitasKreatifmerupakantempateksplorasiataueksperimensebagaipusatdanbasiskegiatankomunitaskreatifdalamsebuahkotayangdibatasimenjadi16sub-sektorwilayahkegiatankreatif.Simbiosissebagaipendekatanarsitekturdiaplikasikankedalamprosesperencanaandan perancangan Laboratorium Komunitas Kreatif dengan mengacu pada hubungan salingmenguntungkan (mutualisme) antarmasing-masing karakter komunitas kreatif. Konsep baru yangditawarkan yaitu mewujudkan Laboratorium Komunitas Kreatif di Surakarta sebagai akselerasipembentukanKotaKreatifmelaluiteoripendekatandesainArsitekturSimbiosis.
KonsepperencanaanLaboratoriumKomunitasKreatifmelaluianalisiskaidahteoripendekatanArsitektur Simbiosisdirumuskan menjadi beberapa bagian fokus dan sasaran perencanaan danperancangan.a. Konsep program ruang yang dapat mewadahi masing-masing kegiatan komunitas tanpa
menimbulkankonflikantarkarakterkomunitasmelaluipendekatanArsitekturSimbiosis.b. Konsep penciptaan ruang kreatif yang mampu menunjang kegiatan kreatif masing-masing
komunitasmelaluipendekatanArsitekturSimbiosis.c. Konsep layout dan penataan zonifikasi ruang yang sesuai untuk kegiatan komunitas melalui
pendekatanArsitekturSimbiosis.
JunandaMulyoBintoro,KusumaningdyahN.H,OfitaPurwani/JurnalSENTHONG2019
862
REFERENSI
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2015. “Buku III RPJMN (Rencana PembangunanJangkaMenengahNasional)2015-2019:AgendaPembangunanWilayahRepublikIndonesia.”
Bintoro,Junanda.2017.LaboratoriumKomunitasKreatifdiSurakartaDenganPendekatanArsitekturSimbiosis.Surakarta:UniversitasSebelasMaret
Buitrago,Felipe.2015.OrangeEconomy.Jakarta:NouraBookPublishingEvans,G.,Foord,J.,Gertler,M.,S.,Tesolin,L.,Weinstock,S.2006.StrategiesforCreativeSpacesand
Cities: Lessons Learned. Cities Institute, LondonMetropolitanUniversity&Munk Centre forInternationalStudies,UniversityofToronto.
Florida, Richard. 2002.The Rise of the Creative Class: And How It's Transforming Work, Leisure,CommunityandEverydayLife.BasicBooks.
James, Paul. 2006. Globalism, Nationalism, Tribalism: Bringing Theory Back In—Volume 2 ofTowardsaTheoryofAbstractCommunity.London:SagePublications.
James, Paul;Nadarajah,Yaso;Haive,Karen;Stead,Victoria.2012. “SustainableCommunities,SustainableDevelopment:OtherPathsforPapuaNewGuinea.”
Larasati,Dwinita.2015.“CreativeCity,ContributiveCitizens.”BandungCreativeCityForum.Kurokawa, Kisho. 1991. Intercultural Architecrure (The Philosophy of Symbiosis). New York: The
AmericanInstitudeofArchitectsPress1735.OxfordEnglishDictionary,SecondEdition,1989.(Eds.)J.Simpson&E.S.C.Weiner.Oxford:Oxford
UniversityPress.Romer,P. 1986, IncreasingReturnsand Long-RunGrowth, /JournalofPolitical Economy/,Vol. 94,
No.5(Oct.1986),pp.1002-1037.Sebastian,Yoris.2014.BiangInovasi.Jakarta:GramediaPustakaUtamaSoeharto, Budi. 2015. “Membangun kotamelaluiOptimalisasi Potensi dan SumberdayaManusia,”
dalamIndonesiaCreativeCitiesConference2015.Surakarta.Tayyiba, Mira. 2015. “Kebijakan Nasional Pengembangan Kota Kreatif”, dalam Indonesia Creative
CitiesConference2015.Surakarta